Sungguh mengherankan kelakuan para pejabat negeri ini. Mereka menggembar-gemborkan dengan semangat kepada seluruh penduduk di penjuru negeri untuk segera menjalankan kewajibannya ke pemerintah, salah satunya membayar pajak. Kata mereka, dengan membayar pajak, proyek-proyek atau pembangunan infrastruktur akan berjalan dengan lancar. Memang tujuannya sangat mulia dan baik karena akan memudahkan masyarakat dalam beraktivitas sehari-hari. Itu yang diharapkan oleh sebagian besar masyarakat.
Namun, fakta di lapangan mengatakan sebaliknya. Tidak usah jauh-jauh untuk mengambil contoh, sebut saja di Kota Jakarta. Berdasarkan apa yang saya lihat di jalan, kendaraan-kendaraan lama telah banyak yang berplat putih yang menandakan kesediaan dan kesadaran mereka untuk membayar pajak. Jarang ada plat yang mati, paling kalau ada itu cuma motor galon atau punya warlok yang dipakai hanya di sekitar tempat tinggalnya.
Kembali kepada persoalan, seharusnya dengan banyaknya pajak yang masuk ke kas pemerintah, maka infrastruktur, salah satunya jalan, dapat terawat dengan baik. Sayangnya, hal ini nyaris utopis. Sebagai pengendara motor yang seringkali berlalu lalang di jalanan Jakarta, saya benar-benar melihat banyak sekali jalan yang rusak dan berlubang. Tidak hanya satu atau dua ruas jalan, tetapi lebih dari itu! Jalan DI Panjaitan misalnya, mulai dari depan Samsat Jakarta Timur hingga TL Kalimalang jalannya dipenuhi tambalan-tambalan lubang yang tidak rapi, ditambah pencahayaan yang redup kalau malam hari.
Aspal yang digerogoti korupsi
Mau contoh lain yang lebih parah? Jalan-jalan yang lebih sibuk seperti Gatot Subroto arah Cawang saja masih banyak ditemukan lubang-lubang dan tambalan yang tidak rapi. Benar-benar berbahaya dan dapat merusak motor Anda jika Anda menghantamnya terlalu keras. Belum lagi jalan yang berlubang dan tidak rata di sepanjang Rasuna Said. Bahkan, jalan protokol seperti di Sudirman, lebih tepatnya dekat pintu masuk MRT Benhil, terdapat lubang yang cukup dalam dan berbahaya bagi pemotor. Sebenarnya, masih banyak lagi, tetapi cukup segini aja saya berikan contohnya.
Lantas, mengapa banyak lubang-lubang di jalan tetapi tak kunjung diperbaiki? Apakah dana untuk memperbaikinya tidak ada? Tetapi, rakyatnya patuh bayar pajak, terus dana dari pajak itu apakah tidak digunakan untuk memperbaiki jalan yang ada? Ke mana perginya?
Kita tidak perlu lagi lah pura-pura tidak tahu atau menjawabnya dengan normatif. Asumsi yang jelas muncul adalah dananya disikat, alias dikorupsi.
Tindakan rakus ini, saya rasa sudah mengakar kuat sejak dahulu dan sukar untuk dihilangkan. Karena mereka memiliki kekuasaan, mereka berpikir bahwa mereka bebas melakukan apa pun yang mereka mau dan hal ini dapat menjurus kepada apa yang disebut dengan “kebal hukum”. Dapat dikatakan mereka merampas hak masyarakat atas jalan yang layak demi kepentingan pribadi maupun keluarga. Tidak heran belakangan ini, setelah kasus pemukulan yang dilakukan oleh anak pejabat Ditjen Pajak ini viral dan menjadi pusat perhatian, satu demi satu berita-berita tentang gaya hidup hedon dan mewah para pejabat lain mulai bermunculan dimana-mana.
Saya rasa, ini merupakan kuasa dari Tuhan untuk membolak-balikkan kehidupan manusia dan menampakkan kebobrokan para penguasa.
Jalan yang layak adalah hak!
Saya berharap bahwa kondisi jalan yang layak dan baik harus segera direalisasikan. Selain menyangkut hak masyarakat atas jalan yang layak, juga menyangkut keselamatan pengendara. Telah banyak berita tentang pemotor yang meregang nyawa akibat menghantam lubang, belum cukupkah hal itu untuk membuka mata para penguasa? Seharusnya mereka dapat belajar dan memperbaiki moralnya, lalu kembali kepada jalan yang benar, yaitu menjadi pejabat yang betul-betul memihak rakyat. Bukan berarti bahwa sekarang ini tidak ada pejabat yang memihak rakyat, Ada, tetapi stigma negatif masyarakat yang kuat terhadap pejabat nyaris meniadakan eksistensi para pejabat yang bersih ini.
Demikianlah keluh kesah saya terhadap kondisi jalan yang tak kunjung diperbaiki dan memakan korban. Saking lamanya tak kunjung diperbaiki atau diambil tindakan, saya sampai hafal letak lubang-lubang tersebut. Prestasi yang bagus di satu sisi karena melatih daya ingat, tetapi di sisi lain terdapat kemirisan dan kepahitan yang mendalam. Saya hanya bisa berharap integritas dan tingkah laku para pejabat segera mengarah kepada kebaikan, sehingga negeri ini juga baik-baik saja.
Penulis: Muhammad Arifuddin Tanjung
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Yang Fana Itu Waktu, Jalan Rusak di Klaten Abadi