Beberapa ajang pencarian bakat menyanyi seperti Indonesian Idol sering menarik perhatian saya. Biarkan saya pamer sedikit. Saya ini hobi bernyanyi dan saya rasa suara saya masih berada di batas wajar. Alias tidak sumbang. Ya, masih enak didengar lah oleh… saya sendiri. Hehehe.
Kalau kata keluarga saya, suara saya ini bagus. Nggak heran saya jadi langganan karaokean kalau sedang berkunjung ke rumah mereka. Padahal saya rasa suara saya biasa-biasa saja. Orang-orang terdekat saya yang lain juga merasa bahwa suara saya ini bagus. Enak didengar katanya. Haha saya jadi enak.
Meskipun begitu saya nggak pernah berani untuk daftar ajang pencarian bakat menyanyi apa pun. Kadang terbesit dalam pikiran ingin mencoba daftar. Tapi, apa boleh buat, perasaan insecure saya lebih mampu mendominasi diri saya. Banyak pesaing lain yang suaranya ajegile mantapnya. Kalau saya bandingkan suara saya dengan orang-orang yang suaranya emas, ya nggak ada apa-apanya suara saya ini.
Saya sering sekali iri dengan orang-orang yang kepercayaan dirinya tinggi sekali. Maksud saya bagus sekali. Mereka seperti nggak merasakan beban ketika daftar ajang pencarian bakat menyanyi Indonesian Idol misalnya. Saya ingin sekali ikut ajang pencarian bakat itu. Hah. Tapi, saya sadar diri kemampuan menyanyi saya masih belum mumpuni.
Tapi, saya kadang membayangkan begini, seandainya saya jadi peserta Indonesian Idol sudah pasti saya akan berdoa supaya jadi runner up alias juara dua saja. Nggak usah juara satu. Hehehe. Kenapa? Jawabannya sederhana. Mereka yang runner up lebih terkenal ketimbang juara satu. Ini membuat saya heran lho sebenarnya. Semacam kutukan atau apa sih ini.
Saya tahu dulu Indonesian Idol musim pertama ada Delon dan Joy Tobing. Joy mendapatkan juara satu sedangkan Delon juara dua. Coba lihat sekarang yang lebih terkenal dan banyak muncul di mana-mana malah Delon. Kalau sekarang Delon sudah jarang terlihat di televisi.
Tapi, dulu setelah pengumuman pemenang itu, Delon langsung dapat banyak tawaran iklan dan main sinetron. Nah, sedangkan Joy malah menghilang entah ke mana. Jujur saya saja sudah nggak pernah lihat Joy Tobing lagi. Sudah nggak pernah muncul ke permukaan.
Indonesian Idol musim kedua juga begitu. Waktu itu Judika dan mendiang Mike Mohede bersanding memperebutkan gelar juara. Juara satu jatuh pada Mike Mohede, juara duanya Judika. Tapi, sekali lagi lihat siapa yang paling terkenal hingga saat ini? Ya, saya tahu Mike Mohede sudah tiada. Namun, sebelum Mike tiada pun yang lebih disorot itu Judika. Setuju nggak sama saya?
Bahkan saya ingat Judika sampai disorot perihal rumah tangganya dengan Duma Riris. Nah, sampai berita rumah tangganya saja disorot. Selain itu Judika juga banyak mengeluarkan album dan meledak di pasaran. Jujur, saya akui lagu-lagu Judika itu enak-enak. Sopan sekali kalau masuk ke telinga. Bikin eargasm.
Nggak hanya mengeluarkan lagu terus menerus, Judika juga hobi jadi juri Indonesian Idol. Saya kira juara satu akan lebih mentereng karirnya ketimbang juara dua tiga dan seterusnya. Ternyata salah besar.
Bagai sebuah kutukan, musim ketiga pun sama. Ihsan Tarore yang jadi juara pertama malah redup karirnya ketimbang Dirly yang jadi juara dua saat itu. Sampai saat ini lho Dirly rajin sekali membintangi banyak judul sinetron di salah satu stasiun televisi yang kalian tahu lah yang mana. Yang judulnya panjang-panjang itu. Heran. Ihsan Tarore entah ke mana. Padahal saya lebih suka suara Ihsan ketimbang Dirly.
Eh tapi ingat-ingat deh. Ternyata waktu zamannya Rini Wulandari dan Wilson Maiseka kutukan itu nggak berlaku. Soalnya Rini dapat juara pertama dan memang karirnya mentereng hingga saat ini.
Kutukannya kembali lagi waktu musimnya Aris Runtuwene dan Gisella Anastasia. Padahal Gisel dapat juara dua, tapi bisa-bisanya lebih terkenal ketimbang juara satunya. Bahkan kutukannya bertahan sampai sekarang. Lihat saja Lyodra dan Tiara. Menurut saya Tiara lebih terkenal ketimbang Lyodra. Juara pertamanya siapa sih? Kenapa yang lebih terkenal juara duanya? Hah. Aneh. Memang masih sulit dipecahkan misterinya.
Wah. Kalau dijabarkan keanehan juara satu dan dua Indonesian Idol ini memang nggak ada habisnya. Pasalnya, di musim-musim berikutnya juga sama! Hebat sekali ya juara dua ini. Kok bisa begitu sih. Mending jadi juara dua kalau begini mah. Jangan-jangan mereka yang jadi runner up setelah musim pertama, memang berdoa supaya dijadikan runner up ketimbang juara satu.
Sepertinya saya akan seperti itu kalau jadi peserta Indonesian Idol. Pagi, siang, dan malam saya akan berdoa supaya dapat juara dua. Lumayan kan kalau nanti juara dua bisa lebih dipandang. Siapa tau diajak main film dan rilis lagu terus-menerus. Makanya, lebih enak jadi juara dua deh kayaknya.
BACA JUGA Embel-embel Kewajiban Perempuan Membuat Saya Malas Beres-beres Rumah atau tulisan Ayu Octavi Anjani lainnya.