• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Punya Dosen Seorang YouTuber Itu Blas Nggak Enak

Adhitiya Prasta Pratama oleh Adhitiya Prasta Pratama
10 Januari 2022
A A
Punya Dosen Seorang YouTuber Itu Blas Nggak Enak

Punya Dosen Seorang YouTuber Itu Blas Nggak Enak (pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebenarnya, ngomongin soal pandemi saat ini memang males dan mboseni. Sebab, banyak tulisan yang intronya apa-apa pandemi, apa-apa tentang covid, dan segala tetek bengeknya. Akan tetapi, semua itu memang nggak bisa dimungkiri juga, kan, Gaes? Lantaran kehadiran pandemi secara global memang berdampak pada segala aspek kehidupan. Mulai dari aspek ekonomi, kesehatan, politik, hingga pendidikan.

Dalam ranah pendidikan sendiri, tentu kita sebagai pelajar telah merasakan dampaknya, bukan? Buktinya pembelajaran saat ini masih dilakukan secara daring. Perpindahan pembelajaran dari luring ke daring ini lah yang menciptakan banyak perubahan lain juga. Mulai dari interaksi belajar, interaksi dengan pengetahuan, bahkan interaksi dengan pengajarnya.

Ngomongin soal pengajar, nih, Gaes, mungkin sebagian dari kita punya guru atau dosen yang kini mulai aktif nge-YouTube. Seolah, pandemi ini menjadi jalan paling efektif untuk memaksimalkan teknologi. Dalam kehidupan kampus saya, nyatanya ada beberapa dosen yang sekarang nyambi jadi YouTuber juga. Meski subscriber-nya nggak sebanyak Atta Halilintar atau Om Deddy, tapi mereka ini sangat aktif jika memproduksi kontennya. Mulai dari konten podcast, traveling, daily activity, bahkan sampai perkuliahan pun dijadikan konten YouTube.

Alhasil, dari segala tetek bengek yang mereka lakukan tadi, terutama kuliah via YouTube itu, kami sebagai mahasiswanya pun agak dilematis. Pasalnya, memang patut disetujui juga, jika punya dosen seorang YouTuber itu pancen blas nggak enak.

Pertama, boros kuota. Bagi kaum mendang-mending seperti saya ini, memasang WiFi adalah hal yang sulit. Sebab, selama ini rumah saya belum memasang WiFi sama sekali. Dan, yang saya lakukan adalah mengandalkan bantuan kuota internet istimewa dari Kemendikbud itu.

Pengalaman perkuliahan daring selama lebih dari tiga semester ini memang memakan banyak biaya, khususnya dalam penggunaan kuota internet. Bagaimana tidak, kuota yang seharusnya hanya digunakan untuk Google Meet dan Zoom saja, sejak ada dosen yang magang jadi YouTuber itu, kini kuota saya harus dibagi lagi.

Pasalnya, setiap “konten” perkuliahan yang mereka sajikan adalah full alias utuh, tuh, tuh. Bayangkan jika selama seminggu kita harus nonton YouTube empat sampai delapan SKS. Buuh, ya, keroso, Rek! Pokoknya, setiap mata kuliah yang mereka ampu, durasinya ngalah-ngalahi YouTube-nya Ngaji Filsafat, lah. Puanjanggg puol.

Kedua, presensi mahasiswa tergantung dari like, komen, subscribe, dan share. Hal yang unik dari dosen yang nyambi jadi YouTuber adalah, ya, sama seperti YouTuber pada umumnya. Pokoknya, pasti akan muncul kata-kata andyalan, yakni, “Jangan lupa like, komen, subscribe, dan share, ya?”

Hal ini pun juga merambah ke dosen saya yang tadi. Bahkan, saking ekstremnya, presensi kami dihitung dari siapa saja yang sudah like dan siapa saja yang sudah komen. Menurut saya, ini adalah strategi YouTuber yang cerdas. Sebab, selain menggaet mahasiswa untuk aktif, nyatanya juga untuk menambah views dan subscriber-nya pula.

Hal ini pun menjadi momok menakutkan bagi saya dan teman mahasiswa yang lain. Soalnya, kalau nggak nge-like atau malah kepencet dislike, wah… bisa dihitung alpa, tuh.

Ketiga, harus menonton konten kuliahnya sampai habis dan nggak boleh di-skip-skip. Sama halnya dengan perkuliahan melalui Gmeet atau Zoom, perkuliahan via YouTube tampaknya juga harus tertib. Jika di Gmeet atau di Zoom mahasiswa nggak boleh leave duluan, maka kalau di YouTube mahasiswa nggak boleh nggak nonton sampai habis. Masalahnya, materi perkuliahannya, ya, gitu-gitu saja, monoton, mboseni, dan blass rak mudeng.

