Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Perspektif Hannah Arendt dalam Banalitas Kejahatan dan Pemberi Harapan Palsu

Zeth Warouw oleh Zeth Warouw
3 Mei 2019
A A
Perspektif Hannah Arendt dalam Banalitas Kejahatan dan Pemberi Harapan Palsu
Share on FacebookShare on Twitter

Para pelaku kejahatan tidaklah harus selalu orang yang jahat, berhati kejam, berwajah menyeramkan atau bertampang setan. Justru para pelaku kejahatan masa kini sering kali hadir dalam sosok lembut, rambut sebahu, bermata sendu, dan lesung pipit nan lucu. Dalam tulisan ini saya mencoba menggambarkan pandangan Hannah Arendt dengan para pemberi harapan palsu zaman sekarang.

Hannah Arendt adalah salah seorang filsuf politik kebanggaan Jerman yang menjadi korban otoritarian rezim fasis Hitler. Menurut Arendt Banalitas Kejahatan adalah situasi di mana kejahatan dirasa bukan lagi sebuah kejahatan melainkan adalah hal yang biasa-biasa saja, sesuatu yang wajar. Mungkin gambaran seperti ini dapat sedikit banyak menjelaskan kondisi dari para pemberi harapan palsu, mulai dari pendekatan, dibuat nyaman, penembakan, hingga fase penolakan.

Dengan dalih ingin fokus dalam bidang akademik hingga kehidupan pribadi para remaja putri dengan ringan melakukan penolakan terhadap para pria -pria yang sudah berupaya maksimal untuk memenangkan hatinya tanpa memikirkan aspek psikologis yang akan dihadapi si korban

Hannah Arendt menjelaskan sedikitnya ada dua faktor utama Penyebab Banalitas kejahatan dalam konteks nya. Faktor pertama adalah diskriminasi sistemik. maksud Arendt adalah diskriminasi yang telah mengakar dalam budaya masyarakat dan dianggap sebagai hal yang umum contohnya seorang pemuda dituntut memiliki tubuh yang atletis apabila ingin mendapatkan gadis pujaannya, atau seorang pemuda minimal harus naik motor ninja jika ingin menjemput gadis idamannya, atau dalam kondisi yang lebih ekstrem seorang pemuda dituntut memiliki wajah seperti adam lallana jika ingin berkencan dengannya, hal hal semacam inilah yang mendiskreditkan para pejuang cinta (jomblo) yang hanya bermodal hati yang tulus untuk menyenangkan hati gadis impiannya

Faktor kedua adalah kurangnya imajinasi. Andai wanita sekarang mau berimajinasi lebih lagi bahwa pacaran bukanlah sekedar foto selfie berdua, pakai display picture seragam, pamer kemesraan di media sosial mungkin saja mereka sudah dibahagiakan dengan sejuta puisi romantis para jomblo idealisidealis, dibuatkan lagu indah dengan lirik yang menyentuh hati , atau bahkan dapat diajarkan cara orasi menuntut nasionalisasi sumber daya alam guna pemulihan nilai tukar rupiah (bukan mendoakan mirip ustad kebanggaan masyarakat itu hehehe).

Mungkin apabila Hannah Arendt hidup di zaman kekinian dia akan sepakat dengan saya bahwa memberikan sebuah harapan kosong dan tanpa kepastian dalam sebuah hubungan merupakan salah satu tindakan banal yang dilakukan di luar kesadaran. Hannah Arendt juga pernah jadi mahasiswi kok dan memiliki kisah cinta yang legendaris dengan seorang filsuf juga namanya Heidegger. Konsep Banalitas Kejahatan diciptakan Arendt saat ia menyaksikan sidang di Pengadilan Internasional Yerusalem. Saat itu salah seorang petinggi SS Nazi bernama Eirmann disidangkan atas kejahatan genosida. Dalam pembelaannya di persidangan, ia mengungkapkan bahwa apa yang telah ia lakukan merupakan instruksi militer dari atasannya dan ia hanya melakukan tugasnya atas dasar sebuah kepatuhan.

Sering kali remaja putri jaman sekarang tanpa sebuah imajinasi yang lebih rasional melakukan penolakan penolakan terhadap korban dengan alasan-alasan tidak masuk akal dan didasari oleh diskriminasi sistemik memberikan vonis terhadap korbannya seperti maaf ya aku mau fokus kuliah penolakan ini menunjukan bahwa menjalin sebuah hubungan akan mempengaruhi bidang akademisnya atau dengan “kukira kita hanya berteman” padahal sudah jelas dari awal pendekatan si korban (jomblo) telah dengan jelas melakukan pendekatan dengan harapan lebih dari sekedar pertemanan.

maka dari itu sebagai mahasiswa tingkat akhir yang kebetulan mempelajari filsafat Hannah Arendt saya ingin memberi sebuah kritik langsung bagi para individu yang tidak menyadari telah melakukan banalitas kejahatan untuk merenungkan kembali, atau sekedar mempertimbangkan kembali bahwasannya kejujuran diawal adalah lebih baik ketimbangan memberikan vonis vonis yang menurut saya amat sangat tidak fair terhadap korban contoh dengan berkata “aku harap kamu tahu bahwa kedekatan kita tidak lebih dari pertemanan” atau jika ingin lebih halus dapat dengan menjaga jarak dengan si korban tidak perlu setiap malam mengucapkan good night atau udah makan belum atau bahkan yang benar benar meninggikan hati si korban kamu kemana aja si itu sama saja dengan mengharapkan kehadirannya di awal.

Baca Juga:

Apa pun Kejahatan di Surabaya, Orang Madura Selalu Dijadikan Kambing Hitam

Joki Skripsi Lebih Memahami Mahasiswa Adalah Sesat Pikir Paling Percaya Diri yang Tak Seharusnya Dimiliki Manusia Normal

Jadi cukup jelaskan untuk berbuat jahat itu tidak perlu melakukan hal-hal yang membuang buang tenaga, bahkan cukup dengan satu atau dua kalimat “baper” dapat merubuhkan semangat seseorang

Hidup rakyat !!!!

Media sosial: @rakyatertindas

Terakhir diperbarui pada 28 September 2021 oleh

Tags: Hannah ArendtKejahatan
Zeth Warouw

Zeth Warouw

ArtikelTerkait

Apakah Fesyen dan Kejahatan Selalu Bekerja Sama Seperti di Film-Film? terminal mojok.co

Apakah Fesyen dan Kejahatan Selalu Bekerja Sama seperti di Film-film?

18 Juli 2021
Dosen Pembimbing yang Nggak Becus Tak Bisa Jadi Pembenaran Jasa Joki Skripsi. Mahasiswa kok Mentalnya Pengecut? Aneh! joki tugas

Joki Skripsi Lebih Memahami Mahasiswa Adalah Sesat Pikir Paling Percaya Diri yang Tak Seharusnya Dimiliki Manusia Normal

24 Januari 2024
penimbun tabung oksigen mojok

Mencari Hukuman yang Paling Pas untuk Penimbun Tabung Oksigen

14 Juli 2021
Apakah CCTV Benar-benar Efektif Mencegah Tindak Kejahatan?

Apakah CCTV Benar-benar Efektif Mencegah Tindak Kejahatan?

2 November 2022
pemuka agama penyimpangan borok mojok

Borok Pemuka Agama Lain Tidak Perlu Dicari

2 Oktober 2020
Klitih di Lamongan: Fenomena Baru yang Jangan Sampai Dianggap Biasa Saja!

Klitih di Lamongan: Fenomena Baru yang Jangan Sampai Dianggap Biasa Saja!

16 November 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.