Jika diminta untuk menyebutkan satu nama perguruan tinggi yang ada di Purwokerto, pikiran kita pasti tertuju pada Universitas Jendral Soedirman, alias Unsoed. Dibanding kampus lain yang ada di Kota Satria, Unsoed memang jadi kampus yang paling populer. Terbukti, Unsoed masuk dalam 20 besar PTN dengan peminat terbanyak saat UTBK-SNBT tahun 2024.
Tak banyak yang tahu jika dulunya Unsoed bernama Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP). Sesuai namanya, sekolah tinggi negeri yang berdiri sejak tahun 1963 ini hanya berfokus pada ilmu pertanian. Barulah pada tahun 1968, STIP berubah nama menjadi Universitas Jenderal Soedirman dan mulai membuka berbagai fakultas lain selain pertanian. Dan ternyata, rame.
Orang Puwokerto asli pasti merasakan betul betapa berbedanya Purwokerto sebelum dan sesudah ada Unsoed. Kalau kata Mas Santos Wahjoe, Purwokerto saat ini sudah kehilangan wajahnya sebagai kota tua yang eksotis gara-gara semakin banyak pendatang.
Ah, saya jadi tertarik untuk membayangkan Purwokerto tanpa Unsoed. Kira-kira bakalan seperti apa, ya?
Java Heritage dan Aston mikir dua kali mau buka di Purwokerto
Tidak bisa dimungkiri, Unsoed memiliki pesona yang dapat menggerakkan para pemilik modal untuk berinvestasi. Bayangkan saja, tiap tahun ada ribuan mahasiswa yang datang dari berbagai penjuru Indonesia untuk kuliah di Unsoed. Alhasil, Purwokerto jadi semakin dinamis dan penuh energi.
Bayangkan kalau nggak ada Unsoed. Saya yakin hotel sekelas Java Heritage dan Aston bakal mikir dua kali mau buka cabang di Purwokerto. Yang mau nginep di sana siapa? Nyi Roro Kidul?
Akan tetapi karena ada Unsoed, Java Heritage dan Aston berani buka cabang di Purwokerto. Dan perhitungan mereka nggak sia-sia. Kedua hotel ini kemudian menjadi langganan para mahasiswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan, seperti acara seminar nasional, konser musik, hingga wisuda.
Baca halaman selanjutnya: GOR Soesoe bakal jadi GOR biasa…