Perempuan Cuma Pengin Hidup Tenang, Bukan Dihakimi – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Pojok Tubir

Perempuan Cuma Pengin Hidup Tenang, Bukan Dihakimi

Yogo Triwibowo oleh Yogo Triwibowo
11 Desember 2021
0
A A
perempuan ingin hidup tenang
Share on FacebookShare on Twitter

Jujur saja saya merasa aneh dengan respon beberapa pihak terhadap kasus pelecehan maupun kekerasan seksual selama ini. Perempuan cuma pengin hidup tentram malah dibikin waswas. Sudah terlanjur jadi korban, bukannya dikuatkan atau diberikan dukungan moril, malah dituntut memaklumi dengan dalih “makanya lain kali harus lebih waspada”.

Tampaknya ada yang kacau dengan nalar kita dalam membangun persepsi perlindungan korban. Ini bukan soal pakaian terbuka atau tertutup, bukan soal syahwat yang ke-trigger, dan lain sebagainya. Tapi, lebih kepada bagaimana kita memandang korban sebagai pihak yang secara emosional sedang tidak baik-baik saja.

Saya tidak habis pikir. Bagaimana mungkin ketika ada korban pelecehan atau kekerasan yang muncul ke permukaan, entah itu di sekitar kita maupun yang diviralkan melalui jagad maya, kok ya ada orang yang memandang korban sebagai pihak yang kurang waspada sehingga terjadi hal yang tidak diinginkan?

Seharusnya kita paham bahwa isu pelecehan seksual dengan mendengar kabar anak tetangga jatuh dari sepeda atau digigit anjing kompleks adalah dua hal yang jauh berbeda. Mendengar hal yang kedua tentu masih wajar jika kita merespon dengan ucapan waspada. Sebab, tidak mungkin kita berdialog dengan kerikil yang menyebabkan anak itu jatuh atau anjing yang menggigitnya.


Tapi, ketika mendengar hal yang pertama dan kita mengeluarkan respon yang sama justru itu memberi efek intimidatif dalam bentuk lain terhadap korban itu sendiri. Atau mungkin pelakunya juga tidak mungkin kita ajak dialog sehingga serupa dengan dua hal di atas? Eh.

Perempuan itu tidak diciptakan untuk menjadi objek yang dimangsa, mereka bukan buruan. Sehingga segala bentuk ancaman yang mengganggu itu tidak bisa dimaklumi sebagai hal yang tidak mampu dielakkan. Dalam dunia hewan, rantai makanan akan terputus apabila spesies mangsa punah. Tapi apa iya itu juga harus berlaku dalam peradaban manusia yang katanya modern dan menjunjung tinggi hak asasi ini? Apa iya perempuan harus punah dulu baru rantai pelecehan itu terputus?

Terlebih lagi kita hidup di negara yang katanya menjunjung tinggi supremasi hukum. Sedangkan tujuan pembentukan hukum yang paling utama adalah menjamin keamanan bagi semua pihak dan menjaga ketertiban dalam hubungan sosial. Setidaknya demikian relasi hak dan kewajiban yang menjadi pondasi hukum. Tapi, kok fungsi preventif dan represif seakan tidak berkutik di hadapan kasus-kasus semacam ini?

Tindakan atau ucapan yang menyalahkan korban entah itu atas tindakan, sikap, cara berpakaian, dan ragam lainnya justru tidak dapat dijadikan argumen pembenar. Baik itu dari segi nalar maupun dari segi hukum.

Argumen yang menggunakan sudut pandang bahwa adanya trigger dari korban adalah argumen yang secara nalar jujur saja sangat nyungsep dan sama sekali tidak masuk akal. Saya pernah mendengar kutipan begini “you must control the ship, not the sea”. Artinya yang harus dikontrol adalah nafsumu yang tidak karuan itu, bukan malah menuntut seisi dunia untuk tidak memancing nafsumu.

Tidakkah kita mampu memahami bahwa pakaian adalah salah satu bentuk ekspresi diri, menggambarkan isi hati, maksud, dan tujuan-tujuan tertentu? Terbuka atau tertutup itu bukan urusan kita, apalagi kalau sampai membuka secara paksa yang jelas-jelas sudah ditutup.

Kita, sayangnya, selalu berusaha berlagak bijak terhadap perempuan yang jadi korban isu-isu seksual. Padahal sebenarnya kita sedang menjadi wajah lain dari ancaman dan tekanan yang korban rasakan. Secara mental ia terserang, secara emosional ia terganggu, secara kepercayaan diri ia dihancurkan. Lalu kita datang dengan mengatakan “makanya lain kali waspada”. Bayangkan perasaanmu jika kau jadi korban, dan dibilang begitu. Remuk, Lur, remuk tak terperi.

Negara melalui institusi Polri seharusnya menjadi salah satu pihak yang paling bertanggung jawab dengan adanya kasus-kasus seperti ini. Tapi, akhir-akhir ini saya melihat justru peran penyelidikan dan penyidikan itu malah diambil alih oleh publik.

