Mengapa Saya Tidak Merokok? – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Gaya Hidup Sebat

Mengapa Saya Tidak Merokok?

Tappin Saragih oleh Tappin Saragih
12 Juli 2019
0
A A
merokok

merokok

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa hari ini, pro dan kontra rokok kembali ribut di media sosial. Tapi saya tidak ingin membahas itu. Saya tidak tertarik dan saya tidak mau disebut pro atau kontra. Merokok atau tidak bukan ukuran seseorang itu baik atau jahat. Lagipula, itu adalah hak—kebebasan—setiap orang. Lalu apa urusan saya mengurusi pilihan hidup seseorang? Saya tidak ingin mengurusi privasi—atau ranjang—orang lain. Kali ini, saya ingin membahas diri saya sendiri.

Sebenarnya, sudah lama saya heran terhadap diri saya. Sebab, saya tidak perokok. Bagaimana tidak? Keluarga besar saya adalah perokok. Nenek saya seorang perokok hebat sampai dia masuk liang kubur—umur 84 kalau tidak salah. Hampir semua laki-laki baik dari pihak keluarga bapak maupun ibu juga perokok. Beberapa perempuan dari keluarga ibu juga mengikuti jejak nenek. Bahkan, ibu saya sendiri merokok sampai saya SMP.

Dulu saat masih SD, saya dan adik-adik sering memungut puntung rokok di jalan. Sesampai di rumah, kadang-kadang kami menyalakannya lalu menghisap rokok itu, meniru orang dewasa. Di kesempatan lain, kami membuat rokok dari daun jagung yang sudah kering. Bulu-bulu dari ujung tongkol jagung kami pakai pengganti tembakau. Selain itu, pernah pula dari kertas buku-buku bekas.

Saat SMP, pengalaman saya semakin liar (terserah kalau anda menyebutnya nakal, hehe). Saya dan teman-teman sebaya mulai coba-coba lebih jauh—eksperimen. Kami membeli tembakau, daun aren kering dan alat lintingan. Kami merokok sembunyi-sembunyi di ladang.


Puas dengan rokok lintingan, kami mulai coba-coba rokok yang dijual di warung-warung. Karena anak-anak lumrah disuruh orang tua beli rokok, jadi penjaga warung biasanya tidak curiga. Jadi kami tidak pernah takut. Lagi-lagi, kami merokok di ladang. Kami tidak pernah merokok di sekitar kampung atau di sekolah.

Suatu malam minggu, saya pamit ke orang tua tidur di rumah teman—kampung sebelah. Saat itu saya masih kelas dua SMP. Karena sudah malam—sekitar pukul sembilan, teman mengajak saya menghisap rokok yang sudah dia beli sebelumnya. Awalnya saya takut karena di pinggir jalan, dekat kampung. Dia menyakinkan saya bahwa tidak akan ada orang yang mengenal kami. Saya pun tergiur.

Di luar dugaan, ternyata adik saya—perempuan—lewat dengan temannya entah dari mana. Dia melihat saya merokok. Dan sialnya, dia melapor kepada ibu. (Saat itu, ibu belum berhenti merokok). Saya pun ketakutan setengah mati, tidak bisa tidur nyenyak malam itu.

Keesokan harinya, pagi-pagi benar saya pulang ke rumah. Saya sudah siap dimarahi oleh ibu. Setiba di rumah, ibu memanggil saya. Katanya kira-kira begini: “Ibu tidak melarangmu merokok. Ibu juga merokok. Tapi kamu masih sekolah. Kalau kamu sudah kuliah dan punya penghasilan sendiri, silakan sebebas-bebasnya merokok. Ibu tidak melarang. Kalau kamu masih ingin sekolah, sabarlah! Jangan merokok dulu. Tapi kalau sudah tidak ingin sekolah, ya tidak apa-apa. Lanjutkan!”

Ibu tidak memarahiku sama sekali. Padahal kalau ibu marah, biasanya satu dua tiga perkakas rumah melayang ke badan. Minimal tanganlah. Tapi hari itu tidak. Sejak hari itu, saya berhenti merokok.

Lalu apa kira-kira yang membuat saya tidak ingin lagi merokok padahal kesempatan sudah ada? Saya tidak yakin yang mana penyebabnya. Saya sempat berpikir, karena saya dibesarkan keluarga perokok maka saya—termasuk adik—merasa biasa-biasa saja sehingga tidak lagi tertarik dengan rokok. Tapi apa benar? Teman saya yang dibesarkan keluarga perokok malah tetap jadi perokok kok.

Saya juga sempat berpikir, jangan-jangan itu karena saya sudah pernah mencoba rokok saat SD dan SMP. Tapi itu pun membuat saya ragu. Soalnya, beberapa teman saya yang sudah menghisap rokok saat kecil, sekarang malah lebih parah.

