Kabupaten Trenggalek adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Tulungagung dan Ponorogo. Trenggalek memiliki luas wilayah yang cukup kecil jika dibandingkan daerah tetangga. Meski begitu, kabupaten ini kaya akan potensi dan pesona alamnya.
Menurut saya, Trenggalek begitu menarik untuk dibahas. Tetapi pada tulisan kali ini, saya akan menyoroti sisi negatif atau nggak enaknya tinggal di Kabupaten Trenggalek. Mari kita bahas bersama-sama.
Kabupaten Trenggalek terisolasi
Hal pertama yang bikin tinggal di Trenggalek nggak enak adalah lokasinya yang seolah terisolasi. Berbeda dengan Tulungagung yang masih punya pilihan moda transportasi umum lain, yakni kereta api, Trenggalek hanya bisa dituju naik kendaraan melalui jalan raya. Tak ada rel dan kereta api di sini. Ini disebabkan geografis Kabupaten Trenggalek yang nggak memungkinkan dibangun rel kereta api.
Perlu diketahui bahwa karakteristik geografis di Kabupaten Trenggalek ini bergelombang atau tidak rata. Jalan di sini adalah jalan pegunungan yang naik turun dan berkelok-kelok. Kalau misalnya dipaksakan dibangun perlintasan kereta api, bisa rawan tanah longsor. Itu akan sangat berisiko bagi keselamatan penumpang. Sementara kalau mau lewat laut pun susah banget. Makanya saya menyebut Kabupaten Trenggalek sebagai daerah yang terisolasi di antara dua kabupaten tetangga, Ponorogo dan Tulungagung.
Sengsara di jalan
Hal kedua nggak enaknya tinggal di Trenggalek adalah sengsara di jalan. Ini adalah dampak yang ditimbulkan akibat poin pertama tadi.
Letak Trenggalek yang kurang strategis dan terkesan terisolir ini berpengaruh terhadap mobilitas warga di sini. Semua orang menggunakan jalan trans provinsi untuk bepergian. Padahal kalau boleh dibilang jalan trans provinsi yang menghubungkan Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek masih perlu diperhatikan. Jalannya berlubang, bergelombang, dan aspal nggak rata tumbuh menjadi momok bagi para pengendara.
Hal tersebut diperparah dengan minimnya lampu penerangan jalan dan banyak tikungan tajam. Kalau malam, mending nggak usah bepergian karena bisa dipastikan jalanan gelap. Sementara kalau hujan turun jalan jadi sangat licin dan lubang nggak kelihatan karena tergenang air.
Pada momen tertentu, jalan trans provinsi ini macet panjang, apalagi daerah Durenan. Mencari jalan alternatif tentu bukan perkara mudah. Saat arus mudik seperti kemarin, jalan macet bikin tua di jalan. Makanya proyek jalan tol lebih masuk akal dieksekusi di Trenggalek daripada Tulungagung.
Dicap terpinggirkan dan ndeso
Hal terakhir nggak enaknya tinggal di Trenggalek adalah warga dicap terpinggirkan dan ndeso seolah nggak punya peradaban. Letak kabupaten ini yang seolah tersembunyi dan berada di negeri dongeng memunculkan stereotipe negatif bahwa kabupaten ini lebih layak disebut desa daripada kabupaten.
Hal ini juga semakin diperparah dengan ketiadaan pusat perbelanjaan atau gedung pencakar langit di sini. Kalau mau pergi ke mall, warga Trenggalek harus pergi ke Kediri atau Ponorogo dulu. Sebenarnya ada sih mall yang disebut Apollo Plaza, tapi warga sendiri lebih memilih berbelanja ke mall yang ada di Kediri dan Malang.
UMR kabupaten ini pun termasuk dalam kelas yang menengah ke bawah. Hal ini menambah penderitaan warga yang tinggal di Trenggalek. Oh ya, suasana yang sepi dan begini-begini saja ini membuat muda-mudi di kabupaten ini lebih memilih merantau ke luar kota. Entah untuk melanjutkan studi ataupun mencari pekerjaan.
Begitulah nggak enaknya tinggal di Trenggalek. Saya yakin, orang-orang yang terbiasa tinggal di kota dengan segala kemudahan dan kemewahan, bakal kesulitan beradaptasi tinggal di sini meski hanya beberapa hari. Ada yang tertarik ingin pindah ke sini?
Penulis: Marselinus Eligius Kurniawan Dua
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Hal yang Sering Disalahpahami dari Kabupaten Trenggalek.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.