Semarang “mengasapi” Bandung dan Jogja sebagai tempat yang pantas untuk ditinggali. PR kalian banyak, Bos
Dengan kesadaran penuh saya merasa beruntung nggak pernah tinggal di kota romantis macam Jogja dan Bandung. Sekali pun banyak orang yang merasa kedua kota tersebut begitu menyenangkan untuk dijadikan tempat bermukim. Bahkan, tempat tinggal setelah pensiun. Ada beragam latar belakang dan opini yang menguatkan perasaan beruntung pada diri saya.
Salah satu latar belakang paling kuat saya merasa beruntung nggak pernah tinggal di kota romantis adalah pernah kuliah di Kota Semarang selama lebih dari empat tahun. Mungkin kamu bakal sedikit heran ketika saya mengatakan bahwa Kota Semarang lebih layak ditinggali ketimbang Jogja dan Bandung. Percayalah, saya nggak asal ngomong.
Angka kriminalitas rendah
Kenapa saya bilang Semarang lebih superior, karena satu hal: kriminalitas yang rendah.
Mengutip data dari BPS (Badan Pusat Statistik), selama 2020 terdapat 8.551 kasus tindak kejahatan yang dilaporkan di DIY. Kalau di Bandung angka kriminalitas pada 2020 sedikit lebih rendah dari DIY. Hanya ada 3.351 kasus krimal yang dilaporkan di kota kembang.
Sementara laporan tindak kejahatan pada periode yang sama di Kota Semarang jauh lebih rendah dari DIY dan Bandung. “Cuma” ada 599 laporan tindak kejahatan yang terjadi selama 2020 di kota lumpia. Nggak sampai 20 persen dari total kasus krimal yang dilaporkan di Bandung.
Data memang bisa didebatkan, karena banyak kasus kriminalitas yang tidak dilaporkan karena berbagai faktor. Tapi, untuk poin selanjutnya, akan berbeda.
Tidak masuk kota termacet di Indonesia
Saya akui beberapa titik di Kota Semarang kerap mengalami kemacetan. Misal yang kerap saya alami saat melintasi Jalan Kaligawe. Namun, separah-parahnya macet di Kota Semarang belum separah Jogja dan Bandung. Sebab, kedua daerah tersebut masuk kategori kota paling macet di Indonesia berdasarkan data dari Inrix (lembaga analisis transportasi).
Dilansir dari travel.okezone.com, Bandung dan Jogja memiliki rata-rata kemacetan selama 45 jam dalam setahun. Pantas saja banyak masyarakat Bandung dan Jogja mengeluhkan macet di daerahnya.
BTW, jadi keingetan tiba-tiba. Romantis, tapi kalau nggak toleran? Buat apa ya lur?
Baca halaman selanjutnya
Salah satu kota paling toleran