Daftar Isi
Kota Berhala
Ketika memasuki Ponorogo, terutama di daerah kota, kita akan disuguhkan pemandangan berupa patung-patung yang ada di perempatan jalan. Patung-patung tersebut sengaja dibangun di tengah-tengah perempatan jalan sebagai bundaran.
Patung-patung yang ada di bundaran tersebut sebagian besar merupakan patung dari tokoh-tokoh dalam seni reyog, di antaranya warok, jathil, bujang ganong, dan kelana sewandana. Sehingga, ada yang menyebut kota ini sebagai kota berhala, ya karena ini alasannya. Walaupun patung ini hanya sebagai simbol, bukan sesembahan ya guys. Anggap aja bercandaan.
Kota Balon Udara
Jika di kota lain Idulfitri dirayakan dengan ketupat atau opor ayam, maka lain dengan di Ponorogo. Di kota ini, balon udara menjadi salah satu cara untuk merayakan Idulfitri. Balon udara yang dimaksud di sini merujuk pada balon yang terbuat dari bahan plastik yang diterbangkan dengan sumbu yang dibakar.
Namun, kini menerbangkan balon udara merupakan suatu tindakan yang dilarang hukum. Peraturan Menteri nomor 40 tahun 2018 menegaskan untuk melarang menerbangkan balon udara secara ilegal di atas ketinggian 150 meter tanpa awak maupun tali.
Walaupun sudah jelas dilarang, nyatanya masih ada saja warga yang nekat menerbangkan balon udara. Namanya juga tradisi. Begitulah alasan mereka. Pihak berwajib tak bosan-bosan dalam memberikan ketegasan kepada mereka yang melanggar. Tetapi nyatanya? Ya, begitulah.
Saya pun nggak habis pikir, Mengapa balon udara diidentikkan dengan kota ini. Padahal setau saya, di daerah lain juga banyak yang menerbangkan balon udara. Tapi yang identik hanya dengan Ponorogo.
Kota TKI
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Ponorogo menempati urutan pertama jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terbanyak se-Jawa Timur. Pada tahun 2022, TKI asal Ponorogo mencapai angka 29.022 jiwa yang tersebar di Hongkong, Taiwan, Saudi Arabiah, dll.
Tak heran, jika di Ponorogo ada sebuah desa yang dijuluki sebagai Kampung Korea. Kampung ini terletak di Desa Sukosari, Kecamatan Babadan. Di kampung ini, terdapat setidaknya 20 persen dari penduduknya yang bekerja sebagai TKI di luar negeri. Di kampung tersebut, berjejeran rumah-rumah elit bak istana di sisi kiri dan kanan jalan. Selain di Sukosari, ada juga kampung TKI di desa Blimbing, desa Kebonsari, dan desa Mojorejo.
Itulah sekilas tentang julukan Kota Ponorogo. Tergantung dari sudut mana kamu melihat kota ini, kamu akan punya julukan tersendiri. Mau menjulukinya dengan Kota Mantan, bebas, sakkarepmu, yang penting kamu bahagia, ra jotos-jotosan, dan tetap hafal Pancasila.
Penulis: Miftakhu Alfi Sa’idin
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Membandingkan Kabupaten Ponorogo dan Trenggalek, Mana yang Lebih Maju?