Permintaan Pertemanan: Apa Harus Semua Dimasukkan?

permintaan pertemanan

permintaan pertemanan

Kadangkala, kita bisa menjadi GR pada diri sendiri pada sesuatu yang terlihat besar, padahal sangat kecil. Sesuatu yang kita anggap itu WOW, nyatanya biasa saja. Toh, orang lain juga bisa lebih WOW dan menganggap WOW kita dengan ungkapan “WOH…” saja alias cuma “Ohh”. Contohnya apa? Bisa kita lihat pada perkara permintaan pertemanan di Facebook.

Saya juga pernah begitu. Melihat daftar permintaan pertemanan di akun saya, sudah merasa sangat banyak. Padahal cuma 59 orang. Dan, rasa GR itu diungkapkan pula ke status dengan settingan publik. Masih di media yang sama. Orang lain harus melihat status ini saya. Ini lho, ada cukup banyak yang ingin tahu status, profil, komentar saya, artikel yang pernah dishare dan lain sebagainya.

Rasa GR itu makin menjadi-jadi karena saya tidak langsung approve. Tidak langsung menerima permintaan pertemanan mereka. Eits, nanti dulu! Tidak gampang dong berteman dengan saya di Facebook. Saya pikir-pikir dulu, siapa yang bisa masuk ke rumah saya? Padahal saya juga cuma menumpang rumah. Yang punya kan Om Mark.

 

Orang Lain Lebih Jumlah Permintaannya 

Saat saya cerita ke teman kantor tentang jumlah permintaan pertemanan itu, seorang staf mengatakan bahwa sudah 90-an orang yang ingin berteman dengannya. What? Kok lebih banyak? Sedangkan staf lain bercerita malah 100 lebih! Yang 90-an itu laki-laki, yang 100 lebih itu perempuan. Masih gadis dan cewek pula. Astaga, ternyata GR saya toh tidak ada bandingan apa-apa kalau begitu!

Saya sendiri termasuk pilih-pilih dalam menerima permintaan pertemanan karena hampir 5.000 orang. Makanya, ketika ada yang add, saya tidak serta merta approve. Siapa lu kok tiba-tiba minta kenalan? Saya juga harus mulai filter friendlist, karena sebagian besar tidak saya kenal. Halah, dari 5.000 teman, berapa saja sih yang berinteraksi dengan kita?

Selain karena hampir 5.000, alasan tidak langsung approve adalah malas! Ya, malas. Orangnya tidak kita tahu siapa, dari mana, pekerjaan apa, jumlah istrinya berapa dan lain sebagainya. Kita jadi merasa asing. Jangan sampai ke depannya malah aneh-aneh masuk di akun kita! Jangan sampai cuma mau sebar hoax, mengajak berdebat, terutama agama Islam, termasuk dalam hal ini promosi produk.

Kalau yang perempuan dengan 100-an add itu karena katanya kebanyakan adalah pemilik olshop. Pasti mau promosi produknya. Biarpun banyak uang, ketika ada promosi, juga saya pikir, tidak sembarangan beli sana, beli sini kok! Apalagi kita harus kaidah orang Indonesia: Tidak suka dijuali, tapi suka membeli. Makanya, penjual olshop perlu mengerti kaidah ini ya…

 

Ingin Lebih Nyaman

Ada lagi teman saya yang add dia sudah mencapai 300-an lebih. Ini yang paling besar menurutku, untuk saat ini, menurut yang saya tahu. Waktu dia kasih bukti screenshootnya, rupanya ada akun yang dicoret namanya. Permintaan pertemanan, kok dicoret namanya? Wah, bikin penasaran ini! Langsung saja saya tanya, jawabannya: Orangnya menjengkelkan! Dan lebih kaget lagi, orang itu adalah termasuk keluarganya! Hmm…

Dunia medsos memang harus kembali ke khittahnya sebagai media sosial. Media untuk kita berinteraksi, berkomunikasi, berpendapat dan mengejawantahkan kita sebagai makhluk sosial dari dunia nyata ke dalam dunia maya. Namun, apa yang kita lihat hari ini? Ah, Anda pasti tahulah yang sebenarnya. Bahkan banyak yang lebih tahu daripada saya.

Makanya, mungkin cukup banyak orang, di akunnya ada beberapa permintaan pertemanan. Namun, tidak diklik balik sesuai harapan si peminta pertemanan. Bahkan, saya yakin, ada di antara Anda yang malah menghapusnya. Karena melihat orangnya sudah tidak menarik. Penjual olshop dan lain sebagainya.

Tidak bisa dipungkiri, bahkan juga tidak bisa dipungkanan, bahwa akun kita adalah milik kita, semilik-miliknya. Meskipun sebenarnya kita menumpang di rumah Om Mark, tetapi kitalah pengelola akun itu. Jadi, marilah kita bikin akun kita dengan segala tetek bengeknya agar lebih nyaman untuk dijalankan. Ada status teman yang tidak disukai, sembunyikan saja. Atau kalau makin parah, ya, tinggal unfriend selesai. Gampang kok!

Ada seorang perempuan yang mengeluh kenapa kok sering ada yang posting tentang poligami di Facebook. Dia merasa terganggu. Merasa tidak nyaman, karena dia sendiri tidak menyukai syariat Islam itu. Padahal, solusi gampangnya adalah unfriend saja, Mbak! Otomatis kalau dia sudah tidak ada daftar teman kita, maka statusnya juga tidak akan muncul. Percaya deh! Jangan terbawa perasaan saat main Facebook.

Diajak orang untuk berdebat, apalagi menyangkut politik, seperti yang terjadi waktu Pilpres? Kalau kita bisa layani, maka dijawab saja dengan baik dan bijak. Tidak bisa? Dia tetap ngotot? Buang saja ke tempat sampah pertemanan! Jadikan dia mantan. Walaupun mantan itu sering identik dengan mantan pacar, tapi mantan teman di Facebook, itu juga oke.

Pilah Untuk Memilih

Sebelum menerima permintaan pertemanan, baiknya kita memang menelusuri siapa orang itu? Tapi itu bisa dilakukan kalau cuma sedikit orang. Kalau sudah banyak, ya, terserah masing-masing pemilik akun. Apa mau dikepoin si calon teman baru? Ah, kok sepertinya buang-buang waktu saja ya? Kecuali memang akun dari teman kita di dunia nyata, bolehlah langsung kita penuhi permintaannya.

Sampai di sini, jangan merasa GR kalau ada yang ingin berteman dengan kita. Bukan berarti kita ini macam artis yang orang ingin menjadi bagian dari kehidupan kita. Toh, bis jadi mereka cuma ingin promosi jualannya, mengajak diskusi yang bikin emosi, atau malah cari pacar baru. Hiii~

 

Exit mobile version