Melihat harga rokok yang semakin melejit, para perokok seperti saya harus memutar otak untuk tetap bisa merokok. Ada yang mulai pindah di per-mbako-an, ada yang ngrayu orang tua agar di kasih uang buat beli rokok, ada juga yang awalnya beli rokok yang harganya cukup mahal pindah ke rokok yang harganya cukup murah. Sungguh mengesalkan memang, meskipun naiknya dikit-dikit, lama-lama bisa bikin saya sambat. Huft
Di tengah-tengah situasi yang kurang baik-baik saja, ditambah dengan naiknya harga rokok, muncul beberapa rokok yang harganya cukup bikin kita senyam-senyum, alias murah. Kemungkinan ada beberapa orang lebih memilih rokok lokalan. Namun, ada juga rokok yang baru-baru ini lagi rame dibeli oleh orang yang cukup ngirit. Salah satunya adalah rokok Andalan, rokok yang mulai dinikmati banyak orang di tengah pandemi.
Kalau dibilang harga, rokok Andalan ini merupakan rokok filter yang bisa dibilang cukup murah. Harga rata-rata hanya Rp11.000 dengan isi 12 batang per bungkus, tapi di tempat saya dijual dengan harga Rp10.500. Jadi saya biasanya kalau mau pergi nongkrong, pasti beli rokok Andalan di tempat saya yang harganya lebih murah. Rokok ini pastinya jelas berbeda dengan rokok filter lainya.
Sebagaimana dengan rokok yang murah tapi nggak murahan ini, pasti ada kekurangannya. Dimulai dari segi rasa, rokok Andalan ini jelas berbeda dengan rokok filter lainnya. Rokok ini rasanya agak-agak anyep tapi tetap ada rasa dan nggak abot sama sekali. Dari segi bentuk, Andalan agak pendek. Memang, dari segi harga memanglah cukup murah, tapi yang jadi masalah adalah rasa dan sensasi ketika menghisap rokoknya.
Bukan karena apa-apa, tak seperti rokok-rokok yang kita jumpai seperti Surya 12, Magnum, dan Djarum Super, ketika kita beli rokok Andalan pasti akan merasakan kurangnya sensasi dalam mengisap rokok ini. Nah inilah yang jadi pokok permasalahannya. Dalam dunia persebatan, ketika kita mengisap rokok tapi kok nggak ada sensasinya sama sekali, rasanya bikin kita mangkel.
Baiklah kalau nggak ada sensasinya, itu masih saya maklumi. Tapi, kalau nggak ada rasanya ditambah dengan di bagian ujung rokok ada cengkeh yang besar, itu bikin susah buat ngrokok saja. Jan ndak mashokk. Bayangin, jika kita ngrokok terus ada cengkeh besar di ujungnya, pasti kalian semua mangkel, terkadang juga terdapat tembakau yang yang meletus-letus kayak mercon.
Begini maksud saya sahabat, baiklah rokok ini murah, tapi mbok ya ada rasanya meskipun dikit. Terus sebelum dipasarkan harus dicek dulu ada cengkeh besar nggak, biar para pelanggan semakin konsisten beli. Jika nanti ada yang tanya, “Wis di kasih rokok murah, kok mbacot”. Ya piye ya, seperti halnya rakyat mengkritik pemerintah, saya sebagai konsumen, juga boleh mengkritik.
Eitsss, tenang dulu sahabat. Ini cuma saran kok dan saya sekarang masih menikmati rokok ini. Kebetulan juga, saya nulis ini sambil ngrokok Andalan, tapi ya rasanya anyep. Hanya saran, rokok ini kan rokok murah dan dinikmati oleh banyak orang, seperti saya misalnya, kalau mau konsumen rokok Andalan tidak lari ke rokok lain yang lebih murah, jadi silahkan dipertimbangkan.
Silahkan dipertimbangkan saran saya, sebenarnya rokok Andalan juga bukan rokok Andalan saya. Saya merokok Andalan ini pas lagi kepepet nggak ada uang, kalau biasanya ngrokok Magnum yang harganya mencapai Rp18.000. Tapi, karena keuangan saya lagi seret, ya saya dengan berat hati beli rokok Andalan.
Tapi, kalau kalian kepepet dan rokok jenis apa pun bisa diterima oleh mulut kalean, Andalan adalah sebaik-baiknya pilihan.
BACA JUGA Dear Rokok Mustika yang Enak dan Murah, Kurangi Bungkus Plastiknya, dong! dan tulisan Ricky Alfandi lainnya.