Sudah 5 Tahun Pindah dari Semarang ke Jogja dan Masih Saja Merana

Sudah 5 Tahun Pindah dari Semarang ke Jogja dan Masih Saja Merana Mojok.co

Sudah 5 Tahun Pindah dari Semarang ke Jogja dan Masih Saja Merana (unsplash.com)

Tulisan saya ini mungkin akan menimbulkan ketidaksetujuan. Namun, izinkan saya untuk tetap menuliskannya berdasar apa yang saya amati dan rasakan. Awalnya, saya pikir akan merasakan hal-hal yang dikatakan banyak orang setelah pindah dari Semarang ke Jogja: nyaman. Kenyataannya, saya tidak kunjung merasakannya bahkan setelah 5 tahun tinggal di Kota Pelajar ini. 

Bagi saya, Semarang yang terkenal super duper panas itu justru lebih nyaman daripada Jogja. Semua akses dan kemudahan yang saya pernah dapatkan di Semarang tidak bisa saya jumpai di Jogja. Saya merasa harus mengeluarkan effort lebih untuk hal-hal yang bisa dapat dengan mudah didapatkan di Semarang. 

Jalanan Semarang lebih nyaman daripada Jogja

Dari sisi akses jalan, menurut saya Semarang menang telak daripada Jogja. Saya tidak membantah adanya kemacetan yang naudzubillah di Semarang. Tapi, yang membuat saya masih bisa menerimanya, kebanyakan jalan di sana itu 2-3 kali lipat lebih luas dari jalanan Jogja. Jadi untuk pengendara roda 2 seperti saya, masih ada kemungkinan lolos dari macet asalkan sedikit sat-set.

Selain itu, Semarang punya banyak jalan tikus yang tidak dilalui kendaraan roda 4. Berbeda dengan Jogja, ada banyak jalan tikus memang, tapi harus berbagi dengan kendaraan roda 4. Betapa kesalnya, lewat jalan tikus supaya lebih cepat, malah harus berhadapan dengan mobil lagi dan lagi. 

Baca halaman selanjutnya: Jogja ruwet saat musim liburan…

Jogja ruwet saat musim liburan

Hal lain yang menjadi penderitaan adalah ketika hari libur nasional. Jogja yang sekecil ini harus berkelahi dengan mobil-mobil plat luar yang tentunya memenuhi setiap ruas jalan. Keruwetan di mana-mana. Terutama di Jalan Kaliurang, entah kenapa masih jadi top kontributor.

Saat libur nasional Semarang sebenarnya juga padat. Tapi, seperti yang saya jelaskan sebelumnya, sebagai pengendara roda dua kepadatan Semarang masih sangat mungkin untuk diakali. Saya masih bisa melewati jalan-jalan tikus. Saya juga tidak perlu berhadapan pada mobil-mobil yang kerap mengambil alih jalur lambat. 

Semarang memang panas, Jogja tidak jauh berbeda

Panasnya Semarang memang sudah tidak bisa dibantah lagi. Namun, menurut saya, ini tidak bisa menjadi alasan Semarang kalah nyaman dengan daerah lain. Kenyataannya daerah lain juga panas, Jogja misalnya. 

Semakan hari panasnya Jogja tidak bisa dianggap enteng lagi. Apalagi sebagai pengendara sepeda motor, panasnya terasa semakin buruk karena harus melewati jalanan yang sempit dan padat. 

Rasanya setiap hari saya harus bersiasat lebih ketika hidup di Jogja. Energi yang dikeluarkan untuk melewati hari demi hari terasa begitu besar di Jogja daripada ketimbang hidup di Semarang. Tapi, sekali lagi, ini pengalaman saya, sangat mungkin berbeda dengan pengalaman kalian. 

Penulis: Shila Nurita
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA 7 Sisi Gelap Gunung Telomoyo yang Belum Disadari Banyak Orang

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version