Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Sebagian Ibu-ibu Adalah Pencinta Kresek Hitam Garis Keras

Sigit Candra Lesmana oleh Sigit Candra Lesmana
12 November 2020
A A
Sebagian Ibu-ibu Adalah Pencinta Kresek Hitam Garis Keras terminal mojok.co

Sebagian Ibu-ibu Adalah Pencinta Kresek Hitam Garis Keras terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai alumni ilmu sejarah saya pernah beberapa semester mendapat mata kuliah tentang sejarah ideologi. Mata kuliah itu berisi tentang awal kemunculan dan siapa tokoh-tokoh yang menggagas ideologi-ideologi besar seperti kapitalisme, komunisme, sosialisme, fasisme, nasionalisme, dan lainnya. Dari mata kuliah itu, saya menjadi paham dengan pemikiran manusia yang sangat kompleks dan memiliki keunikan masing-masing. Termasuk bagaimana ibu-bu punya idelogi sendiri soal kresek hitam.

Tapi, seberapa pun saya mencoba mempelajari “isme-isme” itu, tetap saja ada sebuah “isme” yang sampai sekarang saya tidak mengerti apa dan kenapa “isme” itu dianut. Penganutnya biasanya para ibu-ibu. Ada beberapa gadis dan kaum adam yang menganut tapi mayoritas penganutnya adalah ibu-ibu.

Kalau boleh saya memberi nama, nama isme itu adalah “kresek hitamisme”. Kresek hitamisme adalah isme yang mengharuskan setiap barang yang dibeli dibungkus dengan kresek hitam. Biasanya ideologi ini cukup menjengkelkan bagi para penjaga toko, apalagi toko-toko yang sengaja tidak menyediakan kresek hitam sebagai bungkus belanjaan.

Dulu saat saya masih jadi karyawan toko, saya sering kali kesulitan menghadapi para penganut ideologi ini. Apalagi jika saat musim nikah tiba. Biasanya para ibu-ibu akan berkunjung ke rumah yang sedang melaksanakan hajat untuk menyumbang berbagai keperluan seperti gula, minyak, dan telur. Tentu saja ini sebuah tradisi yang baik. Dengan bantuan sumbangan itu setidaknya bisa meringankan kebutuhan hajatan si tuan rumah.

Nah, ketika berbelanja sembako untuk nyumbang itu para ibu-ibu biasanya akan memaksa agar belanjaanya dibungkus dengan kresek hitam apa pun yang terjadi. Padahal di toko saya tidak menyediakan kresek hitam. Salah satu alasannya karena kresek hitam memiliki bau yang kurang sedap dan yang dijual kiloan kualitasnya kalah jauh dengan kresek putih.

Apalagi dulu sempat beredar kabar bahwa kresek hitam tidak baik jika digunakan sebagai bungkus makanan karena dibuat dari limbah. Dengan alasan kebersihan dan estetika, maka toko kami lebih memilih kresek putih. Kresek putih lebih kuat, namun karena sedikit transparan, membuat para ibu-ibu penganut ideologi ini keberatan. Bahkan sampai ada yang ngotot meskipun sudah dijelaskan bahwa di toko saya nggak ada kresek hitam.

Setelah saya tanyakan kenapa nggak mau pakai kresek putih, jawabannya karena malu nanti barang yang dia beli kelihatan. Lah kan yang dia beli adalah barang halal, barang yang juga biasa dibeli semua orang untuk kebutuhan sehari-hari, lalu kenapa harus malu? Berulang kali saya mencoba memahami alasan di balik keharusan menggunakan kresek hitam ini, tapi sampai sekarang tetap tidak bisa mengerti. Mungkin otak saya yang tidak sampai pada level tinggi pemahaman tentang ideologi ini. Kenapa jika ketahuan membeli sembako harus malu? Kayak beli narkoba aja pakai sembunyi-sembunyi.

