Selama satu dekade lebih saya menggunakan operator Tri. Selama satu dekade itu, saya merasakan banyak hal. Mulai dari hal-hal yang menyenangkan seperti paket SMS dan telpon yang sangat terjangkau membuat saya sangat terbantu dari SMA sampai kuliah di segi ekonomi. Ada juga hal-hal pahit seperti hilang sinyal saat hujan dan hilang sinyal saat ke daerah terpencil.
Dengan segala manis pahit yang telah dilalui selama memakai Tri, saya ingin menceritakan empat hal yang membuat saya masih menggunakan operator ini hingga kini. Dan mungkin, nggak akan kepikiran untuk ganti.
#1 Sponsor klub sepak bola top dunia
Dulu, Tri pernah menjadi sponsor dari Manchester United (MU) yang merupakan salah satu klub terbesar di dunia pada waktu itu. Sehingga ada dulu kartu Tri khusus edisi MU. Itu membuat saya pengguna menjadi bangga walaupun dari dulu, provider ini sering diidentikkan dengan kemiskinan. Ya kayak Honda Beat yang harganya sebenarnya tinggi itu, tapi jadi ikon kemiskinan.
Saat ini pun Tri menjadi sponsor utama di jersey salah satu klub Liga Inggris yaitu Chelsea. Klub Chelsea ini merupakan klub kesayangan saya. Sehingga saya semakin yakin akan menjaga kartu ini selama mungkin yang saya bisa.
Lho, tadi katanya bangga pakai provider ini karena jadi sponsor MU, tapi kok klub kesayangannya Chelsea? Ya gimana ya, Gaes, mosok ya dukung MU. Cukup Mas Agus Mulyadi saja yang dukung MU, saya nggak usah.
#2 Nostalgia
Meskipun saat ini saya berdomisili di tempat yang sangat jauh dari jaringan sinyal Tri berada. Akan tetapi setiap membuka bima+ (aplikasi pengguna Tri) milik saya. Terkadang sekelebat ingatan-ingatan bersama kartu ini terus-menerus lewat.
Mulai dari harus mengais -ngais uang di tas dan pakaian sekolah untuk membeli voucher isi ulang dengan harga 1000 agar masa aktif kartu Tri tetap bisa digunakan. Sampai kesasar mencari alamat di daerah yang tidak ada sinyal Tri hingga kesulitan untuk menemukan alamat yang dituju. Walaupun kadang jaringan sinyalnya merepotkan tetapi bagi saya Tri itu tetap kesayangan.
Emang rasa sayang itu bikin buta, Gaes.
#3 Nomor sudah banyak yang tau
Nomor Tri yang saya gunakan sudah digunakan saya sejak kelas dua SMA sampai saya lulus kuliah. Wajar saja jika sudah banyak orang yang memiliki nomor saya ini. mulai dari teman SMA, teman kuliah, teman organisasi, teman kerja dsb.
Jadi sangat disayangkan jika nomor ini terpaksa tidak aktif lagi. Khawatir akan memutus tali silaturahmi saya dengan teman-teman saya di masa-masa itu.
#4 Masih ada yang menghubungi
Meskipun nomor yang saya gunakan tidak dapat ditelpon secara biasa atau seluler. Akan tetapi nomor WhatsApp tetap aktif dan bisa ditelpon. Sehingga terkadang masih ada teman SMA atau teman kuliah yang masih menghubungi saya via WA. Atau setidaknya saya masih bisa tau kondisi dan situasi teman-teman saya yang hanya menyimpan nomor saya di WA.
#5 Bersejarah
Sejarah, menurut saya, adalah peristiwa atau kejadian yang pernah ada di masa lampau yang memiliki pengaruh besar bagi banyak orang. Jika ditarik dari pengertian itu, saya merasa kartu Tri saya memiliki sejarah yang sangat luar biasa.
Nilai sejarah yang dimiliki oleh kartu ini memang bukan untuk banyak orang tapi untuk diri saya sendiri. Jika kartu ini tiba-tiba nonaktif karena satu dan lain hal, saya pasti memperjuangkan mati-matian agar nomor ini tetap aktif dan menjadi milik saya secara pribadi.
Alasan-alasan yang saya kemukakan memang sangat personal. Tapi, justru itu, saya ingin membagikan alasan ini, sebab, saya yakin kalian pun bertahan dengan kartu yang kalian pegang karena alasan yang kurang lebih sama.
Entah karena kerjaan, relasi dengan klien, nostalgia, atau berharap dia yang sudah pergi akan kembali dan tahu nomor yang harus dia tuju.
ANGEL WIS ANGEL.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya