Pertama Kali Naik Bus Harapan Jaya dari Semarang ke Blitar: AC Bocor, Ban Pecah, tapi Snack Melimpah

Pertama Kali Naik Bus Harapan Jaya dari Semarang ke Blitar: AC Bocor, Ban Pecah, tapi Snack Melimpah

Pertama Kali Naik Bus Harapan Jaya dari Semarang ke Blitar: AC Bocor, Ban Pecah, tapi Snack Melimpah (unsplash.com)

Perjalanan Semarang-Blitar biasanya saya tempuh naik kereta api. Namun beberapa hari lalu, saya memutuskan untuk menjajal naik bus yang katanya “lebih fleksibel dan manusiawi”. Seorang teman kemudian merekomendasikan bus Harapan Jaya. Katanya bus ini nyaman, servisnya bagus, kursinya empuk, dan dapat snack banyak.

“Pokoknya nggak kalah sama kereta, deh. Malah lebih enak!” begitu kata teman saya.

Harga tiketnya sekitar dua ratus ribuan. Tapi setelah sampai agen tiket dan naik bus, ternyata ada kembalian uang makan. Jadi tiketnya nggak sampai dua ratus ribu. Lumayan. Sebuah awal perjalanan yang manis. Saya mulai merasa keputusan naik bus ini tepat.

Bus yang saya tumpangi adalah bus eksekutif dengan konfigurasi kursi 2–2, sandaran kaki lengkap, AC sentral, ada stop kontak buat charger, dan interior dominan coklat marun oranye khas Harapan Jaya. Mesin bus menggunakan sasis Mercedes-Benz (katanya OH 1626, nggak tahu itu artinya apa, pokoknya mesinnya gede). Kursinya lumayan empuk, lega buat orang seperti saya. Sekilas semuanya tampak meyakinkan.

Hingga akhirnya perjalanan dimulai dan drama datang pelan-pelan.

AC bocor di atas kepala

Begitu bus yang saya tumpangi masuk tol, saya baru sadar ada sensasi “gerimis” di kepala. Bukan dari Tuhan, tapi dari AC. Tetesan kecil tapi konsisten.

Pertama saya pura-pura sabar. Kedua, saya mencoba menggeser badan. Ketiga, saya mulai memandang ke atas seperti orang mencari inspirasi Ilahi. Ternyata benar AC-nya bocor.

Saya mencoba mengelap pakai tisu dan menggunakan jaket sebagai penahan tetesan. Bahkan selimut dari bus Harapan Jaya yang saya tumpangi saya jadikan penahan tetesan air AC juga. Saya nggak bisa pindah soalnya waktu itu bus dalam kondisi penuh.

Tetapi belum sempat marah, pramugara bus datang membawa snack. Snack-nya berisi roti, wafer, air mineral, dan entah kenapa ada kacang atom. Banyak banget. Saya mulai luluh. Kayaknya Harapan Jaya tahu cara menenangkan penumpang.

Bus lambat memang aman, tapi…

Selama ini saya terbiasa naik bus Muria Raya yang terkenal ngebut. Sejujurnya, waktu naik bus Harapan Jaya rasanya jomplang banget. Soalnya bus ini berjalan santai, santai banget malah.

Saya melihat kanan kiri, terlihat bus lain menyalip kami kayak adegan balap liar. Sementara bus yang saya tumpangi tetap kalem di jalur lambat. Sebelumnya ada bus lain yang awalnya berangkat bareng dari Semarang, tapi kini hilang entah di mana. Mungkin ini filosofi bus Harapan Jaya yang percaya perjalanan adalah proses, bukan perlombaan.

Ban bus Harapan Jaya yang saya tumpangi pecah di Trenggalek

Puncak perjalanan terjadi setelah masuk daerah Trenggalek. Jalan mulai berkelok dan naik turun, khas jalanan pegunungan. Saya sempat terpesona melihat lampu-lampu kota dari kejauhan sampai tiba-tiba ada suara bluk-bluk-bluk dari bawah. Terasa getaran aneh dan suara yang nggak enak. Lalu kabut dan bau karet terbakar menerobos masuk ke dalam bus. Ternyata ban bus pecah.

Saat itu saya cuma bisa tertawa dalam keputusasaan. AC bocor, bus berjalan lambat, sekarang ban bus ikutan bocor. Ini rasanya bukan perjalanan Harapan Jaya, tapi harapan merana.

Lantas lampu kabin bus yang saya tumpangi menyala. Penumpang mulai menghela napas pasrah. Ada ibu-ibu mengeluh pelan. Sementara saya? Saya makan snack lagi.

Tak lama semua penumpang diminta turun dari bus. Saya merasa snack yang saya santap mungkin disediakan pihak bus Harapan Jaya bukan untuk kenyamanan, tetapi untuk menahan amarah penumpang jika terjadi hal-hal seperti ini.

Akhir perjalanan Semarang-Blitar

Saya akhirnya sampai Blitar saat matahari mulai naik waktu itu. Badan terasa pegal, rambut terasa lembap kena tetesan air AC. Tetapi entah kenapa hati saya terasa hangat. Saya nggak tahu ini sindrom Stockholm atau apa, tapi saya merasa perjalanan ini… memorable. Bukan bagus, bukan buruk, tetapi bercerita.

Kalau naik kereta, saya cuma duduk, sampai, selesai. Efisien. Tapi naik bus Harapan Jaya ini banyak babak dramanya. Kesal, tawa, geleng-geleng kepala, nostalgia, pasrah, bahagia karena dapat snack, kesal lagi, pasrah lagi.

Apakah bakal naik bus Harapan Jaya lagi?

Kalau bicara rasional jelas kereta api tetap transportasi juara untuk rute Semarang-Blitar. Tapi kalau bicara harga, bus Harapan Jaya jelas lebih murah. Selain itu saat bicara pengalaman pun bus ini menang telak. Bisa memberikan saya cerita dan kenangan yang bisa ditertawakan nanti.

Jadi, apakah saya akan naik Harapan Jaya lagi? Mungkin iya.

Penulis: Budi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Bus Harapan Jaya, Bus Paling Berani yang Tak Henti-hentinya Bikin Penumpang Jantungan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version