Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Mencari Pemenang Sambal Matah vs Sambal Bawang Nggak Bakal Bikin Bingung, Jawabannya Jelas, Sambal Matah!

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
23 Agustus 2023
A A
Sambal Matah vs Sambal Bawang, 2 Sambal Penguasa Dunia Kuliner dengan Penikmat yang Militan

Sambal matah (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sambal, jadi kondimen penting untuk melengkapi hidangan makanan bagi masyarakat Indonesia. Pokoknya makan nasi hangat, ya sambal pendampingnya. Terlepas setelah itu ada tambahan menu lain seperti kerupuk, tempe, ikan, ayam, atau rempeyek. Sudah jadi kebiasaan Masyarakat Indonesia untuk menghadirkan sambal setiap saat, mulai dari untuk makanan sehari-hari, sajian di momen temporal semacam arisan keluarga hingga hajatan besar seperti pesta pernikahan, atau sejenisnya.

Nggak heran, Indonesia jadi negara dengan kekayaan sambal yang sangat berlimpah. Mengutip sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Ethnic Foods pada 7 Juli 2022, terdapat 110 jenis sambal yang berbeda di Indonesia. Studi lain yang dilakukan oleh peneliti senior dari UGM, Prof Mudjiati Garjito bersama timnya pada 2018 bahkan menyebutkan ada sebanyak 322 jenis sambal yang dimiliki Indonesia.

Tapi, dari sekian banyak sambal yang ada di Indonesia, ada dua sambal yang menurut saya memiliki penikmat yang sama-sama militan dan patut untuk diadu. Kedua sambal itu adalah sambal matah dan sambal bawang. Nah kira-kira yang mana yang lebih baik?

Sambal matah

Sambal matah merupakan sambal tradisional khas dari masyarakat Bali. Kata “matah” memiliki makna mentah. Artinya seluruh bahannya disajikan dalam kondisi yang masih mentah. Tanpa digerus. diulek, atau ditumis. Rasa yang dihasilkan dari sambal yang satu ini memang unik karena perpaduan dari berbagai campuran bahan dasar yang masih segar.

Dahulu, sambal matah biasa dijadikan makanan pendamping yang dibawa oleh masyarakat Bali ketika berpergian, baik itu memancing maupun bertani. Pada saat itu, sambal matah dipadukan dengan olahan ikan asin. Seiring perkembangan zaman, dibarengi dengan masyarakat Indonesia yang doyan makan, sambal matah akhirnya dapat tersebar luas ke seluruh Indonesia, bahkan dunia.

Untuk bahan bakunya, sambal matah sendiri membutuhkan bawang merah, cabai rawit, batang serai, daun jeruk, jeruk nipis, garam, merica, gula, terasi, penyedap, dan minyak kelapa.

Mudah dimasak

Cara masaknya pun mudah, iris tipis seluruh bahan baku kecuali jeruk nipis. Kemudian terasinya dipanaskan sedikit di atas minyak kelapa. Setelah itu, peras jeruk nipis di atas bahan baku yang sudah diiris tipis. Kemudian seluruh bahan baku yang sudah diiris dicampur dengan terasi, garam, gula, penyedap, dan merica. Terakhir, tuangkan sedikit minyak kelapa dan aduk rata. Nah sudah siap disantap.

Apabila diperhatikan, seluruh bahan yang digunakan dalam pembuatan sambal matah berasal dari tumbuhan segar yang tentunya punya nilai gizi yang tinggi. Ketika bertanya kepada beberapa penikmat sambal matah, mereka mengatakan bahwa keunggulan sambal matah terletak dari kesegaran yang dihadirkan dari si sambal ini. Aroma bawang dan serainya yang dipadukan dengan rasa manis dan asinnya terasa menyegarkan ditambah dengan rasa kecut yang diperoleh dari perasan jeruk nipis. Yah pendapat itu tentu beralasan, lah proses pembuatannya saja tidak dipanaskan sama sekali, (kecuali terasinya).

Baca Juga:

Fakta Kerja di Bali Tidak Seindah Kata Orang

Sudah Saatnya Banyuwangi Pindah Ibu Kota, agar Pembangunan Kota Ini Merata dan Tidak di Situ-situ Aja

Kandungan gizi dari setiap bahan baku jadi tetap terjaga, ditambah dengan penggunaan minyak kelapa yang bisa dibilang jadi minyak sehat. Karena apabila diganti dengan minyak biasa, sambal matah yang disantap jadi kurang ramah di tenggorokan. Maka dari itu, sambal matah yang menggunakan minyak kelapa sangat ramah terhadap orang yang sedang batuk. Bagi mereka jadi gak masalah.

Namun, sambal satu ini punya kekurangan, seluruh bahan bakunya yang tidak diulek membuat rasanya tidak menyatu antara bahan satu dengan bahan yang lainnya. Tentu akan sedikit menjengkelkan apabila yang kamu gigit adalah serainya. Kan jadi nggak nyaman.

Terlepas dari itu, nggak bisa dimungkiri bahwa sambal matah merupakan kandidat kuat untuk sambal sehat karena bahan-bahanya yang masih segar ketika disantap. Cocok untuk mereka yang lagi diet tapi tetap ingin makan sambal.

Sambal bawang

Kita beralih ke sambah bawang. Sambal satu ini asal usulnya memang kurang terekam jelas sebagaimana sambal matah. Beberapa sumber menyebutkan sambal bawang merupakan asli dari daerah Jawa Timur. Tapi di daerah lain seperti Jawa Barat dan sebagian besar daerah Flores juga mengenal akrab sambal ini sejak dulu.

