Menilik Romantisnya Candi Plaosan Klaten dan Kemeriahan Festival Candi Kembar

Menilik Romantisnya Candi Plaosan Klaten dan Kemeriahan Festival Candi Kembar

Menilik Romantisnya Candi Plaosan Klaten dan Kemeriahan Festival Candi Kembar

Klaten nggak melulul Candi Prambanan, ada Candi Plaosan yang ternyata menyimpan kisah romantis. Jangan lupa juga datang ke Festival Candi Kembar, acara tahunan yang biasa dilaksanakan di sini.

Banyak orang menyebut Klaten sebagai Kota Seribu Candi. Ya, julukan ini lahir lantaran ada begitu banyak candi dan situs-situs arkeologis yang tersebar di beberapa titik wilayah Kabupaten Klaten. Meskipun jumlahnya tidak benar-benar mencapai angka 1000, namun kepadatan candi yang ditemukan di sini menunjukkan bahwa kabupaten ini menjadi salah satu pusat warisan budaya penting di Indonesia.

Di Klaten, ada sebuah situs peninggalan yang cerita sejarahnya tidak kalah menarik dari Candi Prambanan. Situs ini bernama Candi Plaosan. Candi Plaosan adalah kompleks candi yang dibangun sekitar abad ke-9 Masehi oleh seorang raja bernama Rakai Pikatan di masa pemerintahan Mataram Kuno. Lokasinya terpaut sekitar satu kilometer saja dari Candi Prambanan, tepatnya di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.

Jalur menuju Candi Plaosan cukup baik dan mudah diakses. Hanya dengan membayar tiket masuk sebesar Rp10 ribu, pengunjung sudah bisa berkeliling atau menikmati keindahan candi sambil berfoto sepuasnya.

Candi Plaosan Klaten, bukti cinta Rakai Pikatan untuk sang istri

Berdasarkan penelusuran catatan sejarah, Candi Plaosan merupakan wujud pertalian cinta antara Rakai Pikatan (bergelar Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku) dan istrinya, Pramodawardhani (bergelar Sri Kahulunan). Meski hubungan mereka tidak direstui keluarga, keduanya menikah untuk mempersatukan dua wangsa yang berbeda keyakinan. Rakai Pikatan berasal dari Dinasti Sanjaya (beragama Hindu), sedangkan Pramodawardhani berasal dari Dinasti Syailendra yang beragama Buddha.

Kompleks candi ini terdiri dari dua bagian, yaitu Candi Plaosan Lor (utara) dan Candi Plaosan Kidul (selatan). Setiap bangunannya memiliki makna yang mendalam karena memadukan unsur religius Hindu-Buddha sebagai simbol keharmonisan dari dua agama.

Dilansir dari situs Perpusnas, tampak dua pasang arca Dwarapala saling berhadapan di bagian barat Plaosan Lor, tepatnya di pintu masuk utara dan di pintu masuk selatan. Bangunan utamanya masih berdiri megah. Cukup berbeda dengan Plaosan Kidul yang hanya tersisa beberapa candi perwara di sekitar reruntuhan bangunan utama. Kemiripan tata letak dan arsitektur dua bangunan candi ini membuatnya juga disebut sebagai Candi Kembar.

Festival Candi Kembar jadi salah satu ikon budaya Klaten

Menariknya, ada sebuah festival budaya yang rutin diadakan setiap tahun di kompleks Candi Plaosan Klaten. Berangkat dari cita-cita memperkenalkan pariwisata dan budaya lokal ke khalayak luas, masyarakat di Desa Bugisan bekerja sama dengan ISI Surakarta, Universitas Gadjah Mada, serta para budayawan untuk menyelenggarakan Festival Candi Kembar. Kini, event ini sukses menjadi festival budaya terbesar di Kabupaten Klaten.

