Saat diberi deadline untuk menyelesaikan tugas, kira-kira kalian bakal mengerjakan jauh sebelum deadline atau kalau udah mepet waktunya? Saat skripsi, kapan kalian mengerjakannya dengan penuh semangat? Saat awal pengerjaan atau ketika udah mentok di semester terakhir menjelang DO?
Saya rasa, jawaban yang akan muncul untuk pertanyaan pertama adalah saat deadline tugas sudah dekat dan jawaban atas pertanyaan kedua ialah ketika udah mentok di semester terakhir menjelang DO. Ini bisa terjadi karena waktu awal pengerjaan tugas ataupun skripsi, kita merasa ada opsi untuk mengulur waktu lantaran panjangnya waktu yang diberikan. Namun, ketika sudah mepet dan merasa sudah diujung tanduk dan udah nggak ada waktu lagi, barulah kita akan mengerjakannya dengan sangat semangat dan optimal.
Intinya, adalah keterbatasan waktu yang punya pengaruh besar terhadap pengambilan keputusan.
Dalam pemasaran, ada satu strategi yang saya pelajari dan konon, dari dulu masih jadi strategi jitu sampai saat ini. Namanya adalah scarcity effect. Secara sederhana, teknik scarcity effect tersebut memanfaatkan keterbatasan jumlah dan waktu. Teknik atau strategi ini sungguh efektif untuk bikin para pelanggan rela merogoh kocek secara impulsif dan hampir dalam fase nggak sadar.
Contoh sederhana sebagai bahan untuk dipelajari adalah pernyataan dari pihak Tokopedia yang bikin promo puncak Ramadan pada 2018 lalu. Mereka mengaku, penjualannya dalam satu bulan setara dengan hasil penjualan lima tahun. Bayangkan, keuntungan dalam lima tahun bisa “diambil” hanya dalam waktu satu bulan. Caranya gimana? Promo flash sale!
Dalam penggunaan flash sale tersebut, ada satu yang bikin para pelanggan gercep. Yakni keterbatasan jumlah produk dan juga waktu yang diberikan sebagai jangka pembelian. Hal yang dipengaruhi dari keterbatasan tersebut adalah rasa takut nggak kebagian, rasa takut kehilangan kesempatan untuk bisa mendapatkan produk tertentu.
Kenapa bisa rasa takut? Rasa takut itu satu anugerah yang diberikan Tuhan untuk bertahan hidup. Saat rasa takut muncul, tindakan-tindakan impulsif biasanya langsung muncul sebagai mekanisme untuk bertahan hidup. Contoh sederhana, saat lihat hantu atau sesuatu yang mengerikan lainnya, kalau nggak kabur ya langsung lemparin hantu tersebut. Ini adalah tindakan wajar yang muncul dari kemungkinan dideketin sama hantu atau juga kemungkinan kesurupan.
Dan mekanisme canggih yang langsung Tuhan berikan pada tiap manusia ini, secara nggateli dimanfaatkan untuk menjual produk lebih laris oleh para penjual.
Kamu pernah dapat tawaran yang bunyinya begini, “Buruan, stok terbatas!” atau “Ayo segera dibeli, minggu depan harga naik!” dan pokoknya bebunyian yang sejenis? Kalau denger yang begituan, harap jangan terpengaruh. Bisa saja itu hanya pancingan agar kita mau bergerak membelinya.
Dengan penawaran yang begitu, kita jadi cenderung berpikir bahwa dengan langkanya produk tersebut, kita jadi mengasosisikannya dengan sesuatu yang positif, mewah, eksklusif, dan merasa bahwa hal tersebut diperebutkan oleh banyak orang sehingga kita terpengaruh untuk dapat memilikinya. Ini dipengaruhi dengan rasa takut nggak kebagian, padahal itu produk biasa aja dan kadang juga masih banyak stoknya.
Dengan ditawari hal yang dianggap langka tersebut dalam nada dan nuansa yang agak buru-buru, kita secara otomatis bakal tergesa-gesa untuk ngeluarin duit untuk barang tersebut. Di flash sale kan sering terjadi yang begitu. Barang-barang yang dijual biasanya ya nggak penting-penting banget buat dimilikin. Namun, gara-gara tulisan “Promo Flash Sale, Hanya Sampai Besok”. Ya kita yang nggak butuh-butuh banget sama barang tersebut akhirnya mau nggak mau harus membelinya. Dan itulah kekalahan kita sebagai konsumen.
Dengan kekalahan tersebut, maka jayalah para penjual dan akhirnya tinggal bikin seminar wirausaha lalu cerita tentang kisah suksesnya tersebut. Sebagai konsumen, sebagai musuh perang, saya nggak mau lagi tertarik dengan hal yang begituan. Akal-akalan aja itu biar cepat laris. Dengan diketahuinya teknik atau strategi jual yang beginian, sebagai konsumen, saya berharap agar makin banyak orang bisa berpikir lebih jernih saat membeli barang. Sebagai konsumen, kita nggak terpengaruh dengan ragam model dari scarcity effect tersebut~
BACA JUGA Memahami Strategi Decoy Effect agar Nggak ‘Tertipu’ untuk Beli Produk dengan Harga Paling Mahal dan tulisan Firdaus Al Faqi lainnya.