Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Loker

Salahkah Menulis demi Uang?

Toni Al-Munawwar oleh Toni Al-Munawwar
17 Oktober 2022
A A
Salahkah Menulis demi Uang? kaya

Salahkah Menulis demi Uang? (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sampai saat ini, menulis demi uang masih dianggap sebagai pekerjaan nista. Entah kenapa, menulis tidak bisa disejajarkan dengan pekerjaan lain yang layak dibayar, dan entah kenapa, menulis demi uang dianggap nista. Banyak penulis yang selalu menggembar-gemborkan untuk tidak menulis demi uang atau rupiah, seolah-olah pekerjaan itu begitu cabul. SEolah-olah, penulis makan dari menyedot udara dan berfotosintesis.

Kerap kali, orang bilang uang yang didapat dari menulis itu bonus. Artinya, jangan jadi tujuan utama. Gara-gara ini, orang jadi sulit mengidentifikasi penulis sebagai profesi. Layak dibayar pun tidak. Jelas saja hal ini sesat, amat sesat.

Menulis demi uang bikin kualitas menurun?

Konon, orang yang menulis demi uang atau rupiah, akan mengabaikan kualitas tulisan. Pada titik ini, saya penasaran dari mana anggapan itu muncul. Soalnya, jelek betul logikanya.

Kita ambil contoh, saat seseorang mengirimkan tulisannya ke media yang berhonor, lalu ternyata tulisan itu ditolak oleh media tersebut, maka ia bisa belajar mencari tahu dimana letak kekurangan pada tulisannya sehingga menyebabkan tulisan itu ditolak redaktur. Dari titik ini saja terlihat bahwa kualitas jelas diperjuangkan.

Semakin sering tulisannya ditolak oleh media, ia akan semakin merasa termotivasi dan tertantang untuk bisa menembusnya. Bukan hanya itu saja, ia juga akan semakin sering “belajar” dari tulisan orang lain yang sudah lebih dulu dimuat.

Lalu, dari mana bagian mengabaikan kualitasnya?

Uang bisa jadi motivasi

Menurut saya, uang malah motivasi terbaik seseorang untuk meningkatkan kualitas. Kalau uang gagal meningkatkan motivasi, justru aneh. Ha wong dapet hadiah kok, nggak mau. Nah, cara mengukurnya ya dengan mengirimkan ke media yang berhonor. Mojok, misalnya.

Ya, untuk mengukur dan meningkatkan kualitas sebuah tulisan adalah dengan mengirimkannya ke media-media yang berhonor. Karena, saat kita mengirimkan tulisan ke media-media berhonor, akan melewati proses kurasi yang ketat. Hanya tulisan-tulisan yang berkualitas dan layak muat yang akan ditayangkan.

Baca Juga:

Sarjana Agama Jangan Mau Dicap Cuma Bisa Terima Setoran Hafalan, Ini 5 Profesi Alternatif yang Butuh Keahlian Agama Kamu

6 Usaha yang Semakin Redup karena Perkembangan Zaman

Hal ini akan menjadi ajang kompetisi yang positif. Kita akan bersaing dengan puluhan penulis lain. Dari puluhan karya (bahkan ratusan) hanya akan dipilih satu pemenang saja.

Ya, satu pemenang, tidak ada juara dua dan tiga dan seterusnya. Semakin tinggi jumlah honor yang ditawarkan oleh media, semakin tinggi pula tingkat persaingannya. Jika kompetisi pada umumnya, seseorang bisa saling sikut-menyikut untuk bisa menang, berbeda dengan kompetisi satu ini. Tak ada sikut-menyikut, pure penilaian redaktur.

Lalu bagaimana caranya agar bisa menjadi pemenang?

Hanya ada satu cara; dengan mengirimkan tulisan berkualitas. Hanya itu saja? Ya, itu saja. Semakin baik kualitas sebuah tulisan, semakin besar peluang untuk dimuat dan semakin cepat honor akan ditransfer.

Menulis demi uang bukanlah sesuatu yang nista atau cabul. Sama seperti pekerjaan lain, menulis juga mengeluarkan tenaga, pikiran, waktu, juga uang. Jadi, wajar jika kita mengharapkan bayaran (gaji) setelah menyelesaikan pekerjaan. Setiap orang yang bekerja, tentu membutuhkan upah untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga.

Begitu pun dengan penulis, ia butuh upah (honor) untuk bisa tetap makan atau sekadar beli camilan sebagai teman menulis. Seorang penulis yang menggembar-gemborkan untuk tidak menulis demi uang, mungkin baginya itu hanya sebuah hobi, atau justru terlalu sempit memandang segala hal.

Menurut saya, perdebatan perkara sahkah menulis demi uang itu baiknya diperbaiki. Pemula sekalipun, punya hak untuk berharap tulisannya dibayar. Justru dengan membayar penulis, akan bikin industri jadi makin hidup, dan memunculkan banyak penulis hebat.

Penulis: Toni Al-Munawwar
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Menurut Amien Rais, Mendukung Jokowi Itu Menggadaikan Akidah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 17 Oktober 2022 oleh

Tags: PenulisprofesiUang
Toni Al-Munawwar

Toni Al-Munawwar

Blogger dan penulis buku. Beberapa tulisannya pernah dimuat media cetak dan elektronik.

ArtikelTerkait

Emang Iya Kuliah Keguruan Cepat Balik Modal?

Noda dan Dosa Guru: Sisi Gelap Sebuah Profesi yang Dianggap Mulia

6 September 2022
Bukan Sekretaris, tapi Tugas Bendahara Adalah yang Terberat di Masa Sekolah terminal mojok.co

Menyimak Narasi Uang dari Noe Letto

2 Januari 2021
Belajar Memaknai Hidup, Uang, dan Public Relations dari Operator Depot Galon Isi Ulang terminal mojok.co

Belajar Memaknai Hidup, Uang, dan Public Relations dari Operator Depot Galon Isi Ulang

13 November 2020
blogger blogging blog mencari uang penghasilan adsense ylix mojok.co

5 Alasan Mengapa Kamu Sebaiknya Tidak Menjadi Blogger untuk Cari Uang

30 Juni 2020
Menciptakan Keribetan bagi Masyarakat Cashless

Menciptakan Keribetan bagi Masyarakat Cashless

3 Desember 2019
3 Duka Jadi Penjual Parfum Isi Ulang

3 Duka Jadi Penjual Parfum Isi Ulang

29 Desember 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.