Belakangan ini, pengendara sepeda motor di Indonesia seperti merasakan sebuah kegelisahan besar terkait aturan baru dalam berkendara roda dua. Mengacu pada Perpol Nomor 5 Tahun 2021, nantinya SIM C yang biasa digunakan oleh pengendara sepeda motor akan dibagi klasifikasinya berdasarkan kapasitas mesin sepeda motor yang digunakan. Ada juga SIM khusus untuk sepeda motor yang menggunakan listrik. Jadi, akan ada penggolongan SIM baru.
Menurut saya, penggolongan SIM ini jadi ribet. Menurut saya, sepeda motor adalah kendaraan yang sederhana, tidak seperti kendaraan roda empat yang bisa diklasifikasi dengan aturan yang ketat. Pada kendaraan roda empat, ada kendaraan roda empat milik pribadi seperti mobil yang kita gunakan sehari-hari, ada kendaraan roda empat yang diperuntukan untuk kendaraan umum seperti bus dan minibus, dan ada kendaraan roda empat yang berukuran besar seperti truk trailer sehingga sangat wajar dibuat penggolongan yang lebih spesifik.
Nantinya, SIM C akan berlaku untuk pengendara sepeda motor yang kapasitas mesinnya di bawah 250 cc. Lalu, SIM C1 akan diberlakukan untuk pengendara sepeda motor yang kapasitas mesinnya antara 250cc sampai dengan 500cc. Dan terakhir, SIM C2 akan diberlakukan untuk pengendara sepeda motor yang kapasitas mesinnya 500cc ke atas atau sepeda motor yang menggunakan listrik.
Jadi, mau tidak mau, untuk yang memiliki sepeda motor yang kapasitas mesinnya di atas 250cc atau sepeda motor yang menggunakan listrik, harus membuat SIM baru. Kalau tidak membuat SIM baru, nanti bisa terkena tilang dan urusannya jadi repot. Sebetulnya untuk mendapatkan SIM C1 cukup mudah asalkan kita sudah memiliki SIM C selama 12 bulan atau satu tahun sejak diterbitkannya SIM C. Untuk memiliki SIM C2 pun kita hanya perlu menunggu selama 12 bulan atau setahun sejak diterbitkannya SIM C1. Biaya penerbitan SIM C1 dan SIM C2 sama seperti SIM C biasa, yakni seratus ribu rupiah saja. Biaya perpanjangannya juga sama, yakni Rp75.000 saja. Batas usia pemohon SIM C1 pun minimal 18 tahun, sedangkan batas usia SIM C2 minimal 19 tahun.
Meskipun sepeda motor yang saya tunggangi saat ini hanya Honda Astrea Supra keluaran 2001 yang kapasitas mesinnya hanya 100cc, saya mau tidak mau jadi harus membuat SIM C1 dan SIM C2. Harus keluar uang lagi dan ribet antre dan urus-urus lagi. Haduh, padahal tahu sendiri birokrasi di negeri ini ribetnya bukan main. Harus antri seharian dan menyiapkan fotokopian dokumen-dokumen yang diminta nantinya.
Saya cukup sering menggunakan sepeda motor milik teman saya yang lagi nongkrong ke rumah saya untuk sekadar keliling komplek atau ke Alfamart. Banyak di antara sepeda motor mereka kapasitas mesinnya 250cc ke atas. Kan nggak lucu nanti kalau saya ditilang karena SIM yang saya miliki hanya SIM C biasa. Padahal cuma ke Alfamart doang. Saya juga suka touring bareng teman-teman saya ke Lembang atau Garut. Kami sering gantian ketika touring biar nggak capek. Masalahnya, banyak diantara mereka yang sepeda motornya 250cc ke atas. Kan gak lucu sudah gagah-gagah touring tapi saya ditilang karena SIM yang saya miliki hanya SIM C biasa.
Selain itu, sudah banyak yang sudah berprasangka buruk pada pihak Kepolisian Republik Indonesia dengan diberlakukannya penggolongan SIM sepeda motor yang baru ini adalah ajang cari uang bagi pihak Kepolisian Republik Indonesia karena akan banyak masyarakat Indonesia yang akan membuat permohonan SIM C1 dan SIM C2 seperti yang akan saya lakukan. Dengan adanya penggolongan SIM sepeda motor yang baru ini, citra Kepolisian akan jadi lebih turun. Padahal beberapa tahun ini citra Kepolisian sudah jelek karena oknum Kepolisian yang kerap kali tertangkap kamera menyalahgunakan kekuasaannya. Tapi, semoga saja saya salah, semoga penggolongan sepeda motor ini semata-mata ditujukan agar masyarakat Indonesia jadi lebih tertib administrasi dan jadi lebih tertib dalam berlalu lintas seperti pengendara kendaraan bermotor di negara maju seperti Singapura dan Jepang.
Tapi, ya gimana saya dan pengendara sepeda motor lainnya tidak berprasangka buruk? Menurut saya, penggolongan SIM ini harusnya bukan dari kapasitas mesin, tapi dari powernya. Contohnya, Ninja 250 4 silinder dengan kapasitas mesin 250cc tenaganya lebih besar dari BMW 310 GS dengan kapasitas mesin 300cc. Ninja 250 kapasitas tenaganya 50 horsepower, sedangkan BMW 310 GS kapasitas tenaganya 34 horse power. Pastinya Ninja 250 dengan 4 silinder lebih bertenaga daripada BMW 310 dong? Belum lagi modifikasi mesin seperti bore up atau tuning lainnya yang dilakukan pada mesin kendaraan roda dua lainnya. Memang pihak kepolisian mau repot-repot bongkar isi silinder? Kan tidak. Jadi, menurut saya aturan ini pun tidak terlalu relevan. Jangan pakai kapasitas mesin, kalau mau ya lihat dari power mesinnya. Tapi, ya sama-sama ribet juga sih. Sudahlah.
Dan terakhir, meskipun saya tidak punya moge, kan tidak menutup kemungkinan saya akan touring sama teman saya atau saya iseng mencoba moge milik mereka kan? Nggak menutup kemungkinan juga saya dapat moge hadiah giveaway dari para YouTuber atau Selebgram gitu kan? Jadi ya buat jaga-jaga mending saya bikin SIM C1 dan SIM C2 dari sekarang biar kalau mogeny” sudah ada, tinggal saya kendarai saja tanpa ribet-ribet mikirin belum punya SIM C1 dan SIM C2.
Bismillah komisaris.
BACA JUGA Tokyo Revengers Itu Jauh Lebih Kompleks dari Crows, Lebih Bercita Rasa dari Naruto dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.