Sejak 15 tahun yang lalu, intensitas saya melintas di pertigaan Jati Kencana Jogja semakin tinggi. Maklum, untuk mencapai rumah pacar, yang akhirnya menjadi istri di Minggir, Sleman, paling cepat memang melintas di sana. Dan selama 15 tahun itu, saya menyaksikan banyak perubahan yang, jujur saja, bikin stres.
Kamu bisa dan boleh menyebut semua sisi menyebalkan dari sebuah jalanan yang super padat. Kemacetan, parkir dan keluar sembarangan, pengendara tidak paham rambu, hingga yang tidak sabaran ingin didahulukan. Semua sisi menyebalkan itu ada di pertigaan Jati Kencana Jogja. Yang paling menderita, menurut saya, adalah pengendara motor.
Daftar Isi
Neraka dari semua sisi
Jika boleh membuatkan istilah untuk pertigaan Jati Kencana Jogja, saya akan menyebut “neraka dari semua sisi”. Misalnya, kamu melintas dari arah perempatan Pingit yang wingit. Detik menyebut perempatan itu sebagai perempatan terlama di Jogja, dengan 3,5 menit. Sudah berjuang dan bersabar di Pingit, melaju ke barat, kamu ketemu pertigaan laknat.
Berkendara dari timur, Jalan Godean, tidak kalah menantang. Sebelum sampai di pertigaan Jati Kencana Jogja, kamu melintasi salah satu ruas jalan yang jadi “anak tiri” pemerintah Jogja.
Butuh “ratusan tahun” untuk memperbaiki aspak dan jalan rusak di sana. Setelah protes bertahun-tahun, baru di Juni 2024 ini perbaikan Jalan Godean dilakukan. Sudah begitu, kamu harus menembus kepadatan yang biadab di depan Mirota Godean.
Dari selatan, dari Jalan HOS Cokroaminoto, kondisi jalanan memang lebih enak. Namun, kalau dari selatan, bisa jadi kamu kudu melintasi perempatan Wirobrajan yang padat.
Artinya, pertigaan Jati Kencana Jogja seperti sebuah titik temu dari “neraka-neraka” di Jogja. Oleh sebab itu, saya menyebut pertigaan ini sebagai musuh besar pengendara motor.
Pertigaan Jati Kencana Jogja yang super padat
Mungkin hanya di Selokan Mataram dekat Outlet Biru dan sekitaran Seturan yang bisa menjadi pesaing pertigaan Jati Kencana Jogja. Hampir semua sisi di pertigaan ini berisi unit usaha yang sangat aktif dan melibatkan kendaraan.
Misalnya, di sisi utara, ada minimarket yang selalu ramai. Di sebelahnya persis, ada pom bensin. Beranjak ke sisi selatan, yang menyambung dari Jalan Godean, ada rentetan pertokoan, warung makan, hingga toko emas yang semuanya legendaris. Mulai dari Toko Listrik Sumber Rejo, Domino’s Pizza, Pizza Hut Delivery, Toko Emas Semar Nusantara Pingit, Melia Laundry, Holland Bakery Godean, Bakso dan Es Buah PK.
Perhatian betul nama-nama di atas. Semuanya adalah unit usaha legendaris, tidak hanya di Jogja, bahkan Indonesia. Jadi kamu bisa membayangkan aktivitas keluar-masuk motor atau mobil dari tempat parkir masing-masing.
Hari Sabtu (28 Juni 2024), saya dan istri “harus” melintas di pertigaan Jati Kencana Jogja dari arah timur. Setelah berhenti sejenak di lampu merah, saya berjalan pelan menembus “rimba unit usaha legendaris” itu. Tepat di depan pom bensin, saya mengerem mendadak.
Pasalnya, dari gang sebelah pom bensin (sisi utara), keluar mobil dan hendak ke arah timur. Nah, dari sisi selatan, hampir bersamaan, keluar dua mobil dari parkiran Holland Bakery dan Toko Emas Semar, hendak mengarah ke timur. Jadi, di jalan yang sempit itu, ada tiga mobil bersilangan.
Jangan bayangkan di jalanan itu hanya ada tiga mobil dan satu motor yang saya kendarai. Di sana, penuh dengan motor dan mobil lainnya. Tiga tukang parkir terlihat kewalahan.
Rasa malas di sekitar Mirota Godean
Selepas pertigaan Jati Kencana Jogja ke barat, ada Mirota Godean. Seperti hampir semua “Mirota”, sudah pasti penuh kendaraan. Bagi yang sering melintas di sana pasti paham bahwa perempatan Jalan Soragan itu sungguh bikin malas. Barrier yang dipasang polisi supaya pengendara tidak menyeberang tidak ada gunanya.
Kalau motor, sih, saya masih bisa menerima. Namun, ada saja pengendara mobil yang nakal, putar balik di barrier itu. Barrier-nya sendiri berada dekat halte Trans Jogja!
Bayangkan saja ada bus Trans berhenti, lalu ada mobil putar balik. Matahari sedang di puncak pukul 12 dan kamu naik motor. Panas, gerah, macet, jalan sempit dan biasanya ada genangan air di sana. Sungguh bikin malas dan marah.
Itulah salah satu neraka yang berdekatan dengan pertigaan Jati Kencana Jogja. Oleh sebab itu, menurut saya, pertigaan Jati Kencana Jogja adalah musuh pengendara motor.
Sering terjadi pengendara motor harus mengalah ketika mobil-mobil berbelok sembarangan dan memotong jalur di jalanan sempit nan padat. Saya membayangkan hanya mobil yang bisa bikin nyaman pengendara di sana. Setidaknya, kamu terhindar dari panas sinar matahari dan gerahnya hujan khas Jogja.
Selamat berjuang, para pengendara motor di pertigaan Jati Kencana Jogja. Semoga masih punya banyak tabungan kesabaran ketika melintas di sana.
Penulis: Yamadipati Seno
Editor: Yamadipati Seno
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.