Saya yakin, ketika GKJB melakukan pengerukan dan perluasan lubang-lubang di jalan nasional semacam jalan jurusan Babat-Lamongan, tragedi mengenaskan yang terjadi pada Rabu (20/03/2024) sekitar pukul 21.20 WIB itu takkan terulang lagi. Di mana pada tempat dan waktu yang telah saya sebutkan, telah terjadi kecelakaan tragis akibat jalan berlubang yang menewaskan pengendara motor.
Bukankah ini adalah saat yang tepat untuk menjadikan lubang-lubang kematian itu menjadi lahan pengelolaan ikan lele? Lubang-lubang itu telah banyak merenggut korban jiwa. Bukan cuma satu atau dua. Kalau tetap saja tidak ditangani dengan semestinya, maka izinkan saja para warga menyulapnya menjadi lahan budidaya. Ini win-win solution, loh. Jalannya ditutup agar tak ada lagi yang celaka, dan Lamongan pun dapat menegaskan branding kulinernya, yang ditandai dengan pasokan ikan lele yang melimpah ruah.
Kapan lagi kalau bukan sekarang?
Rusaknya jalan memang bukan kehendak kita. Datangnya hujan atau peristiwa alam lainnya pun tak bisa kita kontrol semacam “Jangan hujan lebih dari lima jam, agar tak terjadi banjir”. Tapi saya harap revolusi budidaya ikan lele melalui lubang-lubang di jalanan ini bisa mengatasi permasalahan yang ada. Sebuah permasalahan “klasik” sekaligus menyedihkan yang terjadi berulang-ulang.
Pernah saya baca sebuah kisah nyata, bahwa “orang-orang atas” takkan turun tangan sebelum sesuatu yang parah menjadi sangat parah. Di kisah tersebut, “menjadikan sesuatu tambah parah” ternyata berhasil membuat “orang atas” berbenah atas kewajiban dan tugasnya. Maka saya ulangi sekali lagi, bukankah ini adalah saat yang tepat untuk totalitas memperkuat Lamongan dengan lelenya?
Penulis: Achmad Uzair
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Di Mana Ada Lahan, di Situ Ada Warung Pecel Lele Lamongan