Ada satu hal kecil yang sebenarnya urgent di masa pandemi, tapi masih dianggap remeh oleh orang-orang, yaitu mencampur sabun cuci tangan dengan air. Hal ini dianggap wajar dengan alasan agar lebih hemat. Tidak hanya di rumah-rumah, bahkan sabun cuci tangan yang tersedia di depan warung, toko, minimarket, dan swalayan besar juga begitu. Padahal kan, hal ini tidak baik.
Kita sebagai masyarakat dianjurkan untuk selalu mencuci tangan saat datang dan keluar dari suatu tempat. Tapi, sabun yang tersedia di tempat tersebut tidak bisa disebut sebagai sabun cuci tangan karena dicampur dengan air. Bahkan seringnya lebih banyak air daripada sabunnya. Encer banget. Berbusa saja tidak, terasa licin saja tidak. Memang kita tidak bisa mengklaim sabun yang banyak busanya itu lebih baik, tapi yang dicampur air sampai tidak ada busanya itu juga sama tidak baiknya.
Apa bedanya kalau begitu? Sama saja kayak cuci tangan pakai air biasa. Kadang kalau mau agak berusaha, kalian perlu menekan botol sabun berkali-kali, yang ngotot sekalian biar tangan semakin berbusa. Kalau nggak begini niat untuk membersihkan tangan dari ancaman virus corona bakal sia-sia. Hadeeeh.
Berdasarkan riset kecil-kecilan yang saya lakukan, sabun apa pun yang dicampur dengan air itu berisiko terkontaminasi kuman dari air yang digunakan, juga tidak efektif untuk membunuh kuman dan bakteri karena akan mengubah konsentrasi dan pH sabun. Tidak terbatas pada sabun cuci tangan saja, tapi sabun mandi cair dan sampo juga berlaku demikian.
Bagian yang menyebalkannya adalah toko-toko, swalayan besar, bahkan minimarket seperti Indoapril dan Alfamaret juga melakukan hal yang sama. Saya jadi berpikir bahwa hal ini tidak sesuai dengan poster dan spanduk yang menganjurkan untuk mencuci tangan sebelum masuk ke toko.
Masalahnya, tempat-tempat yang saya sebutkan di atas kan juga menjual sabun cuci tangan. Mengapa mereka tidak merelakan sebungkus sabun untuk dipakai oleh konsumen? Mencampur 50 ml sabun dengan 150 ml air demi berhemat kayaknya terlalu klise.
Sabun yang seperti itu sangat tidak nyaman digunakan untuk mencuci tangan. Ini yang membuat saya kesal dan malas mencuci tangan di tempat umum. Saya lebih memilih memakai hand sanitizer atau sabun pribadi yang sering saya bawa di dalam tas.
Atau jangan-jangan mereka lupa tujuan awal menyediakan sabun dan air di depan toko atau minimarket itu untuk apa. Seharusnya tempat-tempat umum tidak boleh menggunakan asas penghematan demi keuntungan pribadi. Risiko penularan penyakit dan virus jadi lebih besar karena penggunaan sabun yang tidak efektif. Menyebalkannya lagi, ada beberapa toko yang tidak menggunakan sabun cuci tangan, tapi sabun cuci piring, bahkan detergen. Apa nggak iritasi tuh tangan orang sekampung?
Bayangkan, bagaimana geregetnya saya sebagai konsumen ketika datang ke sebuah swalayan yang cukup besar, malah disuguhi Mama Melon atau detergen untuk mencuci tangan. Saya kaget dengan kenyataan: sepelit itukah mereka? Sayangnya hal itu dianggap sebagai sesuatu yang wajar.
Mari kita lihat dari sudut pandang kesehatan kulit. Sabun cuci tangan yang penggunaannya sesuai anjuran saja masih punya efek samping, seperti membuat kulit kering. Apalagi mencuci tangan menggunakan sabun cuci piring dan detergen. Bahan aktif yang terkandung di dalam produk tersebut tidak diformulasikan untuk membunuh kuman dan bakteri di kulit. Mencuci tangan menggunakan produk tersebut hanya akan membuat kulit gatal, keriput, meninggalkan bau tidak sedap khas sabun cuci piring dan detergen, dan akan sangat menyiksa bagi orang-orang berkulit sensitif seperti saya.
Kebiasaan buruk yang dianggap wajar oleh orang-orang ini sangat mengganggu bagi saya. Saya berharap dengan tulisan ini ada beberapa orang yang tersadar bahwa mencampur sabun dengan air dan menggunakan sabun cuci piring atau detergen untuk mencuci tangan itu sangat tidak baik. Sebaiknya dihentikan aja deh. Bagi pemilik kulit sensitif seperti saya, sebaiknya menggunakan hand sanitizer atau membawa sabun pribadi setiap Anda bepergian.
Photo by: Kelly Lacy via Pexels.com
BACA JUGA Kegiatan Santri Putri ketika Nunggu Antrean Mandi Pagi dan tulisan Terminal Mojok lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.