Selalu ada pengalaman menarik, lucu, maupun unik sependek karier kepenulisan saya di media. Seperti bayi, tumbuh dan kembangnya selalu menghadirkan cerita menarik. Salah satunya ketika sambat soal Indihome, eh didatangi langsung sama petugas Telkom.
Saya pernah diserang sama fans Tiara Andini karena dengan keponya mengulik yang terjadi di balik tagar trending #MaafkanAkuTiaraAndini. Saya juga pernah dituduh sesat karena mengkritisi pernyataan Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat ada kerusuhan sara di India.
Saat itu Pak Kiai meminta India belajar dari Indonesia soal toleransi. Padahal kita tahu sendiri PR toleransi di Indonesia masih amat banyak. Yang terbaru adalah reaksi yang saya dapat setelah tulisan saya yang menyinggung Indihome tayang di Terminal Mojok, humas Telkom menghubungi saya lewat email dan meminta maaf atas layanannya.
Suatu reaksi yang tidak pernah saya pikir akan saya dapatkan. Apalah saya remah-remah peradaban, debu ketika kamu mengambil buku lama dari lemari baca yang lama tak dibersihkan.
Tapi, membaca email dari humas Telkom saya cukup kaget. Sambat yang biasanya cuma sekadar suara lewat, kini didengar. Suara keluhan pelanggan yang dibalas dengan restart modem oleh CS Indihome yang baik hati itu, kini direspons dengan tanggapan bahwa mereka akan datang bersilaturrahmi.
Saya sebenarnya sejak awal tidak ada niatan untuk mendapat kunjungan dari pihak Telkom. Saya menulis hanya untuk sambat, hanya mengekspresikan beberapa kekesalan kepada Indihome yang memang butuh wadah untuk menampungnya.
Dari mana humas Telkom dapat email saya, ya? Saya sempat bertanya pada redaktur Mojok, apakah ada pihak Telkom bertanya ke redaktur perihal tulisan itu? Apakah redaktur memberikan email saya ke Telkom?
Tidak. Redaktur menjawab tidak pernah. Terang saja saya panik. Apalagi nama pelanggan indihome bukan atas nama saya, tapi orang tua. Dari mana mereka bisa tahu? Saya bertanya-tanya mungkinkah mereka mendapatkannya dari elite global? Tapi saya masih meragukan keberadaan elite global. Apalagi setelah saya gagal lulus tes sebagai pegiat konspirasi yang dipelopori Bli Jrx dan kini diikuti Anji Manji.
“Tanya aja langsung, Mas. Tapi kalau saya sih curiganya dari Google. Ini saya masukin namamu di mesin pencari ada muncul alamat emailmu kok, Mas.” jelas Pimred Mojok.
Benar saja ada muncul email saya saat nama saya dimasukkan ke mesin pencari, email itu muncul di laman Detik Connect. Sebelumnya saya memang pernah menulis di kolom Detik.
Walah iya toh. Gara-gara panik saya gagal berpikir. Otak saya jadi seret dan macet. Tidak lama saya membalas pesan pertama email itu, datang jawaban bahwa mereka meminta nomor telpon saya, nomor telpon rumah yang terdaftar Indihome beserta alamat rumah saya. Saat itu mereka mengatakan akan datang berkunjung hari itu juga, jika saya ada waktu.
Serius, nih? Mereka akan datang. Saya pikir itu hanya upaya ramah tamah dari humas Telkom semata. Ternyata tidak lama ada pesan dari WA salah seorang pihak manajemen Telkom Mataram mengabarkan akan datang, hari itu juga. Tepat satu hari setelah tulisan yang saya kirim ke Terminal Mojok tayang.
Saya akui saat itu jantung saya dagdigdug, saya gelisah setelah mengetahui pihak Telkom akan berkunjung ke rumah. Namun saat membaca email dari humas Telkom yang menghubungi meminta kontak saya beserta alamat untuk segera turun ke lapangan, membuat saya lebih tenang. Pesan di email itu penuh aura persahabatan, disertai dengan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang saya alami sebagai pelanggan Indihome.
Tidak lama berselang, bahkan tak sampai dua jam, orang-orang Telkom sudah ada di depan rumah. Mereka datang berempat. Satu orang dari manajemen, satu dari customer care, dan dua orang teknisi. Teknisi mengecek masalah yang terjadi pada jaringan dan saya mengobrol cukup panjang dengan pihak manajemen dan customer care.
Setelah menjelaskan masalah yang saya alami, mereka meminta maaf lagi atas ketidaknyamanan itu. Kemudian menjelaskan beberapa masalah teknikal yang membuat sinyal Indihome terganggu dan modem saya diganti baru.
Selanjut saya diberi penjelasan berbagai kendala yang mungkin saya alami dan tentu saja ada sosialisasi paket yang menarik, menambah kecepatan jaringan hingga tiga kali lipat dengan tambahan biaya yang tidak sampai sepuluh persen. Siapa yang tidak tergoda meng-upgrade paket yang rasanya seperti membeli dua yogurt gratis satu di Indomaret.
Akhirnya saya menerima tawaran upgrade paket Indihome menjadi tiga kali lipat lebih cepat dengan biaya yang tidak sampai bertambah sepuluh persen. Kini saya sudah terpuasakan dengan jaringan yang jauh lebih kuenceng. Kerja saya yang sepenuhnya berhadapan dengan laptop dan harus online tidak terganggu. Jika ada masalah tinggal hubungi pihak Telkom dan dikunjungi teknisinya.
Dari hasil mengobrol itu juga saya mengetahui ternyata bukan dari elite global orang Telkom mendapatkan email saya. Ternyata benar dugaan Cik Prima, mereka mendapat email saya dari mesin pencari Google.
Begitulah sepenggal kisah saya yang dikunjungi langsung oleh pihak yang saya sindir. Saya merasa lega setelah pihak Telkom menyambut kritik saya dengan tangan terbuka. Saya doakan kebaikan ini tidak terjadi pada saya seorang, tetapi juga pada teman-teman pelanggan Indihome yang lain.
Ngomong-ngomong ada kawan saya berkomentar, menyarankan saya untuk besok-besok coba tulis tentang Kapolri. “Siapa tahu kan ada yang pengen silaturrahmi juga?”
Wadidaw…. ampun dah, kalau itu saya tidak berani.
BACA JUGA Tips untuk Lapor Kendala Internet ke CS IndiHome biar Gercep dan Ini Serius! atau tulisan Aliurridha lainnya di Terminal Mojok.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.