Sampai-sampai, dosen melihat data di YouTube untuk mengecek apakah ada mahasiswa yang skip. Biasanya, statistik view yang wajib dilampaui adalah 85 persen-an. Kurang dari itu, mahasiswa harus nonton lagi sampai batas itu tercapai. Batin saya, “Strategi YouTuber maneh iki.”

Bahkan yang paling parah, setiap mahasiswa harus menyertakan bukti tangkap layar menonton sampai habis. Jika tidak, akan bernasib sama seperti tadi, yakni dapat alpa. Oleh karena itu, setiap ada perkuliahan dari dosen saya itu, saya akali dengan mempercepat kecepatan videonya di angka 2X. Supaya, “konten” perkuliahannya cepat selesai dan nggak ke-skip-skip. “Kalau pun saya bisa mempercepatnya di angka 5X, pasti saya jabanin, dah,” gumam saya.

Namun, di samping semua itu, tujuan dosen-dosen itu pasti baik, yakni guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Terlepas yang mereka tuju adalah adsense atau bukan, ya, itu urusan mereka masing-masing. Yang penting, kalau nyambi jadi YouTuber bisa diseimbangkan, lah, kapan memberi pengajaran, kapan membuat konten non-pengajaran. Masa iya, untuk dapat nilai tambahan, para mahasiswa harus share konten-konten yang nggak ada hubungannya dengan perkuliahan, sih, Pak, Buk?

Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 9 Januari 2022 oleh

Tags: DosenYoutuber

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Adhitiya Prasta Pratama

Adhitiya Prasta Pratama

Seorang mahasiswa yang hobi baca apa aja di depannya.

ArtikelTerkait

Lebih Baik Tidak Kuliah daripada Kuliah Hasil Ngutang kuliah malam

6 Keuntungan Kuliah Malam Hari, Kampus Lain Bisa Ikutan Coba

4 Maret 2023
4 YouTuber Berkualitas yang Bakal Bikin Pinter Kaum Micin

4 YouTuber Berkualitas yang Bakal Bikin Pinter Kaum Micin

5 Februari 2023
gaji dosen mahasiswa semester tua

Beri Penghargaan pada Dosen yang Mau Mengurus Mahasiswa Semester Tua

19 Januari 2023
gaji dosen mahasiswa semester tua

Dosen Pelit Nilai kok Bangga, Maksud?

17 Desember 2022
5 Rekomendasi Kamus Bahasa Inggris yang Wajib Dimiliki

5 Rekomendasi Kamus Bahasa Inggris yang Wajib Dimiliki

22 Oktober 2022
Sudah Sewajarnya Mahasiswa Meminta Transparansi Nilai kepada Dosen

Sudah Sewajarnya Mahasiswa Meminta Transparansi Nilai kepada Dosen

7 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Panduan Latihan Gym untuk Pemula Terminal Mojok

Panduan Latihan di Gym untuk Pemula

Saya Tidak Rela Ketularan Omicron gara-gara Orang Kaya yang Banyak Tingkah

Saya Tidak Rela Ketularan Omicron gara-gara Orang Kaya yang Banyak Tingkah

7 Drama Korea yang Tayang Januari 2022 terminal mojok.co

7 Drama Korea yang Tayang Januari 2022

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare yang Bikin Kecewa
Pendidikan

3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare yang Bikin Kecewa

oleh Elyatul Muawanah
20 Maret 2023

Sebagus-bagusnya tempat kursus bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare, pasti tetap ada kekurangannya.

Baca selengkapnya
Pengalaman Saya Naik ATR 72, Pesawat Baling-baling yang Katanya Berbahaya

Pengalaman Saya Naik ATR 72, Pesawat Baling-baling yang Katanya Berbahaya

23 Maret 2023
Tersiksa dari Bali ke Jepang Bersama Maskapai LCC Terbaik di Dunia Bernama AirAsia

Tersiksa dari Bali ke Jepang Bersama Maskapai LCC Terbaik di Dunia Bernama AirAsia

19 Maret 2023
5 Keunikan Purbalingga yang Tidak Dimiliki Daerah Lain (Unsplash.com)

Keluh Kesah Menjadi Warga Kabupaten Purbalingga

22 Maret 2023
All New Livina, Kembaran Xpander yang Nggak Mirip-Mirip Amat

All New Livina, Kembaran Xpander yang Nggak Mirip-Mirip Amat

23 Maret 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=_zeY2N8MAE4

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!