Plis ya, Obrolan Pengalaman Seks dan Edukasi Seks Itu Hal yang Berbeda!

Plis ya, Obrolan Pengalaman Seks dan Edukasi seks Itu Hal yang Berbeda!

Plis ya, Obrolan Pengalaman Seks dan Edukasi seks Itu Hal yang Berbeda! (Shutterstock.com)

Perkara edukasi seks, kita semua pemula. Itu yang bisa saya tangkap dari konten pengalaman seks (ngawur) yang diunggah oleh salah satu kanal YouTube yang dibalut embel-embel “edukasi seks”. Mengusung konsep obrolan gaul dengan mengangkat tema yang katanya “edukasi seks”, video dari kanal YouTube menunjukkan bahwa masih banyak pihak yang (benar-benar) nggak paham apa itu edukasi seks.

Kita bahas definisinya dulu, agar ada batasan jelas dalam pembahasan ini. Edukasi seks adalah kegiatan untuk mengajarkan mengenai kesehatan reproduksi. Tujuannya, untuk menyadarkan pentingnya kesehatan reproduksi dan batas-batas tentang reproduksi. Sehingga, tindakan pelecehan seksual serta penyakit menular bisa dicegah.

Definisinya udah jelas banget ya. Harusnya, tak ada lagi salah paham di sini. Lanjut.

Lumrahnya, ketika membicarakan tentang edukasi seks, kita akan mengundang orang yang capable dan paham mengenai isu ini. Yang dibahas harusnya tentang kesehatan reproduksi, batasan, risiko, dan pencegahan. Kenapa meminta orang yang capable dan paham untuk berbicara? Ya agar info yang disampaikan valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Orang dapat kebenaran, bukan yang mereka pikir itu benar. Beda lho ya.

Masalahnya, yang ada di konten tersebut berbeda. Mereka tak membicarakan itu. Yang dibicarakan adalah pengalaman seks dan cerita-cerita yang justru berlawanan dengan esensi edukasi seks itu sendiri.

Jika mereka memang paham tentang edukasi seks, nggak mungkin dong mereka menjalani cinta satu malam atau ONS. Seseorang yang sudah teredukasi tentang seks, bakalan mikir ulang untuk melakukan hubungan seks dengan orang yang baru dikenal kurang dari satu malam. Tentu hal ini sudah berseberangan dengan ajaran edukasi seks yang semestinya karena rentan terkena penyakit menular seksual.

Selain itu, apa iya seseorang yang paham tentang edukasi seks akan menggunakan istilah-istilah “bungkus”? Seolah manusia itu hanya sebuah obyek mainan yang bisa digunakan atau dibuang begitu saja ketika sudah tidak terpakai.

Kalau memang mau bahas seks bebas sebagai tema edukasi, ya nggak apa-apa. Asal yang dibicarakan adalah risiko dan efek-efek yang ada. Bukan malah sharing tentang pengalaman pribadi sebagai pemain dan malah memberi tips bagaimana agar nggak baper ketika FWB-an.

Jika memang video itu berisi tentang edukasi seks kenapa harus ada peringatan di awal video? Entah itu terkait batasan umur yang menonton ataupun imbauan untuk memakai earphone. Lah, emang edukasi seks setabu apa hingga orang lain tak boleh mendengarkanya dan hanya boleh dinikmati sendiri?

Terkait batasan saya setuju, untuk pemberian materi edukasi seks memang ada tahap perkembangannya. Namun bukan berarti anak-anak itu tidak boleh tahu tentang hal itu. Kenapa anak-anak belum dijelaskan secara mendetail, yah karena anak-anak masih susah menangkapnya kalau dijelaskan semuanya. Coba saja jelasin ke anak SD  tentang fungsinya tuba falopi itu apa? Skrotum itu untuk apa? Jangankan anak kecil, pas ujian SMA pertanyaan ini muncul saja saya langsung ngelag.~

Itulah alasan utama kenapa pada tahap anak-anak hanya diajarkan pengetahuan dasar saja. Tapi apakah anak-anak nggak boleh tahu? Tentu saja boleh. Toh, pengetahuan soal sistem reproduksi ini merupakan hak setiap orang yang punya alat reproduksi. Lagi pula konten mereka ini juga aneh. Sudah tahu kontennya untuk umur 21 ke atas, tapi kok ya bisa-bisanya mengundang talent yang usianya masih di bawah 20 tahun. Nggak konsekuen banget.

Sebenarnya mereka mau sharing tentang pengalamannya melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan atau tentang gaya berhubungan seks di atas genting, itu hak mereka selaku pembuat konten. Yang menjadi masalah di sini, sharing pengalaman seks mereka itu dilabeli sebagai bentuk dari edukasi seks. Hal ini tentu akan berdampak tentang pergeseran makna dari edukasi seks itu sendiri.

Saya padahal sudah mencoba untuk berpikir positif saat membaca caption di video mereka saat mengatakan bahwa di menit 40 pembahasannya akan berisi tentang edukasi seks. Tapi, sampai menyelesaikan beberapa video, saya belum menemukan edukasinya di mana. Memang benar di detik-detik terakhir mereka itu mengatakan untuk memakai kondom ketika berhubungan, hati-hati penularan HIV, dan waspada ketika bergonta ganti pasangan, tapi nasihat itu kayaknya lebih cocok untuk mereka konsumsi sendiri ketimbang dibagi pada orang lain. Lah, yang merupakan pelaku hubungan seks aktif mereka, yang suka bergonta ganti pasangan juga mereka, kan aneh kalau tiba-tiba mereka memberi wejangan seperti itu setelah dari detik pertama hingga menit 40 mereka koar-koar tentang seks bebas. Nggak habis pikir.

Ketika mereka menuliskan di caption, “Kenapa sih selama ini seputaran s3x itu selalu tabu?”. Yah, jawabannya sudah jelas sekali. YA KARENA ULAH MEREKA INI. Gara-gara konten semacam ini, orang-orang yang benar-benar serius dalam mengedukasi masyarakat akan pentingnya pendidikan seks, justru ternodai karena konten-konten nggak penting kayak gini.  Hal yang tadinya tabu untuk diperbincangkan, bisa saja semakin tambah tabu karena hal ini.

Terus mereka masih bisa pede nanya bahas seks itu tabu? Becanda aja lau.

Penulis: Reni Soengkunie
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Wahai Orangtua, Pendidikan Seksual Bukan Tutorial Senggama

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version