Misalnya dalam kasus yang sedang hangat belakangan ini, yaitu dugaan kekerasan dan pelecehan seksual yang menimpa alm. Novia Widiasari. Satu-satunya bukti yang tersisa adalah jejak-jejak digital, sedangkan saya melihat bahwa yang sibuk dan heboh mengumpulkan hal-hal tersebut justru netizen.

Tidakkah pihak kepolisian merasa tersentil? Ketika peran penyidikan yang seharusnya menjadi tugas dan wewenangnya itu malah diambil alih oleh masyarakat langsung? Atau mungkin pihak kepolisian merasa bahwa bukti-bukti digital itu kurang kuat untuk dilimpahkan ke jaksa penuntut umum?

Jika benar pihak kepolisian meragukan keabsahan bukti digital, saya anggap kepolisian sudah keliru. Sebab, bukti elektronik merupakan bentuk perluasan dari Pasal 184 Ayat (1) KUHAP. Sedangkan terkait penilaian keabsahan di muka persidangan bukan lagi kewenangan kepolisian, melainkan keterangan dari ahli digital forensik.

Padahal kasus seperti ini seharusnya bisa ditangani secara serius. Bukan saja berkaitan dengan kejahatan seksual, melainkan juga berkaitan dengan penjaminan atas kehidupan yang tenteram bagi warga masyarakat.

Konstitusi kita pun sudah memberikan jaminan penuh terkait hal itu yang dimuat dalam Pasal 28G Ayat (1) UUD 1945, yang berbunyi:

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.”


Sehingga ancaman dan ketidaknyamanan untuk berbuat sesuatu, misalnya cara berpakaian, kemudian perlindungan diri pribadi, kehormatan, dan martabat adalah bentuk ancaman serius. Sangat tidak masuk akal apabila keresahan akan hal-hal tersebut justru sekadar direspon dengan saran agar lebih waspada lagi dalam menjaganya.

Sudah seharusnya kita berhenti ikut menyerang korban apalagi sampai mengintimidasi dengan seruan waspada seakan membenarkan dan memaklumi keberadaan predator.

Perempuan itu cuma pengin hidup tenang kok, nggak lebih.

Sumber Gambar: Pixabay

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 Desember 2021 oleh

Tags: Kekerasan SeksualPerempuan
Yogo Triwibowo

Yogo Triwibowo

Mahasiswa yang suka ngelamun di pojokan kamar.

Artikel Lainnya

Melihat 4 Kerepotan Motor Matik dari Perspektif Perempuan Terminal Mojok

Melihat 4 Hal Repotnya Punya Motor Matik dari Perspektif Perempuan

27 Maret 2022
15 Nama Perempuan yang Muncul dalam Lirik Lagu Terminal Mojok

15 Nama Perempuan yang Muncul dalam Lirik Lagu

12 Maret 2022
15 Ragam Profesi Perempuan di Drama Korea, Bukti Pekerjaan Buat Perempuan Nggak Itu-itu Aja Terminal Mojok

15 Ragam Profesi Perempuan di Drama Korea, Bukti Pekerjaan Buat Perempuan Nggak Itu-itu Aja

3 Maret 2022
7 Drama Korea Woman-Centered yang Wajib Kamu Tonton Terminal Mojok

7 Drama Korea Woman-Centered yang Wajib Kamu Tonton

14 Januari 2022
Demi Nama Baik Kampus: Film Pendek tentang Kekerasan Seksual terminal mojok.co

Demi Nama Baik Kampus: Film Pendek tentang Kekerasan Seksual

31 Desember 2021
cak nadi buaya

Analogi Buaya-Ayam Cak Nadi Bener-bener Ra Mashok!

15 Desember 2021
Pos Selanjutnya
Desa Cinunuk, Wisata Religi di Garut yang Sarat Sejarah terminal mojok

Desa Cinunuk, Wisata Religi di Garut yang Sarat Sejarah

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini Terminal Mojok.co

Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini

16 Mei 2022
Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik Terminal Mojok

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik

15 Mei 2022
Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara Starbucks Membuat Orang Tertarik Beli meski Tahu Harganya Mahal

13 Mei 2022
3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

14 Mei 2022
Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

6 Mei 2022
10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan Terminal Mojok

10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan

2 Januari 2022
Punya Mobil Pribadi Itu Sebenarnya Nggak Enak

Punya Mobil Pribadi Itu Sebenarnya Nggak Enak

11 Mei 2022

Dari MOJOK

  • KKN di Desa Penari Hingga Elon Musk yang Ditemui Jokowi
    by Ali Ma'ruf on 18 Mei 2022
  • Mengenang Kebesaran Raja-raja Jawa di Pajimatan
    by Syaeful Cahyadi on 18 Mei 2022
  • Kementerian PPPA Minta UGM Bantu Buat Aturan Turunan UU TPKS
    by Yvesta Ayu on 18 Mei 2022
  • Dubes Palestina: Perjuangan Melawan Israel Dilanjutkan Anak-anak Muda
    by Arif Hernawan on 17 Mei 2022
  • Piala Dunia, Ketakutan Romo Sindhu di Usianya yang ke-70
    by Yvesta Ayu on 17 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GwazDvZPZ_Q&t=619s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In