Preman Pensiun episode 3 musim 2 dibuka dengan adegan Kang Mus melintasi jalan raya Bandung dengan vespa jadulnya. Ia tampak buru-buru. Sesampainya di rumah Kang Bahar, Kang Mus menyuruh Amin memanggil Bapak alias Kang Bahar. Amin langsung sigap memotong:
“Sama minta dibuatkan kopi ke Imas?”
“Cerdas!” kata Kang Mus sambil tersenyum.
Di teras, Kang Mus menunggu sembari duduk di sofa. Tak lama kemudian Kang Bahar keluar dari rumah. Kang Mus berdiri kembali, menunggu Kang Bahar duduk, barulah ia duduk kembali
Kang Bahar langsung to the point nanyain Maman Suherman. “Bagaimana kabar Maman Suherman?”
Kang Mus menjawab Maman sudah dikirim ke Cimande, sudah dikirim ke yang paling ahli. Sayangnya, Maman sudah tidak mau lagi kembali ke bisnis yang lama, ia ketakutan. Mendengar nama Kang Bahar saja sudah panas-dingin. Kang Bahar lalu menyuruh Kang Mus untuk mengumpulkan semua anak buah di markas besar.
FYI, alasan mengapa peran Maman Suherman diakhiri di sinetron ini karena aktor yang memerankannya, Roy Chunonk alias Uus Sudirman, meninggal. Karena itu peran Maman Suherman digantikan oleh Gobang, yang kelak akan dikenalkan di Preman Pensiun episode 4.
Kembali ke laptop.
Kang Bahar kembali masuk ke rumah. Sementara Kang Mus beranjak pergi, Amin yang melihat Kang Mus menahannya.
“Mau ke mana, kang? Kopinya baru jadi!”
“Mau tahu urusan orang saja kamu,” jawab Kang Mus, nyebelin, sambil berlalu pergi dari rumah Kang Bahar.
Imas yang melihat Kang Mus lalu memanggilnya sambil memegang kopi yang sudah jadi. Tapi tak digubris. Akhirnya kopinya untuk Amin lagi.
Di Preman Pensiun episode 3 ini, untuk meringkas panjang tulisan, saya rangkum jalan ceritanya jadi dua garis besar. Sebab, dua garis besar inilah yang jadi konflik dan akar masalah di dalam episode kali ini. Dua garis besar cerita itu adalah hilangnya gawai milik anak Kang Mus dan pengenalan tokoh baru bernama Uyan.
Preman Pensiun episode 3 musim 1: Perkenalan tokoh baru bernama Uyan, teman lama Kinanti
Dikenalkannya Uyan sebagai tokoh baru dikesankan “tidak sengaja” karena tokohnya terlihat samar. Adegan pertama Uyan muncul di layar kaca justru kalah dibandingkan dengan duo copet, Ubed dan Saep, di khazanah percopetan Kota Bandung. Iya betul, karena Uyan adalah korban copet mereka berdua. Berkat mereka, tokoh Uyan bertemu dengan Kinanti.
Awalnya Uyan ingin membeli buku-buku bekas di toko buku untuk modal membuat perpustakaan umum. Tapi, uang lima ratus ribu hasil sumbangan raib diambil duo copet di angkot. Uyan yang sudah sampai di toko buku jadi malu karena uangnya tidak ada. Walhasil ia pulang, tak ada ongkos ia pun berjalan kaki.
Saat berjalan kaki itulah momentum pertemuan Uyan dengan Kinanti. Ia tak sengaja bertemu Kinanti yang baru pulang dari kantor tempat ia mengirim permintaan magang.
Kinanti menghampiri Uyan dan bertanya, “Uyan? Kamu kok pulang jalan kaki, bukannya rumah kamu jauh?” Adegan berganti cepat dan mereka sampai ke rumah Kinanti.
Kinanti mengajak Uyan ke rumahnya karena ia ingin menyumbang buku-buku semasa ia sekolah, sebab Uyan menceritakan sebab kenapa ia jalan kaki dan habis pergi dari mana. Uyan disuruh menunggu di teras rumah. Kinanti meminta tolong Amin untuk bilang ke Imas supaya Uyan dibuatkan teh hangat. Amin seperti biasanya, menjawab siap.
Di dalam rumah, Kang Bahar bertanya kenapa Kinanti pulangnya lama. Kinanti jujur menjawab, di jalan ia bertemu teman yang diajak main ke rumah.
“Siapa teman kamu? Perempuan atau laki-laki?”
Kinanti menjawab santai kalau temannya laki-laki. Kang Bahar langsung menuju ke teras rumah untuk melihat “teman” daripada Kinanti.
Uyan berdiri saat melihat Kang Bahar keluar, ia ingin salim tapi Kang Bahar menarik tangannya. Uyan terdiam dan hanya menundukkan kepala, lalu Kang Bahar menyuruh Uyan untuk duduk. Tiba-tiba Imas datang membawa dua gelas teh yang tadi diminta Kinanti lewat perantara Amin. Imas menaruh teh dan Kang Bahar terlihat bingung.
“Ini buat siapa?” Imas menjawab karena ada tamu, satu buat tamu dan satunya buat Bapak (Kang Bahar). Kang Bahar lalu melanjutkan bertanya-tanya kepada Uyan.
