Sate Karak, Kuliner Klasik Surabaya yang Sudah Jarang Diingat

Sate Karak, Kuliner Klasik Surabaya yang Sudah Jarang Diingat Terminal Mojok.co

Sate Karak, Kuliner Klasik Surabaya yang Sudah Jarang Diingat (Dokumen Pribadi Tiara Uci)

Jika membicarakan kuliner Surabaya, mayoritas orang akan membahas rujak cingur, lontong balap, pecel semanggi, dan sambel Bu Rudi. Hal tersebut nggak salah, sih. Pasalnya, semua makanan yang saya sebutkan tadi memang identik dengan Kota Pahlawan. Akan tetapi, ada satu kuliner yang jarang disebut orang padahal panganan tersebut hanya ada di Surabaya, namanya sate karak.

Tepat di ujung Gang Lonceng, Jalan Mas Mansyur, ada gerobak berwarna putih yang atapnya ditutupi terpal. Di belakang gerobak tersebut tertempel baliho sederhana bertuliskan “Sate Karak Bu Elis”. Bu Elis menjadi satu-satunya penjual sate karak di kawasan Sunan Ampel yang masih bertahan hingga sekarang. Menurut penuturan Bu Elis, blio sudah berjualan sate ini lebih dari 20 tahun. Resep sate ini sudah turun temurun diwariskan dari keluarganya. Sebelum Bu Elis, yang berjualan sate kerak adalah nenek dari Bu Elis yang juga mewarisi resep tersebut dari ibunya.

Warung Sate Karak Bu Elis (Dokumen Pribadi Tiara Uci)

Dulu, banyak sekali penjual sate kerak di kawasan Sunan Ampel. Nggak hanya diam di satu tempat, para penjual tersebut berkeliling di kawasan Sunan Ampel dengan gerobak layaknya penjual bakso keliling. Sayangnya, seiring berkembangnya zaman, para penjual sate karak tersebut sudah tidak ada lagi dan hanya Bu Elis yang masih bertahan.

“Eman dengan langganan yang sudah sering ke sini, Mbak,” tutur Bu Elis ketika saya bertanya kenapa blio masih berjualan sate ini hingga sekarang. Meskipun pengunjungnya tidak seramai dulu, tapi Bu Elis tetap bersyukur karena masih memiliki pelanggan setia yang selalu datang ke warung sederhana miliknya untuk menyantap sate karak ditemani es teh ataupun kopi.

Sebenarnya, masih ada orang yang kerap salah paham dengan nama sate karak dan beranggapan kalau sate ini berbahan karak. Bagi yang belum tahu, orang Jawa biasa menyebut nasi basi atau nasi sisa yang dikeringkan di bawah terik matahari sebagai karak. Namun, sate karak bukanlah sate dari nasi basi, loh, ya. Sate ini berasal dari daging sapi yang dimakan dengan ketan hitam.

Tampilan Sate Karak Bu Elis (Dokumen Pribadi Tiara Uci)

Dalam satu porsi sate karak Bu Elis, berisi ketan hitam, taburan kelapa, sambal kacang kering pedas, dan lima tusuk sate. Sate tersebut sudah dibakar dan dibumbui rempah-rempah yang dicampur dengan saus kacang. Rasa pedas dan gurih yang dihasilkan dari bumbu sate bercampur dengan daging sapi yang kenyal saat digigit menciptakan sensasi rasa yang unik. Adanya ketan hitam dan kelapa membuat rasa sate ini sedikit mirip dengan sate kelapa. Ia makin nikmat lagi jika dimakan dengan kerupuk.

Untuk daging satenya kita bisa milih. Bu Elis menyediakan sate tanpa lemak, sate dengan lemak, dan sate yang isinya jeroan saja. Tapi, yang paling laris sih, sate daging plus lemak. Soalnya keberadaan lemak di antara daging sapi itu membuat cita rasa satenya lebih gurih dan sedap.

Meskipun baru pertama kali menyantap sate ini, lidah saya langsung cocok dengan rasanya. Jika kalian suka makanan gurih dan pedas, saya jamin akan langsung jatuh cinta dengan makanan ini. Sebab, daging sapinya enak, nggak terasa bau apek. Selain itu, ketika dikunyah terasa kenyal-kenyal empuk. Lalu, jika dagingnya dipadukan dengan ketan hitam, rasanya jadi menyatu dan nikmat.

Sebenarnya, di warung sate karak Bu Elis juga menyediakan nasi putih untuk pengunjung yang nggak suka dengan ketan hitam. Namun, blio tidak merekomendasikan makan sate Karak dengan nasi putih karena cita rasanya akan berubah dan tidak lagi spesial.

Satenya sedang dibakar (Dokumen Pribadi Tiara Uci)

Satu porsi sate karak Bu Elis dijual dengan harga Rp13.000 saja. Menurut penuturan Bu Elis, neneknya dulu menjual sate ini Rp1.500 per porsinya. Sejak harganya masih Rp1.500 sampai menjadi Rp13.000, lokasi jualan blio nggak pernah berpindah. Ia tetap berjualan di Gang Lontar, tepat berada di depan Hotel Grand Kalimas Ampel. Warung sederhana ini seolah menantang zaman. Ia tetap berdiri tegak di tengah kepungan restoran mewah khas Arab dan berbagai kuliner kekinian yang ada di kawasan Sunan Ampel.

Jika teman-teman punya kesempatan berkunjung ke kawasan wisata Sunan Ampel, silakan mencicipi sate karak ini. Lokasinya sangat mudah ditemukan, kok. Hampir semua orang di daerah Sunan Ampel tahu lokasi sate ini. Jadi, jika kalian bingung mencari lokasinya di Google Map, silakan bertanya di warga sekitar, ya, Gaes.

Penulis: Tiara Uci
Editor: Audian Laili

BACA JUGA 6 Dosa Penikmat Sate Ayam Ponorogo yang Sebaiknya Dihentikan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version