Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Sebuah Kisah Anak Tukang Listrik

Reni Soengkunie oleh Reni Soengkunie
20 Mei 2019
A A
tukang listrik

tukang listrik

Share on FacebookShare on Twitter

Saat kecil dulu, tentu sudah tak asing melihat anak-anak yang bertengkar akan selalu membawa-bawa pekerjaan bapaknya untuk menakut-nakuti temannya. Kalau yang bapaknya polisi, dia bakalan bilang, “Awas ya kamu tak bilangin bapakku, biar kamu ditembak pake pistol!”

Kalau yang bapaknya jadi dokter, dia tentu bakalan bilang, “Awas kamu biar kamu disuntik Vaksin MMR sama bapakku!”. Begitu pun dengan temanku yang bapaknya bekerja sebagai tentara ataupun security. Pokoknya mendengar semua gertakan itu, rasanya kok bikin ciut hati ya.

Sedangkan di satu sisi, aku yang merupakan anak dari tukang listrik kalau pas marahan gitu sama teman, paling cuma bisa bilang, “Awas kamu ya, tak bilangin bapakku, biar kamu disetrum pake listrik!”. Tapi bukannya temanku pada takut, yang ada malah pada ketawa semua.

Memangnya kenapa dengan tukang listrik?

Dari kecil, aku tak pernah malu menyebutkan pekerjaan orangtua sebagai tukang listrik dengan lantang di depan kelas. Meski bapak cuma tukang listrik biasa dan bukan pekerja PLN yang perlente. Tapi, aku selalu merasa pekerjaan Bapak itu adalah pekerjaan yang paling heroik sedunia.

Bagiku, saat Bapak bergelantungan siang-siang di tiang listrik yang tinggi itu sama kerennya dengan Spiderman. Saat Bapak naik dari satu atap rumah ke atap rumah lainnya bahkan semua itu sudah mirip dengan kelihaian Ninja Hatori yang legendaris.

Nama Bapak pun kondang se-Kecamatan sebagai tukang listrik. Saya yakin, orang-orang desa langganan Bapak itu lebih sepakat antara Bapakku dan Michael Faraday, Bapakku-lah yang lebih cocok mendapat sebutan ‘Bapak Listrik’. (Maaf ya Om Faraday, namanya juga orang desa. Jadi harap maklum)

Kalau bapak teman-temanku berangkat kerja pakai seragam dinas dan bawa tas necis, maka bapakku juga melakukan hal yang sama. Tiap pergi dinas untuk membetulkan listrik milik orang lain, bapak akan memakai seragam dinas yang cuma itu-itu wae. Sebuah kaus polo yang sudah kusam, sebuah celana panjang kain, sepatu tanpa merk yang sudah tak diketahui warna aslinya, topi warna coklat muda yang sudah berubah warna menjadi abu-abu, serta tas gendong yang berisi tespen (test pen), tang, palu, gunting, dan lain-lain.

Baca Juga:

Derita Menyandang Status Sarjana Pertama di Keluarga, Dianggap Pasti Langsung Sukses Nyatanya Gaji Kecil dan Hidup Pas-pasan

4 Hal Menyebalkan yang Membuat Ibu-ibu Kapok Pergi ke Posyandu

Biar saya kasih tahu, dulu waktu kecil tiap habis salat, saya selalu berdoa agar Tuhan menurunkan hujan yang deras sekali, sekalian disertai petir, dan lalu jangan lupa menyambar meteran rumah orang lain di daerahku yah. Kadang doa itu terkabul dengan cepat, maka aku makin rajin dan makin lantang berdoa.

Duh, jahat banget ya doaku. Tapi kan waktu itu aku masih kecil dan polos, bahkan saat itu aku belum tahu rasanya sakit hati gara-gara patah hati. Yang aku tahu, kalau ada rumah yang meterannya ke samber petir, maka Bapak akan kerja dan pulang bawa duit. Lalu Bapak akan pulang membawakan kami dua bungkus mie ayam untuk dimakan enam orang. Oh iya sebelum makan, tidak lupa ditambahkan air panas, biar kuahnya banyak.

Zaman itu PLN belum sekondang sekarang ini. Hanya orang-orang berduit yang bisa mengundang petugas PLN ke rumahnya walau hanya untuk membetulkan korsleting listrik. Warga desa lebih suka mengundang bapak yang bayarannya tak pernah dipatok alias seikhlasnya saja. Kadang bapak hanya dibayar dengan hasil panen, seperti beras, sayuran, atau kalau ada orang yang gak punya, bapak cuma pulang dengan ucapan terima kasih.

Cara kerja bapak tentang bayaran ini kadang menjadi patokan dalam hidup saya sampai sekarang ini. Bapak seorang lelaki yang punya prinsip, bahwa dia tak akan menerima bayaran kalau yang meminta tolong itu tetangga atau orang satu kampung. Kata bapak kita harus hidup baik dalam bertetangga, toh saat mati nanti, tetanggalah yang akan membantu mengubur kita tanpa minta bayaran.