Imas kembali ke dapur, lalu bertanya pada Amin siapa gerangan tamu Kang Bahar. Amin menjawab itu bukan tamunya Kang Bahar, tapi tamunya Kinanti. Imas kaget, lalu kembali ke tempat Kang Bahar dan Uyan duduk. Saat sudah sampai Imas memberitahukan kalau teh itu sebenarnya milik Kinanti, Kang Bahar tersenyum kecut dan menyuruh Imas kembali ke dapur, Imas mesem-mesem sembari pamit kembali. Sepertinya ia merasa linglung.
Tiba-tiba Kinanti datang membawa kardus yang penuh dengan buku, ia membawanya sambil terseret-seret. Uyan yang melihat Kinanti langsung sigap membantu Kinanti, ia mengangkat kardus yang penuh dengan buku. Kinanti menyampaikan pada Uyan kalau ia boleh membawa kardus isi buku itu, Uyan mengiyakan dan berterima kasih. Kang Bahar hanya melihat dan kembali masuk ke rumahnya.
Kinanti lalu menyuruh Amin mengantarkan Uyan ke rumahnya dengan mobil. Uyan pamit dan Kinanti masuk ke rumah, duduk di samping ibunya. Kang Bahar lalu mengajak Kinanti ngobrol soal Uyan.
“Baik sih anaknya, kasep juga. Cuma kurang rapih.” Kinanti lalu menjawab bahwa Uyan hanya teman biasa.
“Tuh kan, Pi, cuma teman biasa,” sahut istri Kang Bahar.
“Terus kapan teman istimewanya,” Kang Bahar menyahut lagi. Tapi Kinanti terlihat kesal. Ia langsung pamit ke kamar. Kang Bahar menyahut lagi.
“Kinanti, Papi masih mau ngobrol.”
Preman Pensiun episode 3 musim 1: Gawai anak Kang Mus dicopet
Ini juga berkat si duo copet. Bisa dikatakan, di Preman Pensiun episode 3, Saep dan Ubed jadi tokoh kunci sebab berkat merekalah cerita episode ini digerakkan.
Setelah mencopet Uyan, mereka ternyata belum puas mendapatkan hasil uang lima ratus ribu, mereka beraksi lagi dan sekarang korbannya adalah seorang remaja yang masih duduk di bangku SMP.
Seperti biasa, operasi dilakukan di angkutan umum dengan mengimpit korban. Mereka berhasil mendapatkan hasil, bukan dompet, tapi gawai. Gawainya dijual cepat ke konter, tapi cuma dihargai seratus ribu, bukan dua ratus ribu seperti yang diharapkan Saep. Kok ya kebetulan, yang membeli gawai curian itu adalah Ujang, anak buah Kang Mus.
Anak Kang Mus baru sadar gawainya hilang saat ia sampai rumah, gara-gara ibunya (istri kang Mus) marah-marah teleponnya tidak diangkat.
Esih, istri Kang Mus itu, menelepon Kang Mus soal hilangnya hape si Eneng. Kang Mus jadi emosi. Kebetulan ia sedang bersama Komar, saat itu juga ia memerintahkan Komar mencari gawai anaknya.
“Ini bukan soal hape, ini soal harga diri. Kalau nggak ketemu, saya botak kepala kamu!”
Komar ketakutan dan lari tunggang-langgang. Ia kebingungan mencari gawai anaknya Kang Mus, padahal ia sudah meminta bantuan Joni dan Iwan anak buahnya.
Tiba-tiba adegan kembali ke Kang Mus yang kelihatan pusing, lalu Ujang yang baru beli gawai (yang adalah milik anaknya Kang Mus) datang. Ia tiba-tiba menerima telepon, lalu mengangkatnya. Saat menerima telepon itu Kang Mus melihat gawai yang dipegang Ujang, ia langsung meminta gawai yang dipegang Ujang.
“Pabrik pasti membuat hape nggak cuman satu, ada ratusan bahkan mungkin ribuan. Tapi saya tahu, tempelan macam ini cuman anak saya yang punya!” Tanpa peringatan dan aba-aba, tinju Kang Mus melayang ke perut Ujang.
Jedug! Ujang tersungkur kesakitan, tapi Kang Mus menyuruh Ujang bangun, “Ini hape siapa?” Ujang bangun dan menjawab, “Punya saya, Kang.”
Jedug! Pukulan melayang lagi. Ujang kembali terjatuh. Kang Mus bertanya lagi, “Dapat dari mana!?”
Ujang menjawab beli, tapi ia kena pukul lagi. Ia dipukul hampir tiga kali, setelah pukulan terakhir, Kang Mus menyuruh Ujang membawa orang yang menjual gawai anaknya.
Singkat cerita, Ujang berhasil menemukan Saep dan Ubed yang mencopet gawai Eneng. Tak pakai lama, mereka membawa duo copet ke markas besar untuk dihukum. Kang Mus bertanya apa mereka mengenalinya, duo mencopet menjawab tidak. Kang Mus lalu bertanya lagi, “Kenal Muslihat?” mereka menjawab kenal, “Anak buahnya Kang Bahar?” Kang Mus lalu mengenalkan dirinya. Setelah itu ia bertanya lagi, “Kalian sudah makan siang?” Si duo copet menjawab sudah.
Kang Mus pergi dan menyuruh para anak buahnya untuk “mengeluarkan” makan siang mereka.
Baca sinopsis semua episode Preman Pensiun musim 1 di sini.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.