Saya orang Bantul yang mengendarai sepeda motor untuk mobilitas sehari-hari. Sebagai seseorang yang sering ngelaju, melewati Ringroad Jogja tidak bisa terhindarkan. Mau tidak mau, suka tidak suka.Â
Bagi yang belum tahu, Ringroad Jogja adalah jalan lingkar sepanjang 36,7 kilometer yang memutari wilayah Yogyakarta. Jalan ini nggak asing bagi orang asli Jogja maupun pendatang karena kerap dijadikan penanda. Misal, kalau seseorang tersesat pasti diarahkan dahulu ke jalan Ringroad untuk memudahkan perjalanan.Â
Sebagai warga Bantul, Ringroad selatan menjadi jalan melingkar yang paling akrab dengan kehidupan sehari-hari. Melewati jalan ini memang bisa memangkas waktu perjalanan. Namun, saya pribadi kurang suka lewat jalan ini. saya malas melintasi jalan ini karena banyak pengendara ugal-ugalan. Tidak terkecuali bus dan truk yang sering melanggar lampu lalu lintas. Selain itu, jalan ini minim penerangan di malam hari. Ada hal-hal lain yang membuat saya kurang menyukai berkendara di Ringroad Jogja:
Daftar Isi
#1 Banyak pengendara lawan arah
Sebagai pengendara sepeda motor jelas saya akan melintasi jalur paling kiri atau jalur lambat. Sayangnya, di jalur lambat Ringroad saya sering menemukan pelanggaran lalu lintas yang meresahkan. Salah satunya, warga lokal berkendara melawan arah.Â
Kejadian meresahkan tersebut juga saya alami beberapa waktu lalu. Ketika berkendara pulang melewati Ringroad Selatan saya harus menarik rem dengan tiba-tiba. Di depan saya ada kendaraan tukang rongsok yang melawan arah! Lebih parahnya, barang-barang rongsok yang diangkut lebih besar daripada ukuran kendaraannya. Benar-benar berbahaya!
#2 Pengendara mobil yang menggunakan jalur lambat
Kejadian meresahkan lagi yang pernah terjadi adalah mobil yang berkendara di jalur lambat. Sebenarnya, hal itu bisa saja dimaklumi kalau mobil hendak berbelok. Namun, kejadian yang sering terjadi, mobil sengaja mengambil jalur lambat karena cenderung bebas macet, apalagi di musim liburan.Â
Ampun deh, pengendara motor perlu ekstra sabar menghadapi motor lain ketika jalanan sedang padat. Eh, ini malah ditambah desak-desakan dengan kendaraan roda empat.Â
#3 Jalur lambat Ringroad Jogja jadi lahan parkir gratis
Sejujurnya, saya cukup senang kalau ada toko atau warung yang buka sampai malam di pinggir Ringroad persis. Ini membuat saya merasa aman saat melintas di tengah situasi udara malam yang dingin dan minim penerangan. Hanya saja, warung-warung atau toko yang buka ini kadang tidak memikirkan parkir kendaraan para pelanggan. Alhasil, ya kendaraan pelanggannya berada di jalur lambat begitu saja, seolah-olah lajur kendaraan roda dua ini juga sebagai lahan parkir sementara.
Masalah semakin pelik kalau warung atau toko tersebut ramai, jelas akan mengundang bahaya untuk pengendara yang melintas. Lha wong jalur lambat saja dari sananya sudah sempit, masih mau dipotong untuk lahan parkir juga, yang benar sajalah!
Di atas tiga hal yang membuat saya malas melintas di Ringroad Jogja saat berkendara. Itu mengapa saya lebih sering menggunakan jalur alternatif seperti lewat gang-gang tembusan ke jalan utama. Jalan tersebut memang nggak luput dari kekurangan, tapi jauh lebih mending.Â
Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 5 Jalan Jahanam di Jogja yang Wajib Dihindari Pengendara Amatir
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.