Oh, jangan-jangan karena ibu tidak melarang atau memarahiku saat itu? Mungkin ibu tanpa sadar sudah melakukan cara yang tepat dalam mendidik anak. Sesudah kuliah saya mulai sadar betapa sulitnya cari uang maka saya tidak mengambil kesempatan—kebebasan—yang sudah diberikan. Saya sadar bahwa setiap rokok yang saya bakar adalah uang. Ah, tapi itupun sepertinya tidak cukup kuat. Teman-teman banyak kok sadar seperti saya, tapi tetap saja merokok.

Lalu apa penyebabnya utamanya? Saya tidak bisa menjawabnya. Saya pikir, saya mungkin tidak tertarik lagi dengan rokok karena banyak faktor. Dalam bahasa fisika disebut resultan. Saya tidak merokok karena resultan dari pikiran, pengetahuan, pengalaman, lingkungan, agama, norma, gaya hidup, kebutuhan dan seterusnya.

Dari permasalahan saya ini, sepertinya hidup memang benar tidak digerakkan oleh satu atau dua faktor—variabel—saja. Jadi, ketika seseorang merokok, sakit, mati, patah hati, atau apapun itu, menurut saya pribadi adalah tidak bijak kalau buru-buru membuat kesimpulan yang didasarkan oleh satu faktor. Sebab, hidup dan segala bentuk persoalannya tidak pernah semudah mulut berkata-kata atau jempol mengetikkan komentar.

Terakhir diperbarui pada 12 Januari 2022 oleh

Tags: Kesehatankontroversimerokokpro dan kontra
Tappin Saragih

Tappin Saragih

Artikel Lainnya

6 Pengobatan Alami ala Orang Indonesia terminal mojok

6 Pengobatan Alami ala Orang Indonesia

10 Oktober 2021
ICJ satuan waktu sak ududan perokok anak kecil djarum super mojok mulut asbak

Kalau Kena Abu Rokok Pengendara di Jalanan Jogja, Sebaiknya Nggak Usah Lapor ke ICJ

27 September 2021
Pertolongan Pertama pada Sakit Gigi yang Dapat Kamu Coba di Rumah terminal mojok

Pertolongan Pertama pada Sakit Gigi yang Dapat Kamu Coba di Rumah

25 September 2021
8 Jenis Masker yang Bisa Dipilih sebagai Senjatamu Saat Pandemi terminal mojok.co

8 Jenis Masker yang Bisa Dipilih sebagai Senjatamu Saat Pandemi

24 September 2021
Cotton Bud Nggak Dianjurkan, tapi Kami Telanjur Cinta terminal mojok

Cotton Bud, Kamu Jahat tapi Enak

16 September 2021
Mulai Sekarang Jangan Ragu Posting Foto Selfie Sambil Senyum Lebar Tampak Gigi terminal mojok

Mulai Sekarang Jangan Ragu Posting Foto Selfie dengan Senyum Lebar Tampak Gigi!

5 September 2021
Pos Selanjutnya
koin saweran

Koin Recehan dalam Budaya Saweran

Terpopuler Sepekan

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

6 Mei 2022
3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

14 Mei 2022
Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik Terminal Mojok

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik

15 Mei 2022
Fitur Canggih pada Mobil yang Sebenarnya Nirfaedah Terminal Mojok

Fitur Canggih pada Mobil yang Nirfaedah

14 Mei 2022
Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya

Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya

5 Mei 2022
Punya Mobil Pribadi Itu Sebenarnya Nggak Enak

Punya Mobil Pribadi Itu Sebenarnya Nggak Enak

11 Mei 2022
merokok

Mengapa Saya Tidak Merokok?

12 Juli 2019

Dari MOJOK

  • Dubes Palestina: Perjuangan Melawan Israel Dilanjutkan Anak-anak Muda
    by Arif Hernawan on 17 Mei 2022
  • Piala Dunia, Ketakutan Romo Sindhu di Usianya yang ke-70
    by Yvesta Ayu on 17 Mei 2022
  • D.N. Aidit dalam Semesta Literasi dan Indonesia Kini
    by Redaksi Mojok on 16 Mei 2022
  • Di Balik Kemudi Bus Eka ‘Belahan Jiwa’, Teman Para Pejuang Rupiah
    by Deddy Perdana Bakti on 16 Mei 2022
  • Higgs Domino dan Parlay Bola Memang Seksi, Membuatku Berani Bilang Persetan kepada Trading, Kripto, dan NFT
    by Thariq Munthaha on 16 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=H_-ObSbVslU

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In