Peluit akhir leg pertama babak delapan besar UCL musim 2020/2021 antara Real Madrid vs Liverpool berakhir dengan kemenangan telak tuan rumah. Skor 3-1 menjadi hasil akhir pertandingan ini. Skor yang seolah memberi validasi akan kualitas mental DNA Eropa Madrid lebih kental dibanding sang lawan.
Kedua tim turun dengan formasi awal 4-3-3, tapi di sepanjang laga formasi Real Madrid terlihat jauh lebih fleksibel. Fleksibilitas tim terlihat lewat ketika harus bertahan formasi, Madrid berubah menjadi 4-1-4-1 dengan Casemiro sebagai anchorman. Pun ketika harus lakukan pressing, formasi Madrid akan berubah menjadi 4-1-3-2 dengan Modric maupun Kroos sebagai orang yang membantu Benzema lakukan pressing. Hal yang menjadikan Liverpool sulit berkembang, terutama di babak pertama.
Kendati sama-sama bermain tanpa duo center back terbaiknya, Real Madrid bertahan jauh lebih solid. Bahkan di babak pertama, Liverpool nggak berhasil lakukan shot off target sekalipun. Bermain melawan tim dengan garis pertahan medium cenderung rendah, menjadikan Liverpool lagi-lagi kesulitan membongkar pertahanan lawan. Trio lini serang Liverpool ini seolah sudah mentok ketika harus melawan tim dengan blok medium maupun rendah.
Kembalinya Fabinho ke lini tengah yang dianggap sebagai obat penyembuh kebapukan Liverpool yang sering oleng sebelumnya, ternyata nggak berlaku di match ini. Fabinho yang sebelumnya tampil baik, di match ini ikut bermain buruk seperti halnya Wijnaldum maupun Keita. Hal ini diperparah dengan Trio Salah-Jota-Mane yang terlalu mudah dieliminasi oleh pemain Madrid ketika melakukan pressing. Bahkan trio ini juga nggak mendapatkan suplai bola dengan baik. Salah beberapa kali terlihat harus track back untuk jemput bola. Pun, Arnold di belakang tertahan dengan eksplosifnya Vinicius sebagai lawannya.
Trio Kroos-Casemiro-Modric juga masih jauh lebih dominan dibanding Keita-Fabinho-Wijnaldum. Kemampuan individu maupun kolektivitas trio Real Madrid jadi pembeda dalam match ini. Akurasi dan kecepatan umpan panjang Kroos dalam posisi apapun ketika harus lakukan switch play sangat terukur. Atribut unggul yang nggak dimiliki gelandang Liverpool.
Dua umpan jauhnya yang sangat jeli dan akurat berhasil dikonversi oleh Vinicius dan berbuah satu gol lagi berkat blunder dari Alexander-Arnold, membuktikan betapa berbahayanya Kroos tanpa pressing. Mobilitas Modric sebagai penghubung antar lini juga sangat baik di match ini. Efektif dan disiplinnya Casemiro menjalankan peran sebagai proteksi pertama pertahanan Madrid menjadikan Los Blancos sangat dominan di lini kedua.
Selain itu, sisi kanan Liverpool di match ini terlalu mudah dieksploitasi oleh para pemain Madrid. Buruknya performa Keita yang nggak bisa coverage Alexander-Arnold jadi area bermain Vinicius. Hal yang harus disadari Klopp bahwa Wijnaldum dan Keita nggak kapabel dalam meladeni permainan trio gelandang Madrid di match ini. Masuknya Thiago pun nggak sepenuhnya bisa membantu meladeni trio lini tengah Madrid.
Musim ini, dikutip dari Whoscored, total 73 persen serangan Liverpool diinisiasi dari kedua sektor sayap. Begitupun dengan Madrid, 42 persen total serangan mereka berasal dari sisi kiri. Dalam kasus ini Alexander-Arnold disibukkan dengan duel melawan Mendy dan Vinicius di sektor sayap menjadikan Liverpool seolah mati gaya. Selain itu Keita di babak pertama sama sekali nggak bisa membantu Alexander-Arnold dalam bertahan ataupun menyerang. Malam yang jadi mimpi buruk fans Liverpool di manapun.
Selain itu peran Benzema di match ini yang lebih sering drop ke bawah atau bergeser ke sayap, menjadikan sisi sayap Madrid overload. Taktik ini menjadikan shape Liverpool berantakan. Mempermudah pekerjaan Asensio maupun Vinicius karena ruang yang dibuat oleh Benzema semakin besar. Walaupun sebetulnya taktik ini juga nggak sepenuhnya baik, sebab Vinicius maupun Asensio ini winger murni. Tapi, di match ini kedua winger Madrid ini menjalankan perannya dengan sangat baik.
Dari keseluruhan permainan, kesalahan line up yang diambil oleh Klopp serta permainan buruk di lapangan yang ditunjukkan Liverpool memang harus dibayar dengan telak. Jika menengok match tadi, Madrid sebetulnya bisa saja unggul lebih dari tiga gol. Terlepas dari absennya duo center beknya, tapi di laga ini Liverpool bermain tanpa kreativitas, jarak antar lini yang terputus, lebih sering salah passing dan disorganisasi pertahanan Liverpool yang buruk jauh lebih kentara.
Klopp harus segera menemukan titik baliknya. Andai ingin lolos, Liverpool harus bisa menemukan anti taktik untuk kalahkan trio lini tengah Real Madrid yang sangat dominan. Menghentikan setiap umpan jauh Kroos yang akurat, meredam mobilitas Modric serta menyibukkan Casemiro. Jika tidak, mari beri selamat kepada Madrid sebagai salah satu semifinalis UCL musim ini dan mungkin saja tahun ini jadi tahun Liverpool tanpa UCL musim depan.
BACA JUGA Liverpool Bakal Menang Mudah Melawan Real Madrid? Ah, Nggak Juga dan tulisan Muhammad Arif N Hafidz lainnya.