Kalau ada yang nanya jam murah yang awet sampai kiamat, saya bakal nyaranin untuk beli jam SKMEI.
Saya jatuh cinta dengan SKMEI tanpa sengaja. Lima tahun silam, kali pertama saya mencoba peruntungan membeli jam murah yang saya sendiri bahkan nggak pernah dengar mereknya. Tapi karena jiwa young, dumb, and broke saya begitu menggelora, ya saya beli aja itu jam. Kalau bagus, alhamdulillah. Kalau jelek, ya syukurilah.
Awalnya saya pikir jam SKMEI itu jam biasa. Ternyata, saya salah menduga.
Jam SKMEI pertama yang saya beli di tahun 2017 itu bahkan masih hidup sampai sekarang. Literally masih hidup. Dan yang bikin saya terwow-wow adalah, saya sama sekali belum pernah ganti baterai jamnya, woi. Itu pakai batu baterai atau batu ponari, dah?
Tipe jam yang saya beli itu SKMEI model 1243, variasi warna hitam/merah. Diameter 50mm, case thickness 17mm. Strap-nya dari karet 250mm X 22mm. Fiturnya sederhana, tapi lengkap. Ada penunjuk waktu, hari, alarm, chrono atau stopwatch, countdown, dan 50m waterproof. Semua kelengkapan itu cuma seharga 80-an ribu perak aja, sobat. Nangis banget aduh aing, mah.
Jujurly, diameternya itu guede banget cuy, untuk ukuran lengan perempuan. Perempuan kurus macam gua, maksudnya wqwq. Keterangannya sih, jam itu untuk cowok. Tapi, oke-oke aja kok dipakai cewe selama nyaman dan fungsinya tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Nah, setelah pembelian pertama itu, saya tahu bahwa saya bakal beli lagi jam ini. Akhirnya saya beli lagi SKMEI model 1299 variasi warna hijau army. Yang ini saya lebih suka. Bentuknya kotak, diameternya 43mm, case thickness-nya 13mm doang, dan 50m waterproof. Nggak selebar SKMEI satunya yang udah kek dandang nasi.
Saya dapet SKMEI 1299 itu di harga diskon jadi cuma 60 ribuan. Beli di tahun 2018, dan jam itu masih nyala sampai 2022 tanpa pernah saya ganti baterainya. Jam ijo unyu itu benar-benar saya pakai hampir tiap ekeu ke mana-mana, ke tempat jauh, atau ke luar kota. Dia memang nggak kelihatan besar di lengan, tapi dia tetap tampak kokoh.
Jam itu memang nggak rusak, tapi dia hilang. Jam ijo yang masih berfungsi sangat bagus itu hilang di jalan, Maret lalu. Meski bisa beli lagi yang baru, tapi, kenangannya itu lho.
Setelah kehilangannya, tanpa ragu saya langsung gas beli SKMEI LAGI. Kali ini saya beli model analog 1651 yang diameternya cuma 22mm. Variasi warna hitam, dan itu cocok banget buat mba-mba tukang kerja yang hobinya berangkat pagi, pulang malem pake KRL. Sangat menggambarkan kesederhanaan dan kejenuhan hidup, haha.
Fiturnya memang nggak sebanyak model SKMEI digital. Tapi, SKMEI 1651 yang mungil itu tetap bagus di mata saya. Saya dapat di harga 68 ribuan.
Setelah mengenal SKMEI, barulah saya benar-benar dibuat paham dengan istilah “jam murah tapi awet”. Sebelumnya, merek yang katanya awet dan digandrungi orang-orang itu (inisial Q, alias Qu N Qamoe) sejujurnya nggak murah-murah amat. 200 ribuan? Bagi saya anak UIN yang dulu sampingannya cuma ngajar privat, duit segitu masih mending dipakai bakal makan. Kalaupun harus beli jam, saya pasti nyari yang harganya di bawah cepe.
Total jam SKMEI yang pernah saya beli ada tiga. Itu belum dihitung dengan hasutan-hasutan saya ke teman dan adik yang akhirnya ikutan beli SKMEI. Dan range harga mereka banyak yang di bawah 100 ribuan.
Saya berani jamin, jam ini nggak akan rusak, atau mati dalam waktu singkat. Kecuali jamnya kalian pukul pake palu, itu mah jelas rusak. Jadi, bagi kalian yang ingin punya jam murah dan tahan lama pake banget, beli merek ini. Dijamin nggak bakal nyesel!
Penulis: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Kesengsaraan Orang Berkacamata, dari Kecolok sampai Dibilang Sombong