Redmi Note 8 Pro masih gahar meski sudah terlihat usang
Biasanya smartphone (terlihat) nggak keren lagi ketika sudah berumur setahun lebih, apalagi untuk kelas midrange. Performa yang sudah menurun, ditambah teknologi yang sudah mulai tertinggal biasanya akan membuat harga smartphone keluaran lama akan langsung turun drastis. Namun, berbeda dengan smartphone yang satu ini.
Dan hape yang saya maksud adalah Xiaomi Redmi Note 8 Pro.
Tepatnya pada Oktober 2019, Xiaomi mengeluarkan smartphone barunya yang ditujukan untuk mengisi segmen menengah dengan harga mulai dari Rp2.899.000. Fitur unggulan kamera sebesar 64MP juga performa gaming paling ngebut dikelas harganya.
Sudah berumur dua tahun lebih, bagaimanakah nasib dari smartphone ini? Tanpa basa-basi lagi mari kita ulas smartphone ini.
Review Redmi Note 8 Pro
Pada bulan ini Xiaomi baru saja merilis Redmi Note 11 seriesnya secara resmi di Indonesia. Harusnya dengan kehadiran smartphone baru membuat harga smartphone keluaran sebelumnya turun. Namun, harga smartphone ini justru terbilang anteng-anteng saja mulai dari harga Rp1.9 jutaan dengan kondisi second tentunya.
Walaupun sudah ada tiga generasi penerusnya, namun jangan salah. Performa yang dimiliki smartphone ini masih terbilang mumpuni ketimbang hape keluaran entry jaman sekarang, meski dibekali dengan chipset besutan Mediatek.
Hah, Mediatek? Panas dong? Lemot dong? Nga dulu.
Eits, jangan salah, Mediatek yang digunakan adalah keluaran seri terbaru yakni Helio G90T. yang tentu saja berbeda dengan seri lain Mediatek sebelumnya yang performanya jelek. Namun, semenjak dikeluarkannya Helio G series ini, pandangan pasar mulai berubah.
Konsumen awalnya sangat skeptis terhadap brand Mediatek yang terkenal lemot dan panas. Namun, kini berbeda. Mediatek mulai sejajar dengan Snapdragon, setidaknya dari mata konsumen.
Sebelum bahas performa chipset, kita bahas desain dan layarnya dulu ya.
Desain belakang smartphone ini masih termasuk keren untuk zaman sekarang, dengan body berbalut kaca Gorilla Glass 5 dengan finishing yang nggak terlalu glossy. Sedangkan untuk bagian layar depannya sih seperti smartphone entry keluaran jaman sekarang yang masih menggunakan desain notch mini yang Xiaomi sendiri menyebutnya dot drop display.
Spesifikasi layar masih biasa saja, IPS berukuran 6,53 inci. Jangan berharap refresh rate yang tinggi, pada masa itu teknologi layar masih belum secanggih sekarang.
Untuk kamera depannya sendiri dibekali dengan sebuah kamera dengan resolusi 20MP yang hasilnya bagus. Tapi, hasilnya jadi agak gimana gitu karena hasil foto selfie auto jadi bening mulus walaupun efek Beautify dimatikan. Selanjutnya pada bagian kamera belakang dibekali dengan empat buah lensa kamera yang letak posisinya berurutan dengan fingerprint.
Kamera utamanya sendiri beresolusi 64MP dengan sensor ISOCELL GW1 yang menggunakan teknologi 4-in-1 super pixel. Artinya, dalam kondisi default menjadi 16MP hasil kameranya ya masih termasuk bagus dan tajam. Ditemani dengan lensa ultrawide 8MP, 2MP macro lens, dan 2MP sebagai depth sensor. Kamera belakangnya sendiri dapat digunakan untuk merakam video sampai resolusi 4K 30FPS tanpa stabilizer, dan stabilizer EIS hanya akan aktif bila digunakan merekam pada resolusi 1080p 30fps.
Sekarang, kita ngomongin performa.
Pada bagian performanya, smartphone ini masih bisa dibilang kenceng karena dibekali dengan chipset Mediatek Helio G90T dengan 6GB RAM dan 64/128GB ROM. Tentunya masih bisa bersaing dengan hape sekarang, mengingat smartphone keluaran sekarang yang masih menggunakan Snapdragon 680 ataupun Mediatek Helio G96.
Performa Mediatek Helio G90T pun masih bisa melibas gim-gim masa kini. Untuk PUBG, masih bisa melibas settingan smooth extreme. Tapi, untuk Apex Legends, settingan harus menyesuaikan.
Nggak usah ngomongin Genshin Impact ya, itu gim kayaknya emang cocoknya untuk hape kelas sultan.
Smartphone ini sebenarnya dibekali dengan sistem pendingin LiquidCool. Namun menurut saya gak terlalu berpengaruh dengan suhu smartphone saat digunakan bermain game. Masih sering agak panas, namun wajar juga sih karena smartphone midrange keluaran sekarang juga suhunya mirip-mirip.
Kalau buat dayanya sendiri smartphone ini dibekali baterai berkapasitas 4500mAh yang udah lebih dari cukup untuk digunakan seharian. Sedangkan untuk charge-rnya hanya mendukung 18 watt, masih oke lah walaupun rata-rata smartphone midrange saat ini mendukung 33 watt.
Smartphone ini juga sudah mendukung fitur NFC, jadinya hape ini tuh bisa kalau dipakai buat cek saldo atau top-up saldo di kartu elektronik kalian.
Itulah review Redmi Note 8 Pro. Nah, pertanyaannya, apakah hape ini masih worth dibeli tahun ini?
Menurut saya ya, kalau memang budget kalian nggak gede-gede amat, tapi butuh hape daily driver yang cukup mumpuni, hape ini masih masuk untuk dibeli. Apalagi jika kalian nggak mematok hape harus baru. Tapi, kalau kalian mengincar teknologi layar yang fresh juga pembaruan yang banyak, sebaiknya cari utangan terus beli Redmi Note 11 Pro aja.
Tapi ya itu, performa lumayan mirip. Jadi, keputusan ada di tangan kalian.
Penulis: Andi Pujianto
Editor: Rizky Prasetya