Semprotulation Adalah Perayaan Bodoh, Untung Dulu Nggak Ada Waktu Saya Kuliah

Semprotulation Adalah Perayaan Bodoh, Untung Dulu Nggak Ada Waktu Saya Kuliah

Semprotulation Adalah Perayaan Bodoh, Untung Dulu Nggak Ada Waktu Saya Kuliah (Unsplash.com)

Akhir-akhir ini saya sering melihat istilah semprolutation, baik dalam bentuk tulisan seseorang maupun story mahasiswa zaman sekarang. Makna semprotulation yang saya tangkap adalah perayaan atas selesainya seminar atau sidang proposal penelitian skripsi seorang mahasiswa.

Terus terang, bagi saya, ini perayaan bodoh. Sebuah perayaan yang tak layak dirayakan, apalagi bila dirayakan secara berlebihan mengingat langkah menuju wisuda masih panjang. Masih banyak rintangan yang harus dihadapi seorang mahasiswa sebelum lulus.

Saya malah jadi bersyukur kuliah di zaman sebelum ada semprotulation. Bagi kaum yang merayakannya, izinkan saya menjelaskan secara logis kenapa saya bisa bersyukur.

Semprotulation adalah perayaan yang bikin mahasiswa bingung dan repot menyiapkan hadiah

Perlu diakui bahwa di akhir perkuliahan, mahasiswa semakin sibuk dengan berbagai urusan akademik. Terlebih bagi mahasiswa yang ingin lulus tepat waktu.

Saya tak bisa membayangkan bila jadi mahasiswa zaman sekarang. Di tengah kesibukan mengurus persiapan skripsi, mahasiswa masih harus bingung dan repot menyiapkan hadiah semprotulation. Bingung pilih tempat membeli hadiah, bingung juga harus memberikan hadiah apa yang cocok untuk teman yang mau seminar proposal.

Pantas saja kalau anak muda zaman sekarang banyak yang overthinking, lha wong banyak banget yang mereka pikirin. Urusan remeh-temeh juga mereka pikirin, kok.

Nggak ikutan tren semprotulation = hemat uang bulanan

Waktu masih kuliah dulu, tiap kali jadwal sempro keluar, pasti muncul nama lebih dari 2 orang yang saya kenal baik. Dulu sih saya senang-senang saja melihat jadwal tersebut. Artinya, banyak teman saya yang maju ke tahap lebih dekat dengan gelar sarjana.

Akan tetapi, kalau saya jadi mahasiswa zaman sekarang, kayaknya saya malah mengeluh melihat banyak nama teman saya di jadwal sempro. Soalnya, makin banyak teman dekat yang sempro, makin banyak pula hadiah semprotulation yang harus saya siapkan.

Banyaknya hadiah semprotulation yang harus dibeli adalah petaka bagi mahasiswa. Sebab, bakal sangat menguras kantong. Mending kalau uang bulanan mencukupi, lha kalau pas-pasan gimana? Nggak lucu toh kalau ada mahasiswa kelaparan di akhir bulan gara-gara beli hadiah semprolutation buat teman-temannya.

Nggak perlu berharap dapat hadiah dari orang lain

Apabila jadi mahasiswa penganut paham yang merayakan semprolutation, saya yakin hati ini akan berharap dapat kado dari teman-teman terdekat pasca-sempro. Terlebih jika saya telah memberikan kado semprolutation terlebih dahulu. Jadi ada suatu kewajiban nggak tertulis orang yang telah diberikan kado semprolutation harus mengembalikannya.

Andai ada teman yang nggak mengembalikan kado semprolutation, mesti ada sedikit banyak rasa kecewa. Tapi yang terburuk bukan itu. Bisa saja hubungan pertemanan jadi renggang cuma perkara nggak mengembalikan kado yang harganya nggak seberapa itu.

Tetap bisa bahagia tanpa adanya ucapan “Happy Semprotulation”

Kebahagiaan seseorang bukan karena orang lain, apalagi jadi tanggung jawab orang lain. Kebahagian seseorang itu yang mengatur diri kita sendiri, tanpa adanya intervensi dari siapa pun. Contohnya mahasiswa zaman dulu yang tetap bahagia setelah sempro walaupun nggak ada ucapan “happy semprotulation” baik secara langsung maupun melalui media sosial.

Bisa langsung fokus melanjutkan penelitian

Berdasarkan pengalaman pribadi, setelah selesai sempro, saya langsung mengeksekusi beragam masukan, sarana, dan koreksi saat sidang. Hal ini saya lakukan supaya saya nggak lupa mengerjakannya.

Sementara saya melihat mahasiswa zaman sekarang yang menganut paham semprotulation adalah sebuah perayaan sepertinya nggak langsung menindaklanjuti saran dan masukan saat sidang. Hal ini bisa kita lihat dari perayaan semprotulation yang bisa sampai berhari-hari. Setelah dirayakan bersama teman sekelas, kemudian dirayakan lagi dengan teman kosan, lalu dirayakan dengan teman ormawa, dan seterusnya.

Perayaan semprolutation kadang memang bukan hanya di hari sempro saja. Saya rasa itu malah mengganggu fokus seorang mahasiswa dalam melanjutkan penelitiannya. Seharusnya sudah bisa tancap gas, malah kelamaan memanaskan mesin.

Semprotulation adalah kebahagian semu

Semprolutation adalah kebahagian semu, bukan kebahagiaan yang hakiki bagi mahasiswa. Pasalnya, garis finish untuk memperoleh gelar sarjana masih sangat jauh. Bahkan, mahasiswa yang sempro duluan belum tentu wisuda duluan, Gaes.

Hal semacam itu jamak terjadi, lho, nggak cuma di zaman sekarang. Dulu, waktu saya masih kuliah, banyak juga kejadian kayak begitu. Intinya, semprotulation adalah kebahagiaan sementara layaknya bahagia di dunia.

Makanya saya merasa sangat beruntung kuliah jauh sebelum ada zaman semprotulation. Saya menuliskan artikel ini bukan bermaksud melarang perayaan semprotulation, terserah kamu saja. Jika kamu ingin terus melanjutkan tradisi semprotulation, saya restui kebodohan itu.

Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Dilema Mahasiswa Rantau Ekonomi Pas-pasan di Tengah Gempuran Semprotulation.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version