Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Salah Kaprah Orang Tua dalam Menggunakan Emoticon untuk Berkirim Pesan

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
13 Februari 2020
A A
Salah Kaprah Orang Tua dalam Menggunakan Emoticon untuk Berkirim Pesan
Share on FacebookShare on Twitter

Sebagian orang masih menganggap, ibu-ibu yang mengendarai motor matic adalah salah satu hal yang perlu diwaspadai di jalanan. Belum lagi cerita soal lampu sign yang nyala itu di kanan, eh, beloknya ke kiri. Padahal, sebagai seorang pekerja yang sehari-harinya menggunakan motor, dan setelah saya observasi, hal demikian juga biasa dilakukan oleh pengendara lain. Mau bapak-bapak, anak muda, semua memiliki potensi melakukan kesalahan yang sama.

Entah karena memang tidak fokus, kebiasaan, atau bisa jadi karena teledor—mengabaikan keselamatan diri dan orang lain.
Selain itu, serupa tapi tak sama, orang tua juga kerap kali menjadi sosok yang keliru dan “gagap” dalam menghadapi kecanggihan teknologi pada masa kini. Seperti ibu saya yang ketika mengotak-atik handphone miliknya, hampir selalu merasa khawatir akan potensi rusak atau pun error. Saya sampai berkata bahwa, “Error nggak apa-apa, kok, Bu. Nggak akan sampai rusak, nanti bisa dibetulkan lagi.”

Sebab, ketika membuka suatu fitur, ibu tidak terbiasa untuk mengotak-atik seperti kebanyakan anak muda. Ibu akan mencatat step by step-nya sendiri, menghafalkan harus tap hape berapa kali, masuk ke menu apa, harus tap berapa kali lagi, sampai akhirnya masuk ke suatu fitur. Ya, tiap orang memang memiliki cara yang unik untuk memahami sesuatu, pun dengan ibu saya.

Kejadian tersebut akhirnya terbawa hingga beliau memutuskan untuk download aplikasi WhatsApp dan menggunakannya untuk berbalas pesan dengan rekan, tetangga, juga saudara. Ketika belajar menggunakan WhatsApp, ibu pun membuat catatan yang kurang lebih sama. Alasannya agar cepat paham dan bisa berbalas pesan secara fasih, “di luar kepala”.

Perlahan, ibu bisa menggunakan WhatsApp dengan baik, dan mulai menggunakan beberapa emoticon untuk mendukung pesan yang dikirim kepada rekannya. Namun sayangnya, hal itu tidak diimbangi dengan pemilihan emoticon yang tepat pada setiap pembahasan.

Misalnya saja—dan ini yang paling sering terjadi, emoticon ? sering disalahartikan sebagai emoticon bersedih sekaligus menangis. Meski ada air mata yang keluar di sekitar mata, tapi kan bentuk mulutnya terbuka lebar, lekukan matanya pun mendadakan sedang tertawa. Celakanya lagi, emoticon ini sering digunakan untuk ucapan belasungkawa kepada teman atau saudara yang sedang mengalami kemalangan.

Saya juga pernah membaca update status WhatsApp ibu yang berisikan ucapan bela sungkawa, tapi menggunakan emoticon tersebut. “Turut berbelasungkawa ya, Bu Aminah (nama samaran), semoga selalu diberi ketabahan dan kesabaran ?.”

Saya yang membaca status tersebut, langsung meluruskan dan memberi tahu ibu bahwa emoticon yang dipakai kurang tepat. Jika lawan bicara tahu, kan gawat betul. Apalagi jika memahami emoticon tersebut lebih tepat digunakan untuk konteks apa. Mengetahui hal tersebut, Ibu langsung menanyakan emoticon yang tepat dan cocok digunakan itu yang mana.

Baca Juga:

4 Siasat Bertahan di Grup WhatsApp Keluarga Besar 

Fitur Reaction WhatsApp Nggak Ada Gunanya, Bukannya Mempermudah Komunikasi Cuma Bikin Sakit Hati

Padahal, kalau yang dimaksud ikut bersedih dan berduka, bisa menggunakan emoticon ?, ?, ?, atau ☹️. Dan masih banyak lagi variasi lain yang bisa digunakan. Nggak mungkin juga kan saya jabarkan satu per satu, nanti yang ada tulisan ini malah full berisikan emoticon.

Namun pada realitanya, bukan hanya ibu saya yang keliru menggunakan emoticon ketika berbalas chatting maupun update status. Masih banyak orang tua yang melakukan kesalahan yang sama. Sebagai bukti otentik, fenomena salah kaprah dalam menggunakan emoticon oleh sebagian orang tua tersebut sudah diabadikan dalam meme dan tersebar di interntet, juga dijadikan sebagai bahan candaan sehari-hari.

Dengan segala keterbatasan dalam memahami ragam emoticon, saya pikir kita harus mengapresiasi usaha orang tua dalam beradaptasi terhadap perkembangan teknologi terkini. Salah satunya ketika menggunakan aplikasi chatting dengan banyak jenis emoticon di dalamnya. Jika mereka belum paham, ada baiknya diberitahu.

Sebab, tidak sedikit pula orang tua yang mau belajar penggunaan aplikasi atau fitur terkini pada hape agar bisa lebih dekat dengan anaknya. Entah dengan berdiskusi soal bagaimana cara menggunakannya atau menjalin komunikasi lewat aplikasi terbaru, via chat, voice call, atau video call. Terkadang, semua dilakukan untuk dapat menyesuaikan apa yang sedang menjadi tren dan sering digunakan oleh anaknya.

Saya pikir, membalas segala kebaikan orang tua itu pasti sulit—atau mungkin tidak akan pernah terbalas seutuhnya. Meski tidak akan pernah sepadan, paling tidak memberi arahan kepada orang tua dalam menggunakan hape, WhatsApp, termasuk memilih emoticon yang tepat dalam berbagai jenis percakapan dengan sabar, bisa menjadi salah satu bukti bakti anak kepada orang tua dalam skala paling kecil.

BACA JUGA Panduan Mengakhiri Chat di WhatsApp Biar Nggak Cuman Pakai “Haha-Hehe” Thok atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 Februari 2020 oleh

Tags: emoticonOrang TuateknologiWhatsapp
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

warisan balas budi kepada orang tua mojok

Balas Budi kepada Orang Tua Itu (Katanya) Merepotkan, Menyebalkan, dan Nggak Perlu

1 September 2020
Sosok Ayah yang Tak Akan Pudar Jasanya walau Telah Lama Meninggal terminal mojok

Sosok Ayah yang Tak Akan Pudar Jasanya walau Telah Lama Meninggal

15 Agustus 2021
warisan balas budi kepada orang tua mojok

Kita Tidak Perlu Sok Dewasa di Depan Orang Tua

24 November 2020
whatsapp

Aku Berlindung dari Pesan WhatsApp yang Asal Forward

24 Mei 2019
kata siap

Panduan Mengganti Kata “Siap” Pas Chattingan biar Nggak Dikit-Dikit Siap

6 April 2020
nama paraban profesor snape kebapakan bapak-bapak indonesia mojok

Polemik Nama Paraban Orang Tua yang Diturunkan ke Anaknya

5 Maret 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Mensiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.