Halo IndoAlfa, Sebagai Ibu Rumah Tangga Saya Usul Pajang Kinder Joy di Tempat Kapur Barus Aja

Halo IndoAlfa, Sebagai Ibu Rumah Tangga Saya Usul Pajang Kinder Joy di Tempat Kapur Barus Aja

Halo IndoAlfa, Sebagai Ibu Rumah Tangga Saya Usul Pajang Kinder Joy di Tempat Kapur Barus Aja

Sebagai seorang Muslim, saya tentu familiar dan mengimani istilah “Jihad”, berjuang di jalan Allah. Hanya saja, kalau kebanyakan muslim lainnya memaknai jihad dengan berperang di negara muslim yang tengah berkonflik, atau membawa bom di badannya untuk membunuh kaum kafir, saya percaya bahwa jihad bisa ditunaikan dengan hal-hal kecil yang kita alami sehari-hari.

Mengantri di kasir Indomaret yang majang Kinder Joy contohnya. Sudah tidak bisa terhitung berapa kali saya memekikkan takbir “Allaaaaahuakbaaar!!” ketika anak saya sudah mulai merengek, menangis, lalu guling-guling di depan kasir, seraya sekencang mungkin ngempit Kinder Joy yang sedang berusaha saya kembalikan ke tempat asalnya.

Isu teknik marketing dengan memanfaatkan rengekan anak ini sudah seharusnya masuk kedalam agenda kampanye feminism dan Women supports women. Bagaimana tidak, ngopeni anak anteng saja sudah cukup repot. Apalagi ngopeni anak yang nangis kejer guling-guling di lantai Indomaret, belum mau keluar kalau sajennya belum keturutan. Hal yang tadinya kecil begini akhirnya bisa membuat mood kita yang sudah susah payah dijaga sejak bangun jam 3 pagi langsung ambyar. Rasanya jadi ingin misuh-misuh seharian. Waktu yang seharusnya bisa kita pakai untuk mengerjakan hal lain pun harus terbuang untuk ngeneng-nengke anak.

Belum lagi harus menghadapi pandangan-pandangan nyinyir Mbak kasir dan konsumen lain yang walaupun diam tapi matanya seakan berkata “Mbok wis tinggal dibelikan saja biar diam. Wong cuma 12 ribu ini…”. Ha mung 12 ribu tapi setiap hari harus masuk Indoalfa, je… Kalau dikalikan sebulan yo lumayan Mbak, bisa buat nyepuh kalung emas sing ono nang gulumu, sing saiki wis malih dadi biru. Luntur koyo tresnamu. *nyanyi*

Lagipula ya Mbak, tidak semua kepinginan anak itu harus dituruti. Ndak kulino. Mending kalau sampai gede nanti yang diminta sehari-hari cuma Kinder Joy. Lha besok-besok kalau tiap iPhone ngeluarin model baru dia minta dibelikan, baligh dikit outfit-nya harus hypebeast, ulang tahun ke-17 minta Lamborghini, bisa jadi dia baru lulus SMA ginjal saya dan bapaknya sudah habis dijual-jual, Mbak.

Di tengah gempuran masif kapitalisme seperti sekarang ini, membekali anak keimanan untuk bisa menahan diri dari keinginan-keinginan yang bersifat materiil adalah wajib. Jika tidak, mereka akan terjebak dalam gaya hidup konsumerisme. Efek buruk konsumerisme ini bukan hanya berimbas pada kondisi keuangan mereka, seperti tidak bisa menabung atau terlilit hutang konsumtif, tapi juga berimbas pada sustainability. Kita terbiasa membeli barang hanya sekedar memenuhi nafsu, lalu teronggok begitu saja tidak terpakai, untuk kemudian membeli sesuatu untuk memenuhi hawa nafsu yang baru lagi.

Bumi ini yo Mbak, isinya sudah habis dikeruk untuk memproduksi permintaan hawa nafsu kita, lalu kini permukaannya penuh dengan onggokan masa lalu-mu dengan si dia. Yang tak bisa diuraikan kembali ke dalam hati. Eh, ke dalam tanah.

Kalau mau dijabarkan lebih jauh, kebiasaan membeli dan menimbun barang ini juga bisa berpengaruh pada stress-level mereka. Tapi bukankah disini sebetulnya kita hanya ingin membahas Kinder Joy?

Kinder Joy adalah salah satu gambaran sempurna pemaparan kapitalisme sedari dini. Harganya 12 ribu, isinya cuma cokelat segede upil genderuwo dan mainan yang kita nggak tau bakal dapat apa. Pun palingan hanya bertahan dimainkan sejam dua jam karena anaknya frustasi nggak bisa masangnya. Coba kalau 12 ribu itu saya yang belanjakan. Bisa dapat 1 papan tempe, 10 buah tahu kulit, dan seikat bayam yang bisa disayur bening untuk warga se-kelurahan. Kalau ngrebus kuahnya se-sumur.

Jadi ya Mbak Kasir Indoalfa, sebelum kena pisuhan ibu-ibu yang biasanya mujarab, lebih baik kita berkolaborasi dengan cara memajang kembali Kinder Joy di tempat yang sewajarnya. Atau kalau bisa jauh dari jangkauan anak-anak. Di sebelah rak obat nyamuk dan kapur barus, misalnya.

BACA JUGA Awas, Bahaya Kinder Joy! atau tulisan Rakasiwi Ratih lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version