Sebagai anak rantau dari ibukota ke kota pelajar, kereta api jadi transportasi andalan saya buat pulang-pergi saat liburan. Dibandingkan bus antar provinsi, saya jelas lebih pilih kereta api. Tarifnya terjangkau dan waktu tempuhnya lebih singkat. Meskipun perlu sedikit usaha lebih untuk menjangkau stasiunnya. Lain dengan kalau naik bus yang bisa naik dari agen-agen kecil di sepanjang rutenya, dan bisa request mau turun di mana. Untungnya, stasiun kereta api masih sangat terjangkau dari tempat tinggal saya. Bisa dihemat pula dengan naik KRL atau Prameks untuk menuju/pulang dari stasiun besar.
Bahkan kalau dibandingkan dengan pesawat, saya masih akan lebih memilih kereta. Selain karena tarifnya yang jauh lebih mahal (tiket pesawat termurah aja setara dengan tiket kereta api kelas bisnis/eksekutif), perjalanan menuju bandara lebih ribet. Buat yang nggak punya kendaraan pribadi tentunya perlu ongkos lebih untuk menuju atau pulang dari bandara. Agak nggak mungkin naik ojek online untuk ke bandara, minimal mesti taksi online, kan?
Bagi saya, pesawat itu unggul di waktu tempuhnya aja. Kalau bukan karena keadaan mendesak, saya lebih pilih sedikit bersabar dengan naik kereta api. Toh fasilitas dan pelayanan PT Kereta Api Indonesia sekarang ini udah keren kok. Yah meskipun saya lebih sering naik kelas ekonomi daripada kelas yang lebih mahal, tapi saya tetap merasa puas dengan pelayanannya.
Apalagi kalau kereta api juga menyediakan fasilitas bagasi ekstra kayak di pesawat. Beuh, kayaknya saya bakal makin cinta.
Pemikiran random ini tiba-tiba aja muncul ketika beberapa minggu lalu saya kembali memakai jasa transportasi ini untuk pulang ke kota asal setelah menyelesaikan studi. Layaknya orang pindahan pada umumnya, barang bawaan saya seabrek-abrek. Padahal sebagian besar udah dicicil dikirim lewat jasa ekspedisi, kok ya masih banyak aja gitu lho yang mesti ditenteng. Satu koper ukuran sedang, satu tas ransel besar berisi laptop agak jadul yang bodinya lumayan berat, serta satu tas ransel kecil untuk dompet dan bekal jajanan.
Saya sendiri nggak begitu suka bawa koper untuk naik kereta karena biasanya saya kesusahan untuk naikin koper ke bagasi di atas kursi. Apa lagi alasannya kalau bukan karena badan yang kurang tumbuh ke atas. Ditambah, saya lebih sering melakukan perjalanan sendirian dan biasanya saya naik ke kereta lebih dulu daripada penumpang-penumpang sebelah. Kalau lagi nggak ada yang bantuin, saya mesti naik ke kursi supaya sampai untuk taruh kopernya di bagasi. Tapi kan, agak barbar gimanaaa gitu… Pernah akhirnya saya taruh aja di kolong kursi supaya nanti gampang mengambilnya.
Dan ini terjadi lagi terakhir kali saya naik kereta beberapa waktu lalu. Untungnya, waktu itu saya dibantuin sama mas-mas yang duduknya di kursi di depan saya. Big thanks buat masnya!
Tapi, kemudian saya jadi punya ide gitu. Gimana kalau seandainya kereta menyediakan fasilitas bagasi ekstra kayak pesawat? Sistemnya sama persis, jatah kapasitas bagasi yang bisa ditaruh di gerbong penumpang dibatasi untuk setiap penumpang. Kalau berlebih, penumpang bisa taruh sebagian di gerbong khusus bagasi, tentunya dengan dikenakan tarif tambahan.
Selain bisa menolong independent woman yang sayangnya nggak bisa fully independent ini, menurut saya cara ini juga bisa memberi kenyamanan di waktu-waktu padat penumpang, misalnya saat musim mudik. Dari pengalaman yang sudah-sudah, di musim mudik biasanya bawaan para penumpang sangat bejibun. Kadang bisa sampai ada yang nggak kebagian tempat untuk taruh barang bawaannya di bagasi yang di atas kursi itu, sehingga beberapa koper akhirnya memenuhi koridor gerbong. Oleh karena itulah, saya lebih senang langsung naik begitu keretanya sudah tersedia di peron, supaya masih sepi dan saya bisa taruh barang-barang bawaan dekat dengan tempat duduk saya.
Lagi-lagi, itu pengalaman pribadi saya waktu naik kereta paling murah sih, yang kapasitas penumpangnya juga lebih banyak. Tapi, saya pribadi nggak keberatan untuk membayar lebih kalau ada fasilitas bagasi ekstra di kereta. Selain bisa mengurangi kerepotan, penumpang pun juga sama-sama nyaman, kan?
BACA JUGA Jangan Biarkan Pengguna Quora Makin Banyak dan Ramai, Nanti Toksik dan tulisan-tulisan Yusrina Kartika lainnya.