Lagi-lagi kabar buruk datang dari skena musik Indonesia. Setelah sebelumnya banyak agenda festival musik dan tour dari beberapa musisi ditunda/dibatalkan akibat pandemi corona, kabar buruk lainnya datang dan menyangkut kejahatan yang melibatkan musisi. Beberapa hari lalu, skena musik Jakarta dan sekitarnya agak dikejutkan dengan ulah pemerkosaan dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh musisi Bijan Faisal (Samparrrrr) terhadap beberapa perempuan (korban).
Setelah menjadi perbincangan, Bijan akhirnya membuat pernyataan dan meminta maaf, serta mengakui bahwa dia telah melakukan kejahatannya terhadap delapan orang (bisa jadi lebih). Setelah kejadian itu, skena musik (dan skena seni lainnya) yang pernah bekerja sama dengan Bijan membuat pernyataan tegas, bahwa mereka tidak akan mentolerir predator seksual dan akan memutus hubungan dengan predator seksual, serta beberapa kolektif yang tidak akan memberikan intensif seni apapun terhadap Bijan.
Belum juga kering bibir membicarakan kasus Bijan Faisal, skena musik di Malang juga digemparkan oleh adanya predator seksual melibatkan musisi dari kota Malang. Silakan cari tagar #PredatorMalang di twitter untuk mengetahui secara rinci apa yang terjadi. Ada utas dan rilis (tulisan) yang sudah dibagikan ke publik. Saya masih belum mampu menceritakan kembali secara rinci apa yang terjadi. Dada saya masih sesak setelah membaca dan mengetahui cerita dari teman-teman saya.
Saya sebenarnya menyayangkan mengapa hal ini terjadi, dan melibatkan musisi atau pegiat musik dari kota Malang. Bukan apa-apa, kejahatan yang dilakukan oleh seorang musisi jelas akan berdampak pada buruknya nama baik skena musik di kota Malang. Akibat ulah salah satu musisi yang bahkan kejahatannya dilakukan di luar kegiatan musik, berimbas pada nama baik skena.
Tapi tidak masalah, toh tugas kita bukan membela nama baik skena, tugas kita adalah membela korban. Baiknya juga, musisi dan pegiat skena di Malang juga sudah memberikan tindakan tegas terhadap kasus ini. Semua satu suara untuk melawan tindakan kekerasan seksual. Band-band yang pernah atau masih berhubungan dengan pelaku, sudah memberikan pernyataan tegas.
Perlu disadari juga, bahwa setiap kejahatan yang sifatnya personal, tentu akan berimbas pada hal-hal sekitarnya. Dalam kasus ini, meskipun si pelaku melakukan pemerkosaan di luar kegiatannya di bidang musik, tapi identitasnya sebagai musisi (dan identitas lainnya yang menempel) akan secara langsung ikut terseret. Satu-satunya cara untuk menjaga nama baik skena musik di Malang, adalah seluruh pegiat skena, siapa pun itu, harus menindak tegas si pelaku, serta melindungi korban.
Lagi-lagi ini menjadi pukulan bagi masyarakat secara umum, dan bagi musisi serta para pegiat skena musik khususnya, bahwa ancaman predator seksual itu masih ada.
Ada beberapa hal yang menjadikan ancaman predator seksual ini masih juga ada di skena musik kita. Salah satunya, kenyataan bahwa skena musik kita masih kurang ramah terhadap perempuan. Banyaknya dominasi laki-laki dalam skena musik serta pemakluman terhadap kultur-kultur norak seperti catcalling dan semacamnya, menjadikan perempuan di skena musik tidak aman dari predator seksual. Ya meskipun sudah banyak bermunculan kolektif-kolektif musik atau seni yang sudah punya aturan dan sikap tegas terhadap budaya catcalling dan semacamnya.
Ya memang kembali lagi harus disadari, bahwa skena musik kita belum aman dari para predator seksual. Kita tidak pernah tahu siapa predator seksual tersebut. Bisa jadi teman band kalian, bisa jadi teman ngegigs kalian, bisa jadi barista kopi di tempat kalian manggung dan di tempat kalian nongkrong dengan teman band kalian. Satu hal yang perlu diperkuat, selalu jaga teman-teman dan skena musik kalian dari predator seksual, dan jangan mentolerir kasus kejahatan seksual, apa pun bentuknya dan siapa pun pelakunya.
BACA JUGA Laki-laki Juga Bisa Jadi Korban Kekerasan atau tulisan Iqbal AR lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.