Piyungan, Kecamatan Paling Menyedihkan di Kabupaten Bantul

Piyungan, Kecamatan yang Paling Menyedihkan di Kabupaten Bantul

Piyungan, Kecamatan yang Paling Menyedihkan di Kabupaten Bantul (unsplash.com)

Kalau ada nominasi kecamatan paling menyedihkan di Bantul, tentu Piyungan bakal keluar jadi juaranya.

Di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ada sebuah kecamatan yang cukup unik karena bernama Kecamatan Kasihan. Kecamatan Kasihan akan membuat siap apun yang membaca namanya membayangkannya sebagai daerah yang menyedihkan dan patut dikasihani.

Namun, kecamatan yang menyandang gelar sebagai salah satu wilayah terpadat di Bantul ini nggak bisa disebut sebagai daerah yang pantas dikasihani. Sebab, di Bantul ada kecamatan lain yang lebih layak menerima rasa iba dari kita, yakni Kecamatan Piyungan.

Kecamatan yang berlokasi di ujung timur laut Kabupaten Bantul ini memiliki banyak alasan yang membuatnya tampak menyedihkan. Seperti inilah penyebabnya.

#1 Piyungan, kecamatan paling jauh dari ibu kota Kabupaten Bantul

Tuhan menciptakan Kecamatan Piyungan agar para warga yang tinggal di dalamnya senantiasa bersabar.

Posisinya yang di pojok membuat penduduk Kecamatan Piyungan harus menempuh jarak yang sangat jauh untuk ke mana-mana. Mereka bahkan lebih akrab dengan kabupaten tetangganya, yakni Kabupaten Sleman dan Kabupaten Gunungkidul, dibandingkan dengan Kabupaten Bantul.

Kalau warga Piyungan pengin mengurus administrasi di Pemerintah Daerah (Pemda) Bantul, mereka harus siap menyusuri jalan sepanjang 17 kilometer. Angka ini adalah rekor jarak terjauh dari satu kecamatan ke ibukota Kabupaten Bantul.

Jarak sejauh itu harus mereka tempuh selama 30-40 menit. Tapi tahu sendiri lah gimana kondisi lalu lintas Jogja yang makin hari makin nggak bisa diprediksi.

Baca halaman selanjutnya: Kena imbas ramainya wisata di hari libur…

#2 Ikut kena imbas ramainya wisata di hari libur

Lagi-lagi karena posisinya yang lebih dekat dengan Kabupaten Gunungkidul, Piyungan selalu kena getah tiap ada libur anak sekolah atau nasional. Ini karena Jalan Wonosari, yang menghubungkan Kota Jogja dengan Kabupaten Gunungkidul, melintang dan melintasi Piyungan Bantul.

Tiap ada libur panjang, kendaraan para wisatawan pasti memenuhi Jalan Wonosari. Bukan hanya ke pantai dan tempat wisata di wilayah Gunungkidul bagian ujung, mereka juga memadati tempat wisata yang berdekatan dengan Piyungan.

Kemacetan yang timbul akibat padatnya kendaraan ini akan membuat repot warga Piyungan Bantul. Pasalnya mereka bukan hanya harus bersabar menunggu kemacetan terurai. Kadang mereka sampai harus putar balik berkilo-kilo meter akibat rekayasa lalu lintas yang dibuat oleh polisi.

#3 Fasilitas umum yang bagus harus numpang ke kecamatan sebelah

Warga Piyungan harus bersabar soal keberadaan fasilitas umum dengan kualitas bagus yang nyaris absen di daerah mereka. Untuk mendapatkan akses ke fasilitas umum yang layak, mereka harus numpang ke kecamatan tetangga.

Di Piyungan, nggak ada sekolah favorit. Sekolah yang punya citra elite dan terpandang hanya ada di Kecamatan Bantul, atau akrab disebut Bantul Kota. Tapi ada harga yang harus dibayar jika warga Piyungan memilih sekolah favorit. Soalnya seperti yang saya katakan sebelumnya, jarak Piyungan ke Bantul Kota itu sekitar 17 kilometer.

Selain itu, mayoritas warga Piyungan mempercayakan urusan kesehatan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prambanan. Di Piyungan nggak ada rumah sakit besar karena hanya tersedia klinik dan puskesmas. Untung saja jarak dari Piyungan ke RSUD Prambanan cuma selemparan batu.

#4 Piyungan Bantul selalu dikambinghitamkan atas masalah sampah Jogja

Kecamatan Piyungan bukan hanya patut dikasihani karena lokasinya yang jauh, aksesnya yang sulit, maupun fasilitas umumnya yang nggak komplet. Ia juga kasihan karena selama ini selalu disalahkan atas kesalahan yang nggak diperbuatnya.

Dulu, Piyungan merupakan lokasi tempat pembuangan sampah terpadu (TPST). Sampah-sampah dari Kota Jogja, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul bermuara di sini.

Menjelang akhir masa tugas TPST, daerah-daerah tersebut, khususnya Kota Jogja mengalami darurat sampah. Pos sampah sangat sering tutup dan banyak sekali orang yang membuang sampah sembarangan karena malas mengolahnya. Dan saat kondisi ini terjadi, yang disalahkan selalu Piyungan Bantul.

“Ini karena Piyungan tutup,” begitu kata petugas sampah.

Saat ini Kota Jogja terpantau masih ada masalah terkait sampah. Dalam pembahasan soal sampah, Piyungan nggak pernah lupa untuk disebut. Padahal, TPST Piyungan kini sudah tutup.

Kabar dari masyarakat mengatakan bahwa kini TPST Piyungan sudah berubah jadi hijau. Tapi TPST Piyungan mengemban tugasnya nggak singkat sehingga pasti ada dampak lingkungan yang nggak ringan untuknya maupun masyarakat di sekitarnya.

Kecamatan Piyungan pantas mendapatkan titel sebagai kecamatan yang paling menyedihkan se-Jogja, bukan cuma Bantul. Semoga saja kecamatan ini cepat dibenahi agar nggak perlu menerima rasa iba dari kita lagi.

Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Jalan DI Panjaitan Mantrijeron, Perbatasan Jogja-Bantul yang Bikin Sakit Kepala.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version