Dulu, saat tengah malam, saya sering mendapati orang mengetuk pintu rumah dan meminta Bapak membetulkan listrik di rumahnya. Padahal waktu itu hujan turun dengan deras sekali. Tahu sendiri kan gimana dinginnya tinggal di bawah gunung. Tapi bapak tetap berangkat, karena anak si pemilik rumah ini tak berhenti menangis karena takut gelap.

Kata Bapak, dulu simbah pernah berpesan padanya, “Le, padangono wong sing kepetengen” artinya Nak, terangilah orang yang sedang dalam kegelapan. Jadi Bapak menggunakan ilmunya ini bukan hanya untuk mencari uang, tapi dia juga sangat senang melihat orang lain bahagia saat rumahnya menjadi terang.

Tumbuh besar dengan melihat Bapak yang setiap hari membetulkan listrik, dulu pernah timbul juga keinginan atau cita-cita untuk menjadi tukang listrik. Mungkin kelihatannya keren menjadi tukang listrik wanita. Lalu, sebuah kejadiaan nahas pun menghampiri saya hingga membuat saya tak pernah lagi memikirkan untuk menjadi tukang listrik.

Jadi, dulu saat kecil saya sangat glidik (apa ya bahasa Indonesianya glidik). Saya suka memainkan peralatan listrik bapak. Lalu saya menemukan cara untuk menghidupkan bohlam lampu yang sudah mati menjadi hidup lagi. Sebenarnya bohlam mati itu karena ada sambungan yang putus. Silakan kalau mau tahu secara detail caranya, baca saja di Google, karena saat ini saya tidak sedang membuat laporan praktikum fisika.

Singkat cerita, eksprimen menghidupkan bohlam lampu yang mati menjadi hidup ini berhasil. Sekitar empat lampu berhasil menyala kembali. Lalu di percobaan lampu kelima, tiba-tiba saja pundak saya kayak ada yang mukul pake kentongan. Kepala kaya dihantam pake gada milik Werkudoro. Tubuh rasanya kesemutan semua. Mau marah tapi ternyata pas noleh, nggak ada siapa-siapa di belakang saya. Ternyata itu yang namanya kesetrum. Sungguh, luar biasa rasanya.

Sejak kesetrum itulah, saya memutuskan untuk mengganti cita-cita saya. Jadi tukang listrik ternyata berat. Biar, Cukup Bapak saja yang jadi tukang listrik.

Jujur saja, saya gak pernah malu menjadi anak tukang listrik. Bahkan dari penghasilan tukang listrik yang tak menentu itu, saya dan ketiga kakak saya bisa makan dan sekolah hingga tinggi.

Saya masih ingat, saat SD dulu, tiap pulang sekolah berjalan kaki dengan teman-teman saya. Jika tak sengaja melihat Bapak bergelantungan di tiang listrik, maka saya akan berteriak-teriak heboh.

“Lihat lihat lihat, itu bapakku. Itu bapakku di atas. Keren kan!”

Ah, begitulah. Setiap bapak adalah pahlawan bagi anak-anaknya, bukan?

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: AnakKeluargaTukang Listrik
Reni Soengkunie

Reni Soengkunie

Manusia yang suka mainan sama kucing, suka nonton video kucing, dan hobi ngobrol sama kucing. IG/Twitter: @renisoengkunie.

ArtikelTerkait

bahagia

Jadilah Bahagia Walau Tidak Terlahir Dari Keluarga Kaya, Nak

29 Juni 2019
Alya, Pemegang Kunci Cerita AADC yang Katanya “Lebih Baik” daripada Cinta anak sd jatuh cinta anak kecil pacaran suka lawan jenis cara menyikapi orang dewasa orang tua panduan mojok.co

Adik Saya Masih SD dan Ia Mengaku Sedang Jatuh Cinta. Ini Respons Saya

3 April 2020
Berbahayakah Kalau Anak PKI Bisa Jadi Tentara Terminal Mojok

Berbahayakah Kalau Anak PKI Bisa Jadi Tentara?

2 April 2022
sunat zaman belanda MOJOK.CO

Sunat dan Kebohongan Orang Tua yang Sebaiknya Diakhiri

9 Agustus 2021
anak tertekan tinggal dalam keluarga perfeksionis mojok.co

Trauma Anak yang Hidup dalam Keluarga Perfeksionis

29 Agustus 2020
Panduan Misuh Jawa Timuran, Dijamin Mantap dan Paten terminal mojok.co

Selain ‘Anjay’, 5 Kata Ini Seharusnya Juga Dilarang Komnas Perlindungan Anak

30 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.