Mahasiswa S1 wajib punya rencana
Ini mungkin jadi kunci “kesuksesan” saya: saya menyusun rencana jangka panjang yang masuk akal. Dulu, waktu saya masih mahasiswa S1 semester 14, saya terpaksa menyusun rencana karena potensi DO itu amat besar. Mau tak mau, saya harus menyiapkan rencana untuk survive. Saya tak mungkin pulang begitu saja ke kampung, justru itu bikin orang tua saya makin malu. Makanya, saya menyusun rencana, dengan kemampuan saya yang pas-pasan, apa pekerjaan yang bisa saya tekuni untuk bertahan hidup di Jogja.
Kebanyakan orang-orang tak melakukan ini. Kau tak bisa berpikir setelah lulus, tiba-tiba jalan terbuka. Oh, tidak. Coba tanya kawanmu yang mentereng IPK-nya dan sekarang kerja di perusahaan yang juga mentereng. Kalian bakal kaget planning mereka begitu matang. Kalau yang berprestasi aja bikin rencana, lha kalian yang dianggap social rejects ini kok berani-beraninya go with the flow?
Bikin rencana matang dengan kemampuan yang kalian bisa saat ini. Gunakan gaji yang kalian dapat untuk investasi ke kemampuan. Mau tak mau, ini jalan kelewat panjang yang harus kalian lalui. Tapi, kalau kalian sabar dan beruntung, kalian bakal hit the jackpot.
Tapi ingat, jackpot orang beda-beda. Jackpot si A bisa jadi gaji 2 digit, jackpotmu mungkin gaji 2 kali UMR. Itu sudah bagus, karena ya nasib orang beda-beda.
Mahasiswa S1 wajib punya banyak koneksi
Sebagai mahasiswa S1 yang lulus 7 tahun, kawan kalian harusnya banyak. Kalau tidak, ini jadi masalah besar. Jujur saja, koneksi berperan amat besar dalam kehidupan kalian di masa-masa ini.
Hubungi kawan-kawan kalian, apakah mereka punya info loker, atau minta mereka mengajarimu. Pada titik ini, hilangkan harga diri semu dan ego kalian. Seperti kata Komandan Pacul, nggak usah ngomongin harga diri kalau belum punya power. Saya setuju betul sama ini. Udah nggak apa-apa kalau dipandang remeh orang, tugas kalian adalah membuktikan sebaliknya.
Koneksi kalian bisa membawa kalian lebih jauh. Baiknya hubungi kawan-kawan kalian dari sekarang. Minta bantuan mereka. Kasus saya sendiri, sejak Januari saya sudah mempersiapkan info loker dan punya dua perusahaan yang jadi tujuan utama saya waktu itu. Saya beruntung, dua perusahaan tersebut menerima saya, dan saya masih bekerja di salah satunya hingga sekarang.
Yak, betul, Mojok.
Percaya diri
Sebagai mahasiswa S1 yang lulus 7 tahun, pasti ada rasa di mana kalian mengecewakan orang tua kalian. Dan itu betul, kalian memang sudah mengecewakan orang tua. Meski orang tua kalian tidak bilang begitu, tetap saja harusnya kalian sadar ada ekspektasi mereka yang sudah kalian runtuhkan.
Nah, langkah pertama, yang harus kalian lakukan adalah meminta maaf dan minta restu. Kunci kesuksesan anak bisa dibilang ada campur tangan orang tua. Nggak selalu, tapi ada. Jangan sepelekan jalur langit. Bagi yang percaya aja, yang nggak percaya sih monggo punya cara sendiri.
Kunci paling penting dari semua ini adalah percaya. Wis, nggak usah dengarkan omongan yang menjatuhkan, atau dosen yang memaki kalian. Udah, kalian wajib percaya pada diri kalian. Tanpa kepercayaan diri, tips ini tak berguna. Kalian bergerak aja udah nggak mungkin.
Bagi kalian mahasiswa S1 lulus 7 tahun, kalian harus kuat. Kalian tak punya privilege untuk bersantai. Kalian terpaksa bekerja lebih keras, tapi nggak apa-apa. Hidup memang sekejam itu. Tapi saya yakin, kalau saya yang tak punya skill saja bisa survive, kalian-kalian pasti lebih bisa.
Semangat, kalian pasti bisa.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kuliah 7 Tahun Tak Masalah, Ini 5 Sisi Positifnya