Jalan Bugisan Selatan menjadi salah satu jalan alternatif yang selalu saya lewati untuk menghindari keramaian kendaraan yang mungkin saja melanda Jalan Bantul. Jalan Bugisan Selatan sebenarnya juga menjadi salah satu area yang paling sering dilewati siswa sekolah di Jogja, mengingat di daerah ini berdiri SMAN 1 Kasihan dan tiga sekolah seni: SMSR, SMKI, dan SMM.
Selain sekolah, Jalan Bugisan Selatan diramaikan oleh beberapa toko kelontong, warung makan keluarga, gudang ekspedisi hingga minimarket. Sayangnya, keramaian ini nggak kemudian membuat Jalan Bugisan Selatan terasa “aman” untuk dilintasi pengendara.
Ada beragam keresahan yang selalu saya rasakan saat melintas di sini. Keresahan itu terus saya tekan, karena, lagi-lagi, Jalan Bugisan Selatan Jogja adalah salah satu jalur alternatif terbaik yang saya miliki sejauh ini.
Jalan nggak rata, drainase burukÂ
Saya ingat bagaimana Mbak Noor Annisa membagikan pengalamannya berkendara di jalan ini tahun 2023. Dan, saya perlu bilang bahwa sekarang sudah 2025 dan Jalan Bugisan Selatan Jogja tetap begitu-begitu saja.
Salah satu hal yang nggak pernah berubah adalah penutup saluran air tepat di seberang sekolah seni yang menonjol melebihi aspal jalan. Entah sudah berapa banyak pengendara yang “terbang” akibat melintas di sini.
Dari penutup saluran air yang nggak diurus dengan baik saja kita sudah dapat memastikan bahwa drainase di Jalan Bugisan Selatan itu buruk. Genangan air saat musim hujan di daerah ini cukup tinggi sampai bisa mengisi lubang-lubang jalan.
Tidak ratanya aspal Jalan Bugisan Selatan turut membuat saya berpikir bahwa jalannya memang sengaja dibuat semacam ini agar lebih terkonsep sebagai jalan perbatasan Jogja dan Bantul. Ya, soalnya kalau aspalnya halus terus takutnya pengendara beranggapan masih di daerah Jogja. Makanya jalan ini dibiarkan rusak sedikit sisi kanan kirinya agar menyadari bahwa sebentar lagi akan memasuki area Bantul.
Baca halaman selanjutnya: Jalanan yang gelap…




