Sebagaimana sambal-sambal lainnya, sambal satu ini akrab disajikan bersamaan dengan kerupuk, tempe/tahu, ikan, ayam, dan jenis-jenis protein lainnya.

Berbeda dengan sambal matah yang dianggap sedikit eksklusif, sambal bawang adalah sambal paling populer dan banyak disajikan di rumah makan sederhana hingga restoran ternama di Indonesia. Bahkan beberapa warung ayam geprek yang saya kunjungi di daerah Semarang dan Jakarta menggunakan sambal bawang.

Sambal yang amat sederhana

Bahan baku dari sambal ini sendiri sangat sederhana, hanya berupa bawang putih, cabe merah, cabe rawit merah, garam, gula (sedikit), terasi (opsional), dan minyak. Terdapat dua metode dalam pembuatannya dari yang saya amati di beberapa warung makan atau di beberapa kerabat di kampung.

Pertama, seluruh bahan baku, kecuali garam dan gula, digoreng terlebih dahulu di minyak panas, kemudian diuleg. Kedua, seluruh bahan diulek halus, setelahnya baru disiram dengan minyak panas. Cara kedua ini sering membuat sambal bawang disebut dengan istilah sambal korek.

Bagi para penggemarnya, sambal bawang dianggap nikmat karena rasa gurih dan pedasnya yang bercampur dengan sempurna karena prosesnya yang diuleg. Rasa pedas gurihnya benar-benar bikin nagih ketika dipadukan dengan makanan-makanan yang dominan manis dan gurih. Terlebih kalau ditambah dengan terasi, aroma sambalnya serasa memanggil untuk disantap meski pedasnya kadang minta ampun. Tapi disitulah yang membuat sambal bawang punya semacam zat adiktif yang membuat penggemarnya terus melahapnya.

Meski begitu, sambal bawang punya kelemahan. Apabila dibandingkan dengan sambal matah, sambal bawang kurang cocok bagi mereka yang sedang batuk-batuk. Lah wong udah pedesnya gila, ditambah berminyak lagi. Selain itu, dari kacamata kesehatan, jelas, sambal bawang sepertinya nggak bisa menggeser predikat sambal matah sebagai sambal sehat untuk kalangan vegetarian.

Dari penjelasan yang saya uraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sambal matah punya keunggulan dari sisi kesehatan dan kesegaran rasanya. Sementara sambal bawang, unggul dari sisi kesatuan rasa karena tiap bahan bakunya diulek bersamaan sehingga bercampur jadi satu. Tapi, kalau dilihat-lihat lagi, juaranya jelas matah sih. Itu kalau saya lho yaaa.

Nah bagaimana kalau kalian? Tim sambal matah atau tim sambal bawang? Atau malah tim Ferdy Sambo?

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mengintip Kepribadian Orang dari Jenis Sambal Kesukaannya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 23 Agustus 2023 oleh

Tags: balisambal bawangsambal matahterasi
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

Driver Ojol dan Taksol di Bali Amat Pantas Diberi Bintang 5, Pelayanannya Top Banget, Wajib Ditiru Driver Kota Lain

Driver Ojol dan Taksol di Bali Amat Pantas Diberi Bintang 5, Pelayanannya Top Banget, Wajib Ditiru Driver Kota Lain

10 September 2024
Masjid terdekat saat perjalanan darat Banyuwangi Bali

6 Rekomendasi Masjid Terdekat jika Motoran ke Denpasar Bali Lewat Gilimanuk

9 April 2022
8 Makanan Khas Bali yang Jarang Direkomendasikan Warga Lokal kepada Wisatawan

8 Makanan Khas Bali yang Jarang Direkomendasikan Warga Lokal kepada Wisatawan

17 Maret 2024
Rekomendasi Warung Nasi Legendaris di Bali yang Wajib Dicoba Sekali Seumur Hidup

Rekomendasi Warung Nasi Legendaris di Bali yang Wajib Dicoba Sekali Seumur Hidup

28 September 2023
4 Hal yang Wajar di Bali, tapi Nggak Lumrah di Jogja Mojok.co

4 Hal yang Wajar di Bali, tapi Nggak Lumrah di Jogja

21 September 2024
Tradisi Unik Pemakaman di Desa Trunyan Bali terminal mojok

Mengintip Tradisi Unik Pemakaman di Desa Trunyan Bali

19 September 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Rekomendasi Film Natal di Netflix yang Cocok Ditonton Bersama Keluarga Mojok

4 Rekomendasi Film Natal di Netflix yang Cocok Ditonton Bersama Keluarga

11 Desember 2025
Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025
motor Honda Stylo 160: Motor Matik Baru dari Honda tapi Sudah Disinisin karena Pakai Rangka eSAF, Bagusan Honda Giorno ISS Honda motor honda spacy

Honda Stylo: Rangkanya Dibilang “Bom Waktu”, tapi kok Masih Laris?

9 Desember 2025
5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual! Mojok.co

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual!

12 Desember 2025
Lidah Jawa Saya Kaget dan Menyerah Ketika Mencoba Dendeng Rusa dari Merauke

Lidah Jawa Saya Kaget dan Menyerah Ketika Mencoba Dendeng Rusa dari Merauke

10 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah
  • Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur
  • Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua
  • Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban
  • Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri
  • Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.