Tulisan ini dibuat karena kadang muncul Screenshot mengejutkan dari Big Alpha, Jouska, dst; sebagai counter balance dari narasi “you’re being left behind lol”.
Catatan: gaji itu sangat kontekstual―angkanya akan berbeda sesuai dengan kategori. Contoh: tingkat pendidikan, sektor/industri, pengalaman, asal universitas, jalur karir, tipe kontrak (alih daya/tetap), tipe kerja (pekerja bebas, karyawan, self-employed). Dan gaji yang dibicarakan di sini adalah gaji pokok bukan THP (Take home pay) atau gaji bersih setelah dapat tambahan-tambahan atau tunjangan lain ya. Keep that in mind.
Data yang gue sajikan di sini berasal dari BPS, survei industri, presentasi pemerintah, report, lembaga riset, dll.
Sebenarnya data ini sudah banyak tersedia di internet, tulisan ini adalah sebuah usaha mengumpulkan data-data itu di satu tempat biar ga repot dan bisa jadi referensi. Kalau salah mohon dikoreksi.
1. Rata-rata gaji berdasarkan bidang usaha. Klasifikasi berdasarkan KBLI
Dari sini bisa dilihat, rata-rata (mean) upah buruh Rp 2,91 juta. “Buruh” ini mencakup semua tipe pekerjaan, termasuk karyawan.
2. Kalau berdasarkan umur? Logikanya, semakin tua semakin banyak pula gaji
Rata-ratanya…
20-24: Rp 2,24 juta
25-29: Rp 2,62 juta
30-34: Rp 2,88 juta
Tapi ini angkanya kasar banget. Kalau pakai jenis pekerjaan, misalnya kat. Kepempinan 25-29, angka jadi Rp 4,054 juta.
Kalau coba main-main di grafik interaktif yang sudah disediakan oleh databox, untuk melihat gaji rata-rata berdasarkan kategori umur dan jenis pekerjaan (Profesional, Tenaga Tata Usaha, Kepemimpinan, dst.) kita bakal mendapatkan data seperti ini:
Dari sini aja sudah kelihatan bahwa wheeeyy rata-rata gaji masih relatif sangat rendah buat orang Indonesia, sekitar 2-3 jutaan.
Kalau melihat dari infografis yang dibikin tirto.id ini, rendahnya rata-rata gaji orang Indonesia ini juga karena 40,69% tenaga kerjanya mempunyai tingkat pendidikan SD ke bawah. Dan belum dibedakan secara provinsi.
3. Kalau rata-rata gaji dari provinsi gimana?
Well, yang paling tinggi DKI Jakarta; rata-ratanya Rp 4,46 juta (lihat tabel), tapi perlu diingat ini MEAN bukan MEDIAN. Angka mean itu suka “ditarik” ke kanan gara-gara ada banyak top earners yang gajinya melangit. Hati-hati interpretasinya.
Semakin rendah perbandingan mean dan median, semakin tinggi pula kesenjangan gaji di kategori tersebut.
Lihat tabel Tadjoeddin (2016): pada kategori karyawan biasa, rasio median-ke-mean semakin berkurang dari tahun 2001-2012.
“Sebentar, ini banyak datanya ribet juga. Buat apa sih sebenernya?”
Buat punya perspektif sebenarnya orang-orang lain itu punya gaji berapa. Ada skala normal dan tidak normal; agar tidak terlalu stres. Kalau misalnya lulusan kuliah, bandingin dengan data gaji S1.
4. Gimana kalau dibagi menurut pendidikan? Sebagai lulusan S1, D3 atau SMK/SMA, berapa rata-rata yang mereka dapat?
Universitas (S1++): Rp 4,58 juta
D3: Rp 3,75 juta
SMK: Rp 2,87 juta
SMA: Rp 2,84 juta
Kesenjangan ini namanya skill premium. Apa itu?
Skill (and degree) premium adalah kesenjangan gaji yang terkait dengan tingkat pendidikan dan tingkat skill/kemampuan. Lihat tabel pertama dari Lee & Wie (2015) di laporan ADB-nya yang menunjukkan seberapa besar rasio gaji antara pekerja lulus kuliah, skilled dan unskilled.
Yang jadi masalah adalah, kan universitas beda-beda. Kalau ingin membandingkan gaji seorang lulusan S1, paling oke ya pakai tracer study universitas masing-masing, yaitu studi dengan tujuan tracking alumni gajinya berapa dan kerja di mana saja. Contoh case tracer study: UI.
UI yang notabene salah satu universitas top Indonesia lho. Coba tebak, setelah dua tahun lulus, berapa gaji alumninya? Menurut TSUI (tracer study UI) 2017-2018 itu 53% respondennya lulusan S1 dan 36% lulusan S2. Ternyata “hanya” 5,7% saja yg mencapai gaji Rp 15 juta ke atas. Whew.
Dari sini bisa kelihatan sih skala/spektrum normal itu seberapa sebenarnya.
Akun financial planner yang suka share gaji orang yang nominalnya gede banget sampe 2-3 digit itu, biasanya beralasan “biar orang ga rela dibayar rendah oleh korporasi”. Bullshit. Kayak gituan mah biar viral + kontroversi.
Jadi kalau mau nggak underpaid/dibayar rendah gimana dong?
Yang paling gue percaya secara pribadi dan secara anekdot paling betul datanya ya dari web qerja.com lihat skala gaji buat job yang di-apply itu berapa di situ. Atau pakai tadi, tracer study. Atau konsultasi.
Jika cari kerja, maka dari sisi gaji bisa cari tahu:
1. Berapa kali dibayar dalam setahun, karena ada perusahaan-perusahaan yang bayar sampai 20 kali lebih.
2. Apa saja fasilitas/asuransi/akomodasi/bonus yang didapat.
3. Jalur karir apa saja yg ada di situ.
4. Program-program khusus (MT, dll).
5. Balik lagi ke tema utama; gimana kalau Jakarta? Gimana distribusi gaji/pengeluarannya?
“Kok rasanya di Sudirman temen-temen gue udah 15-30 jutaan jir.”
Jawabannya…ummm, ga ada data lengkap. Sudah coba SAKERNAS, SUSENAS, report-repot… sulit.
Paling ada dari Fitrawati et al. (2018).
Alias, tolong dong kalau ada yang tahu sebenarnya berapa sih distribusi pengeluaran/pendapatan di DKI Jakarta, kasih tahu hehe.
Kayaknya ini hal yang mesti diteliti pemerintah juga, soalnya data yg dari SUSENAS terlalu kasar atau ga bisa diakses orang biasa.
Sepertinya cukup gitu saja data rata-rata gaji orang Indonesia yang bisa gue bagikan. Intinya ini bukan menghalangi orang untuk improve keadaan gaji/laju karir-nya… Tapi like… if you’ve worked 10 hour in a day for 5 days a week dan merasa gaji tetap lebih kecil dibandingkan yang ditampilkan di sosmed… coba be kinder to yourself?
BACA JUGA Curhatan Saya yang Punya Gaji UMR Mendengar Cerita Orang yang Gajinya 2 dan 3 Digit atau tulisan Cara lainnya. Follow twitter Cara.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.