Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Perseteruan antara Mertua Ngapak dan Mantu Suroboyoan. Terminal Mulok #15

Rina Purwaningsih oleh Rina Purwaningsih
21 Maret 2021
A A
Perseteruan antara Mertua Ngapak dan Mantu Suroboyoan. Terminal Mulok #15 mojok.co/terminal

Perseteruan antara Mertua Ngapak dan Mantu Suroboyoan. Terminal Mulok #15 mojok.co/terminal

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai seorang perantau sejati saya selalu berusaha menyesuaikan lidah saya dengan bahasa di mana pun tempat saya tinggal. Bukan buat gaya-gayaan tapi bagi saya menguasai bahasa setempat akan lebih memudahkan urusan di kota tempat saya tinggal. Misal saat dulu selama sepuluh tahun saya merantau dan tinggal di Jakarta, saya cukup menguasai bahasa Betawi. Sedangkan sekarang saya tinggal dan menetap di Surabaya, lidah saya sudah otomatis menyesuaikan diri dengan dialek Suroboyoan, yang sangat jauh berbeda dengan bahasa ibu saya yaitu ngapak Banyumasan.

Orang tua saya berasal dari Jawa Tengah bagian barat, bapak dari Kebumen sedangkan ibu dari Purwokerto sehingga tak pelak bahasa asli saya adalah ngapak. Bahasa ngapak sangat mudah dikenali dengan dialek yang biasanya ditandai dengan akhiran bunyi “a” seperti kata tanya “iya” dibaca sesuai bunyi hurufnya. Cara mengungkapkan sesuatu terdengar lucu, disertai tekanan dan intonasi yang cepat dan cenderung naik seperti sedang emosi padahal sebenarnya tidak. Tidak heran itulah mengapa bahasa ngapak sering dijadikan sebagai bahan lawakan seperti yang dilakukan oleh pelawak Parto Patrio dan Cici Tegal.

“Dianggap lucu” ini juga menimpa saya. Sebab, ketika saya mencoba berkomunikasi dengan suami yang asli Surabaya menggunakan dialek ngapak, bukannya menjawab, suami saya justru tertawa terpingkal-pingkal. Saya seperti sedang melakukan pertunjukan standup comedy dan tujuan berkomunikasi tidak tercapai. Yawes lah akhirnya saya “mengalah” dalam berkomunikasi, menyesuaikan dengan lidah suami.

Lain halnya dengan ibu saya yang memilih untuk tinggal bersama saya di Surabaya. Jika orang Surabaya mengira saya adalah warga asli Surabaya karena dianggap lekoh Suroboyoan, itu tidak terjadi dengan ibu saya. Pertama, ibu tetap “setia” dengan ngapaknya, walaupun sudah delapan tahun tinggal di Surabaya. Yang kedua, ibu masih sering salah terima dengan perbedaan arti kosakata homonim (kata yang sama lafal dan ejaannya, tetapi memiliki arti atau nilai yang berbeda) di antara ngapak dan Suroboyoan. Beberapa kosakata berikut sering memicu “perseteruan antara mantu dan mertua”.

#1 Sampeyan

Kata ganti “sampeyan” dalam dialek Suroboyoan dianggap cukup sopan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Tapi, saat suami menyebut ibu dengan panggilan sampeyan, dahi beliau berkerut menampakkan kejanggalan dengan panggilan itu. Walaupun sehari-hari ibu memakai bahasa ngoko ngapak, tapi beliau terbiasa menggunakan bahasa kromo kepada orang yang lebih tua atau dihormati. “Bukan sampeyan, tapi panjenengan,” kata ibu menasihati. Untuk menengahi, saya dan suami sepakat menggantinya dengan kata “sampeyan” dengan sebutan “ibu”. Biar aman. Daripada rebutan sebutan mana yang lebih sopan sampeyan atau panjenengan.

Tepok jidat deh.

#2 Mari

“Mari” memiliki arti sembuh dari suatu penyakit menurut ngapak. Sedangkan dalam Suroboyoan “mari” berarti sudah selesai melakukan sesuatu. Pernah suatu hari suami tanya ke saya, ”Awakmu wes mari, Mah?” (Apa kamu sudah selesai) yang merujuk pada pekerjaan saya di kantor saya kala itu. Ibu yang kebetulan lewat tiba-tiba menimpali, ”Kowe mriang apa Rin?” (Kamu sakit ya, Rin?).

Nggak nyambung blas!

Baca Juga:

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

Logat Tegal Bukan Produk Hiburan, Jadi Tolong Jangan Olok-Olok Kami ketika Lagi Ngobrolin Hal-Hal Serius!