Tak disangka, ternyata ibu saya juga penganut ideologi ini. Tapi, ibu saya bukan yang fanatik. Kalau nggak ada kresek hitam, kresek putih pun tak jadi masalah. 

Baca Juga:

Menjadi Haji Mabrur di Madura Itu Susah, Harus Berani Menentang Kultur yang Mengatur

Gimik Bentak-Bentakan Saat Ospek, Ketololan yang Diulang-ulang, Lebih Baik Dibuang ke Tong Sampah!

Di tengah permasalahan lingkungan yang semakin banyak sampah plastik ini, alangkah lebih baik jika ideologi ini diubah. Jika akar ideologi ini berasal dari perasaan malu ketika barang belanjaannya dilihat orang, lebih baik nggak usah pakai kresek sekalian, baik kresek hitam ataupun kresek putih karena keduanya sama-sama tidak baik bagi lingkungan.

Gantilah menggunakan tas belanja yang bisa digunakan berkali-kali. Desain tas itu juga bisa kita pilih sesuka hati. Jika kita tidak ingin belanjaan kita diketahui orang lain, kita bisa memilih desain tas yang bermotif atau yang tidak transparan. Tapi, jika suka pamer, tas yang transparan bisa menjadi opsi.

Dengan menggunakan tas belanja yang ramah lingkungan, beberapa permasalahan bisa teratasi. Pertama, tak perlu lagi ada perdebatan antara karyawan toko dan pembeli karena tak tersedianya kresek hitam. Para pembeli juga tak perlu khawatir belanjaannya dilihat orang lain. Masalah sampah plastik juga perlahan-lahan bisa mulai teratasi. Sampah plastik sudah banyak sekali, di darat apalagi di laut. Dengan menggunakan tas belanja ramah lingkungan setidaknya kita tidak menambah masalah lagi.

Ayolah ibu-ibu, sekarang nggak usah menganut ideologi ini lagi. Esensi nyumbang di hajatan kan juga soal keikhlasannya, bukan seberapa banyak nilai barangnya jika dibandingkan dengan penyumbang lain. 

Photo by Anna Shvets via Pexels.com

BACA JUGA 4 Opsi Pekerjaan biar Dapat Pemasukan sambil Kuliah dan artikel Sigit Candra Lesmana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Agustus 2021 oleh

Tags: diet plastiktradisi
Sigit Candra Lesmana

Sigit Candra Lesmana

Lulusan S-1 yang sedang belajar menulis.

ArtikelTerkait

Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi

19 Mei 2020
Pantjoran Tea House Glodok, Menjaga Tradisi Minum Teh Kapitan Cina di Bangunan yang Berusia Lebih dari 120 tahun

Pantjoran Tea House Glodok, Menjaga Tradisi Minum Teh Kapitan Cina di Bangunan yang Berusia Lebih dari 120 tahun

8 Januari 2024
Tradisi Menjemput Jemaah Haji (Harus) dengan Konvoi di Madura Lama-lama Meresahkan!

Menjemput Jemaah Haji (Harus) dengan Konvoi di Madura Itu Meresahkan, Nggak Semua Orang Harus Tahu kalau Situ Baru Naik Haji

27 Juli 2024
4 Tradisi Kondangan di Desa yang Bikin Heran Orang Kota Terminal Mojok ngawi

4 Tradisi Kondangan di Desa yang Bikin Heran Orang Kota

4 Desember 2022
Di Madura, Biaya Oleh-oleh Haji Hampir Sama Besarnya dengan Biaya Keberangkatannya, Bikin Orang Jadi Enggan Berangkat  

Menjadi Haji Mabrur di Madura Itu Susah, Harus Berani Menentang Kultur yang Mengatur

23 Juni 2025
Wayan, Made, Nyoman, Ketut_ Makna di Balik Nama Orang Bali terminal mojok

Wayan, Made, Nyoman, Ketut: Makna di Balik Nama Orang Bali

1 November 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.