Selain menarik perhatian para seniman, Festival Candi Kembar juga mendulang antusiasme yang besar dari para wisatawan lokal hingga mancanegara. Bagaimana tidak, ada banyak sekali rangkaian acara yang ditampilkan dalam acara ini. Mulai dari pagelaran seni dan budaya, parade tari tradisional, penampilan spesial dari bintang tamu, hingga pesta kembang api dan api unggun.

Tahun ini, Festival Candi Kembar diselenggarakan selama tiga hari berturut-turut, yaitu Jumat-Minggu (6-8/9/2024) kemarin di Timur Candi Plaosan, Desa Wisata Bugisan, Prambanan, Klaten. Mengusung tema “Green Heritage”, Festival Candi Kembar memadukan unsur keindahan warisan budaya dengan asas keberlanjutan lingkungan. Hal ini tercermin melalui konsep pertunjukan dan desain instalasi artistik bernuansa alam dan etnik.

Festival Candi Kembar (Dokumentasi Pribadi)

Rangkaian acara Festival Candi Kembar

Festival Candi Kembar hari pertama dimulai pada pukul 15.00-22.00 WIB dengan acara meliputi lomba mewarnai, Tari Konyol Ayu, Gejog Lesung Setyo Puspita Laras, Tari Mbukak Ombo, Tari Sorak Gumyak, dan Jathilan Dulang Cempaka.

Di hari kedua, festival dibuka lebih awal, yaitu pukul 11.00-23.20 WIB. Rangkaian acara diisi dengan penampilan Kirab Gunungan Merti Desa, Karawitan Cokro Anom Nuswantara, penanaman bibit pohon deluang, Tari Bali Solah Gatra Kartasura, Sendratari Maharatu Pramodawardhani, fashion show batik ecoprint, Karawitan Sekar Tanjung, Wayang Ki Dalang Cilik, Srandul Eko Budaya, serta Tari Kolosal Ramayana Solah Gatra.

Sedangkan di hari ketiga atau terakhir, festival dimulai pada pukul 15.00-23.30 WIB dengan pertunjukan dari Jathilan Kuda Santosa, Musik Etnik Pring Sedapur, Musik Etnik Patrol IKPMJ Jember, Best Kustik, Remember Entertainment, Discovery of Shally, lalu ditutup dengan pesta kembang api dan api unggun.

Mendorong pariwisata dan perekonomian lokal

Meningkatnya jumlah pengunjung di momen spesial ini secara langsung turut berkontribusi pada pertumbuhan sektor pariwisata dan perekonomian masyarakat setempat. Di sektor pariwisata, Festival Candi Kembar jelas menjadi sarana yang efektif untuk mempromosikan Candi Plaosan Klaten dan kawasan di sekitarnya agar semakin dikenal oleh khalayak luas.

Sedangkan dalam sektor ekonomi lokal, proses persiapan hingga penyelenggaraan festival ini menciptakan banyak sekali kesempatan kerja untuk warga sekitar. Mulai dari jasa transportasi, penginapan, warung makan, toko suvenir dan berbagai macam UMKM lainnya.

Meskipun dampak langsung dari festival ini terlihat berjangka pendek, namun antusiasme para pengunjung sebetulnya juga dapat meningkatkan investasi jangka panjang. Jika lonjakan wisatawan di Desa Bugisan meningkat, tidak menutup kemungkinan akan ada lebih banyak lagi perbaikan dan perbaruan fasilitas umum di sekitar Candi Plaosan.

Nah, bagi kalian yang ingin turut serta memeriahkan Festival Candi Kembar, kalian bisa datang tahun depan ke acara ini. Membayangkan keindahan Candi Plaosan Klaten yang berkilau di bawah cahaya lampu festival saja sudah membuat hati berdesir, apalagi jika bisa melihat berbagai macam pertunjukan kesenian dan bertemu dengan para seniman hebat. Tidak perlu khawatir, acara ini gratis dan terbuka untuk umum, kok!

Penulis: Farahiah Almas Madarina
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 12 Hal yang Wajib Kalian Lakukan di Kabupaten Klaten Minimal Sekali Seumur Hidup. Gas buat Libur Lebaran!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version