Retno Gumilang adalah putri dari Ki Wayah, seorang dalang wayang gedog yang tersohor di bumi Mataram. Darah seni dari sang ayah turut mengalir dalam tubuhnya. Dia seorang sinden, bersuamikan lelaki yang memiliki profesi tak jauh-jauh dari lingkup kehidupannya, seorang dalang, Ki Dalang Panjang Mas namanya. Sama seperti mertuanya, Ki Panjang juga terkenal di seluruh Mataram raya.
Kehidupan Retno Gumilang harusnya sudah sempurna. Dia sudah bahagia dengan kehidupan pernikahan yang ia lalui bersama Ki Panjang. Namun, tak dinyana, nasib malang menghampiri hidupnya semenjak penguasa Mataram saat itu, Amangkurat I, mulai mengenal dirinya.
Amangkurat I memang berniat untuk menikah lagi. Oleh Pangeran Blitar, dia dikenalkan dengan Retno Gumilang. Lewat pandangan pertama, sang raja langsung menaruh hati kepada putri Ki Wayah tersebut. Dia langsung memantapkan hatinya untuk segera mempersunting Retno Gumilang. Segala keperluan pernikahan segera ia siapkan. Sayangnya, Amangkurat I menerima kenyataan bahwa Retno Gumilang sudah berkeluarga. Lantas apakah fakta tersebut membuat Amangkurat I menyerah begitu saja?
Jawabannya adalah tidak. Terkadang, antara cinta dan nafsu memang sangat sulit untuk dibedakan. Dalam kasus Amangkurat I ini, sepertinya nafsu telah menguasai sanubarinya hingga ia memiliki siasat keji untuk menyingkirkan suami Retno Gumilang. Maka, diundanglah Ki Panjang dan seluruh rombongan pementas wayang asuhan Ki Panjang untuk menghadiri jamuan makan istimewa di istana. Namun, di balik jamuan yang manis itu, ternyata Amangkurat I menaruh racun pada makanan jamuan yang membuat Ki Panjang dan seluruh rombongan yang turut serta harus meregang nyawa.
Meninggalnya Ki Panjang membuat Retno Gumilang menjadi janda. Kesempatan tersebut dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Amangkurat I untuk menjadikannya sebagai selir sang baginda. Entah bagaimana cerita detailnya, akhirnya Retno Gumilang berhasil diboyong ke istana dalam keadaan hamil dua bulan, buah dari pernikahan sebelumnya dengan Ki Panjang.
Amangkurat I pun sangat berbahagia wanita yang diidamkannya kini sudah ada di sampingnya. Hidupnya yang sebelumnya terasa hambar, kini mulai berwarna. Dia sangat mencintai Retno Gumilang. Dia curahkan seluruh kasih sayangnya kepada wanita tersebut. Anak yang dilahirkan sang istri juga begitu ia sayangi meskipun bukan darah dagingnya sendiri. Retno Gumilang yang sebenarnya hanya selir ia bangunkan istana khusus bernama Istana Wetan dan selanjutnya ia memberi gelar Ratu Wetan kepada sang istri.
Namun, bukan berarti setelah tinggal di istana dan mendapatkan perlakuan yang istimewa dari penguasa Mataram membuat nasib Retno Gumilang yang malang berubah. Kemewahan yang ia dapat justru membuat hidupnya menjadi malang. Setelah mengetahui fakta bahwa Ki Panjang tewas akibat dibunuh oleh Amangkurat I membuat Retno Gumilang sangat terpukul. Ia menangis siang dan malam meratapi kepergian sang suami yang amat menyedihkan. Meskipun kini ia sudah menjadi istri dari penguasa Mataram, cinta tulusnya hanya ia persembahkan untuk Ki Panjang. Separuh nyawanya yang pergi membuat jiwanya serasa tak utuh lagi.
Kemalangan Retno Gumilang diperburuk dengan perlakuan tidak mengenakkan yang ia dapatkan dari sebagian besar orang di istana. Perlakuan khusus Amangkurat I kepada dirinya menyulut api cemburu para istri Amangkurat lainnya. Keinginan Amangkurat I yang ingin mengangkat Retno Gumilang sebagai permaisuri juga semakin memperkeruh keadaan. Padahal saat itu ia sudah memiliki permaisuri yang berkediaman di Istana Kulon. Oleh karena itu, ia mendapat julukan Ratu Malang dari para istri Amangkurat I, yang berarti orang yang melintang di jalan sehingga menyebabkan Amangkurat I serasa abai dengan istri yang lainnya.
Setelah lama menanggung kemalangan, Ratu Malang pun akhirnya menghembuskan nafas terakhir di kediamannya, Istana Wetan. Kematiannya dicurigai akibat diracun karena sebelum meninggal sang ratu menunjukkan gejala keracunan dengan banyak mengeluarkan cairan dari tubuhnya. Kepergian sang ratu merupakan pukulan yang sangat berat bagi Amangkurat I.
Raja Mataram tersebut mengantarkan jasad sang ratu ke Gunung Kelir untuk dipusarakan. Selama beberapa hari, ia meminta agar liang lahat sang ratu tidak ditutup. Ia dengan membawa putra Ratu Malang berdiam diri di samping makam sang ratu. Malam harinya ia tidur di dekat liang lahat tersebut untuk menemani jasad sang ratu yang telah terbujur kaku. Pada malam terakhir, dalam sebuah mimpi ia mendengar bahwa Retno Gumilang sudah kembali bersama dengan suami pertamanya, Ki Panjang. Mungkin di alam yang berbeda, kemalangan Ratu Malang telah hilang.
BACA JUGA Ketika Raffles Merampas Harta Pusaka Keraton Yogyakarta dan tulisan Annisa Herawati lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.