Rencana pembangunan PLTS di Batam, meski niatnya baik, tetap saja kurang tepat.
Pemanasan global dan perubahan iklim telah menjadi masalah global yang hingga kini masih menimbulkan polemik di masyarakat dunia. Dengan ini diperlukan tindakan efektif dan solutif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Salah satu langkah penting dalam mengurangi emisi tersebut adalah dengan mengembangkan sumber energi terbarukan yang bersih dan berkelanjutan.
Salah satu sumber energi terbarukan yang sangatlah potensial di Indonesia karena kondisi geografisnya adalah energi surya. Dengan lebih dari 17 ribu pulau, perairan yang mengelilinginya dan cahaya matahari yang cukup sepanjang tahun, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung (PLTS Terapung).
Salah satunya Kota Batam, daerah yang memiliki waduk dengan daya tampung cukup besar. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mewacanakan pembangunan PLTS terapung dari kelebihan yang dimiliki Kota Batam itu. Mengingat adanya aktivitas industri yang dilakukan pabrik-pabrik yang ada di Batam juga cukup intensif dalam menghasilkan berbagai bentuk polusi dan kerusakan lainnya.
Daftar Isi
Kota industri yang memaksimalkan energi, katanya
Kota Batam yang notabenenya merupakan salah satu kota industri terbesar di Indonesia pasti akan selalu tidak luput dengan namanya polusi dan penggunaan bahan bakar fosil. Namun, betapa wow-nya ketika mendengar bahwasanya Batam akan bertransformasi menjadi kota yang ramah akan lingkungan karena akan mencanangkan beberapa perubahan yang signifikan. Pembangunan PLTS akan dicanangkan demi menciptakan lingkungan yang baik dengan memanfaatkan beberapa waduk yang ada.
PLN yang berencana membangun PLTS apung berkapasitas 42 megawatt peak (MWp) di waduk Duriangkang yang bervolume 106,7 juta meter kubik untuk dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan industri di Batam. Terdengar sangat bombastis bukan? Tidak hanya lingkungan yang semakin baik, perekonomian wilayah juga didorong maju.
Membangun PLTS di negeri sendiri yang manfaatnya malah untuk negara tetangga
Adanya pembangunan PLTS di beberapa waduk Batam menjadi sebuah dilema besar bagi Indonesia saat ini. Dalam satu sisi hal ini akan membentuk sebuah prospek besar bagi Indonesia dalam mendistribusikan kebermanfaatan kepada negara tetangga yaitu Singapura. Tetapi di sisi lain negara kita malah seakan-akan belum bisa memaksimalkan dan mengaplikasikannya di negeri sendiri. Singapura dipilih karena dirasa menjadi negara yang letak geografisnya paling dekat dan paling siap dalam menyerap listrik tenaga surya dalam skala besar. Selain itu “katanya” juga karena ingin membangun keharmonisan dan hubungan bilateral antar kedua negara. Ya, entah lah, elit pemerintah yang hanya bisa menjawab.
Proyek pembangunan PLTS yang dicanangkan di Waduk Duriangkang ini rencananya akan dimulai pada 2024 mendatang. Listrik sekitar 2 gigawatt yng akan dipasok ke Singapura melalui kabel bawah laut. Hal ini merupakan sebuah komitmen Indonesia dalam melawan perubahan iklim yang cukup ekstrem dan pengurangan penggunaan listrik batubara.
Tapi, rasanya aneh sebenarnya. Menekan perubahan iklim yang ekstrem tetapi masyarakat kita masih banyak juga yang senang menggunakan bahan bakar fosil. Walau disamping itu Indonesia nantinya akan tetap mendapatkan manfaat dari investasi asing yang mengembangkan PLTS. Sebab, Singapura juga sedang berupaya beralih dari penggunaan gas alam ke sumber energi terbarukan.
Masyarakat terancam dirugikan, negara lain bahagia
Waduk yang digunakan sebagai sumber kehidupan masyarakat Batam kini dicanangkan akan didirikan sebagai salah satu PLTS terbesar di Indonesia. Tak bisa dimungkiri nantinya hal ini akan berdampak kepada ekosistem yang ada di sekitarnya. Contohnya saat dilakukan pembangunan PLTS terapung di atas waduk yang pastinya akan menutupi sebagian waduk. Ya, meskipun dengan demikian akan mengurangi penguapan air karena cuaca yang panas. Tetapi hal ini juga akan membunuh bakteri jasad renik yang membutuhkan sinar matahari yang berguna menyaring air waduk yang dipenuhi limbah rumah tangga.
Penggunaan silikon yang terbuat dari besi atau plastik dalam membangun PLTS juga harus diperhatikan. Pasti bakal ada limbah dari proses pembersihan yang nantinya akan jatuh ke dalam waduk. Selain itu besi juga dalam waktu panjang pastinya akan korosi. Sedangkan bahan plastik akan menciptakan uraian mikro plastik ketika diterpa panas sinar matahari berkepanjangan.
Miris saja nantinya jika kita hanya kebagian limbah dan apesnya saja. Sedangkan negara lain sejahtera. Ah, dunia.
Penulis: Agung Anugraha Pambudhi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Batam, Kota Penuh Ambisi sekaligus Pengubur Mimpi Perantau yang Silau dengan Kemegahan