#3 Waras

Sedangkan kata yang memiliki arti sehat atau sembuh dari suatu penyakit menurut Suroboyoan adalah kata “waras”. Namun, sebaliknya, ternyata kata “waras” ini punya arti yang lain lagi dalam ngapak yaitu kemampuan berpikir normal alias tidak gila. Pernah suatu kali ibu saya nyeletuk, ”Si X pancen ora waras.” (Si X memang gila), suami tanya ke saya, ”Si X iki loro opo Mah?” (Si X ini sakit apa?).

Hadeeeh.

#4 Luwe

Luwe artinya lapar. Saat suami bilang, “Aku luwe”, adalah sinyal untuk saya harus segera menata meja makan. Tanpa dia sadari, ibu yang ikut membantu di dapur bisik-bisik, ”Luwe kan kewan sikile akeh, ya medeni nek dipangan.” (Luwe kan binatang yang kakinya banyak, kan serem kalo dimakan). Dalam kamus ibu, luwe berarti hewan kaki seribu yang hiyyy itu!

Wqwqwq.

#5 Iwak

Nah! Kata ini lah yang menurut saya menjadi puncak “perseteruan mertua ngapak versus mantu Suroboyoan”. Kenapa puncak? Sebab, kali ini saya memilih berada di kubu ibu saya. Saya sepaham dengan ibu terhadap penggunaan kata “iwak”.

“Iwak” dalam bahasa Indonesia berarti ikan. Yaitu sejenis makhluk yang hidup di dalam air dengan cara berenang menggunakan sirip. Tapi, menurut Suroboyoan, kata ini merujuk pada kata lauk pauk, pelengkap makan nasi. Tak hanya berupa ikan, tempe, tahu, telur, bahkan kerupuk termasuk kategori iwak.

“Saiki iwak e opo?” tanya suami (Sekarang lauknya apa?)

“Gak onok iwak, onone mendoan,” jawab saya iseng. (Nggak ada “ikan” adanya tempe mendoan.)

“Halah, Mah, mendoan lak iwak seh,” sambung suami lagi. (Halah, Mah, mendoan kan termasuk lauk juga.)

Di lain waktu saat suami tidak ada di rumah, ternyata ibu saya yang mendengar percakapan itu ngrasani suami, “Kit kapan sing jenenge tempe (mendoan) isa nglangi!” (Sejak kapan tempe mendoan bisa berenang!)

Auto ngakak saya.

Dan masih banyak kata-kata lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu karena saking banyaknya. “Perseteruan antara mertua dan mantu” versi saya ini memang nggak seseram kisah ratu Elizabeth II kepada Meghan Markle kok. Kami bertiga sama-sama sadar memang tidak semua orang mudah untuk menyesuaikan diri dengan bahasa lain yang bukan bahasa ibu. Kelucuan-kelucuan yang menghibur itu timbul, justru karena adanya perbedaan ragam bahasa di antara kita.

BACA JUGA Makna Kata ‘Sa’, ‘Su’, ‘Pi’, dan ‘Pu’ dalam Dialeg Orang Flores. Terminal Mulok #01 dan tulisan Rina Purwaningsih lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 Maret 2021 oleh

Tags: mertuangapakTerminal Mulok
Rina Purwaningsih

Rina Purwaningsih

Perempuan beneran yang B aja.

ArtikelTerkait

3 Rekomendasi Kuliner di Kereta Joglosemarkerto yang Cocok untuk Menemani Perjalanan

Joglosemarkerto, Kereta Loop yang Bikin Jogja Lebih Mudah Dijangkau Anak Pantura

14 Maret 2023
Purbalingga, Kota Indah Tanpa Mall Gara-gara Bersebelahan dengan Purwokerto kabupaten purbalingga

Dilema Jadi Warga Purbalingga: Ditinggal Merantau kok Nggak Rela, tapi kalau Bertahan Nggak Bikin Kaya

23 Februari 2024
Kosakata Ngapak Banjarnegara Tentang Kesehatan yang Kerap Saya Temui Ketika Dinas di UGD. Terminal Mulok #13 terminal mojok

Kosakata Ngapak Banjarnegara Tentang Kesehatan yang Kerap Saya Temui Ketika Dinas di UGD. Terminal Mulok #13

20 Maret 2021
orang ngapak

Orang Ngapak: Ketika Sebuah Logat Menyimpan Kenangan

27 Agustus 2019
Makan di Warteg Harusnya Menduduki Puncak Klasemen Rekomendasi Kuliner terminal mojok.co

Warteg: Romantisme dalam Sepiring Nasi dan Keakraban dengan Mbak Penjualnya

14 September 2019
ngapak

Gugatan Orang Ngapak yang Didiskriminasi Saat Bulan Puasa

1 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.