Akhirnya, masa perkuliahan semester gasal tahun 2024 ini resmi berakhir. Khususnya di UM Malang, tempat saya kuliah. Tentu, seperti mahasiswa pada umumnya, saya melalui lika-liku aneh tapi seru selama 5 bulan terakhir. Mulai dari proyek mata kuliah yang datengnya grudukan sampai kegiatan kepanitiaan yang turut menyita waktu tidur dan perhatian.
Namun, di antara beberapa hal menyebalkan yang saya temui di semester ini, ada satu hal paling ganjel yang hukumnya urgent untuk segera diatasi. Sesuai judul, hal tersebut adalah kemampuan anak UM dalam parkir kendaraan secara pribadi. Huh!
Tidak jarang saya menemukan beberapa motor diistirahatkan dalam keadaan anomali, tidak memerhatikan kaidah, dan anehnya tidak mendapat sanksi. Jelas saja hal ini mengganggu bagaimana mood saya selama satu hari itu. Untuk lebih dapet gambaran se-menyebalkan apa, akan coba saya sebutkan satu persatu setelah ini.
Daftar Isi
Mahasiswa UM Malang kalau parkir nggak tahu arah
Yang pertama, saya nggak habis pikir sama mahasiswa UM Malang yang kebiasaan kalau markir motor, itu ngadep ke arah yang berlawanan sama motor di kiri-kanannya. Kok bisaaa? Maksud saya, seburu-buru apa sih, sampe-sampe nggak bisa bedain depan sama belakang?
Posisi motor kayak gini jadi nyebelin, karena dia ngambil space di jalan dengan lebih besar. Biasanya muncung motornya, bakal memenuhi separuh jalan keluar-masuk motor. Ini kan menyulitkan ya!
Belum lagi kalau kebetulan mau ngeluarin motor pas padet-padetnya. Terus sebelahan sama motor yang ngadep belakang kayak gini. Beh, rasanya udah pengen balikin aja tuh motor ke dealer. Hih.
Offside!
Sebagai sebuah universitas yang mengantisipasi ketidakrapian kendaraan mahasiswa di parkiran, UM Malang secara tegas membuat garis teratur di beberapa spot parkir. Jujur, saya memberi rispek yang tinggi untuk kebijakan yang satu ini. Namun sialnya, nggak semua mahasiswa bisa memahami kalau garis itu ada fungsinya.
Beberapa oknum mahasiswa berotak udang stunting, kerap memilih untuk menerabas garis itu dengan berbagai macam cara. Salah satu yang menyebalkan adalah, ketika motor ini tidak ditaruh presisi dan cenderung mengambil lahan yang menjadi hak orang lain.
Oke, saya bisa paham kalau kadang memarkirkan motor itu susah. Apalagi dengan benar-benar lurus. Tapi, mohon pengertiannya. Kadang, ada masanya kegiatan kuliah sedang padat-padatnya. Banyak mahasiswa yang berkuliah di gedung yang sama. Dan butuh tempat parkir yang sama.
Ketidakbijaksanaan rekan-rekan dalam parkir di posisi yang pas ini, membuat kadang banyak spot yang kosong, tapi tanggung. Lahan yang seharusnya muat untuk satu Scoopy, justru jadi cuma bisa buat naruh wim cycle. Alhasil, saya jadi harus muter-muter dulu sebelum masuk ke ruang kelas dengan mood yang sudah tidak karuan.
Menutup jalan lewat, ini gimana ngeluarin motornya?!
Masih soal penyalahgunaan lahan umum di UM Malang. Bedanya, kesalahan yang ini lebih sering saya temukan ketika perkuliahan selesai dilaksanakan. Ketika saya sedang lelah-lelahnya. Ketika sudah sore dan mulai kerasa ngantuk juga. Eh, tiba-tiba ada motor diparkir secara horizontal dan menutup akses keluarnya motor saya sepenuhnya. Argh, rajungan!
Tiap dihadapkan dengan hal tersebut, biasanya saya langsung sedih. Nggak kuat rasanya, membayangkan perasaan orang tua mahasiswa yang bersangkutan, ketika sudah kerja keras banting tulang untuk melunasi UKT, tapi di perantauan, keadaan anaknya masih tolol.
Lagi-lagi, kengawuran parkir ini saya duga karena sudah telanjur buru-buru. Sudah masuk ke area parkir, nggak nemu lahan kosong, dateng mepet waktu dimulainya kelas, terus sudah. Motor ditaruh sembarangan. Sungguh sangat egois. Karena, yaaa yang bersangkutan bisa menaruh motornya dan menyambung aktivitasnya. Tapi bagaimana dengan saya, yang motornya terperangkap ini?
Pada akhirnya, hati lembut saya cuma bisa mbatin dan memindahkan motor itu dengan perlahan. Tak lupa, saya juga meludah dan melempar umpatan dengan istiqomah.
Khawatir boleh, tapi mikir juga dong, kalau mau kunci stang!
Saya jujur tidak mengada-ada. Saya pernah dalam satu kesempatan, hendak mengeluarkan motor saya dari parkiran UM. Namun sayangnya, jalan keluar di hadapan saya itu dihalangi oleh salah satu motor yang jelas tidak terparkir dengan rapi, tapi dikunci stang! Fak, kok isooo?
Maksud saya, fitur kunci stang ini kan digunakan untuk melindungi motor dari oknum-oknum jahat, ya. Tapi mbok ya dipikir-pikir, malahan fitur ini kalau disalahgunakan, jatuhnya malah berbuat jahat ke orang lain. Mending kalau motornya beat, masih bisa saya tarik-dorong dengan gampang. Lah ini PCX. Mendingan langsung ditarik leasing aja!
Saya jelas muak betul kalau berhadapan dengan motor yang dikunci stang tapi tidak lihat-lihat situasi kayak begini. Khawatir boleh, tapi minta tolong banget. Otaknya yang nggak seberapa itu tolong dipake, yaaa.
Saran untuk UM Malang
Saya yakin, hal-hal menyebalkan seperti yang saya alami ini, tidak hanya terjadi satu-dua kali ke satu-dua orang saja. Selama hal ini dinormalisasi, ketololan demi ketololan baru akan terus merajalela di seluruh kawasan parkir UM Malang.
Tentu, besar harapan saya, agar hal semacam ini bisa dijadikan bahan evaluasi dan segera ditemukan solusi yang konkret dan mampu menekan angka parkir sembarangan secara signifikan.
Entah itu dengan peran aktif dari pihak keamanan untuk terus mengecek kerapian parkir motor atau dengan memperketat pengawasan. Jadi begitu kelihatan ada mahasiswa yang punya gelagat untuk naruh motornya secara sembrono, bisa langsung dipanggil dengan peluit dan disuruh push up diamond satu tangan sebanyak 61 kali.
Atau mungkin juga dengan tindakan preventif. Semisal mengadakan mata kuliah universitas 4 SKS bernama “Manajemen Parkir”. Keren, kan?
Karena selain aplikatif dan menekan angka parkir sembarangan, ilmu semacam ini juga mungkin saja akan berguna di masa depan.
Melihat susahnya mencari pekerjaan, naiknya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di tahun depan, dan belum tuntasnya urusan tukang parkir ilegal di Kota Malang, bisa saja matkul ini nantinya mampu membekali alumni UM untuk berdaya saing di urusan pekerjaan parkir-memarkir secara profesional.
Penulis: Ahmad Fahrizal Ilham
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 7 Hal yang Bisa Dilakukan di Indomaret selain Belanja