Memahami Arti Menghargai Dimulai dari Membalas Komentar Media Sosial – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Media Sosial

Memahami Arti Menghargai Dimulai dari Membalas Komentar Media Sosial

M. Farid Hermawan oleh M. Farid Hermawan
20 Juli 2019
0
A A
komentar

komentar

Share on FacebookShare on Twitter

Kehidupan yang sangat dinamis ini ternyata telah menghadirkan seribu satu permasalahan yang ajaib. Mulai dari permasalahan yang bisa dibilang rumit, hingga permasalahan-permasalahan yang bisa diselesaikan sambil diam dengan sikap lilin. Kehidupan sangat kaya akan permasalahan.

Dan permasalahan-permasalahan yang ditelurkan oleh kehidupan yang dinamis ini nyatanya tidak melulu hadir di dunia kasat mata kita. Tidak selalu hadir di realitas kita. Bahkan masalah yang timbul seringkali lahir dari dunia hampa bernama media sosial. Dunia yang penuh akan kesalahpahaman. Dunia yang diciptakan untuk membuat kita lari dari realitas. Media sosial berperan menciptakan masalah baru selain bejibunnya masalah di dunia kita yang sebenarnya.

Saya sebagai pengguna media sosial yang cukup loyal telah belajar banyak dari sebuah permasalahan yang terjadi di dunia media sosial. Masalah yang saya alami ini sebenarnya sangatlah sepele. Bisa dibilang sangat tidak penting. Itu dulu. Dan sekarang saya telah belajar  bahwa hal yang dulu saya anggap tidak penting nyatanya telah membuat saya melupakan hal-hal kecil dalam hidup saya.

Masalah ini bermula ketika ada satu teman saya. Dia seorang wanita. Suatu ketika saya dengan dia sedang kumpul-kumpul  dengan teman-teman yang lain. Asyik saya ngobrol, tiba-tiba dia menegur saya dan entah itu sebuah efekan atau guyonan, saya juga tidak begitu paham. Dia berkata, “Rid sok ngartis ya, komenanku di Instagram cuma dibaca aja gak diapa-apain, sombong kamu.” Deg, jantung saya berdegup. Di tengah teman-teman yang lain dia berkata seperti itu ke saya. Momen tersebut cukup awkward karena dia mengatakannya dengan cukup lantang. Saya pun saat itu tidak terlalu paham, apa maksud dia menyampaikan hal tersebut kepada saya.  Hingga akhirnya kumpul-kumpul tersebut selesai. Saya kembali ke rumah.


Mengingat kata-kata teman saya tersebut, saya sempat bingung. Ada salah apa saya dengannya. Seingat saya selama ini saya tidak pernah memiliki musuh.  Hingga saya ingat, komenan. Jangan-jangan ini hanya soal komenan media sosial. Langsung saya berinisiatif membuka Instagram dan langsung membuka kolom komentar yang isinya dia. Benar, ternyata ini masalahnya. Dia baper hanya komennya saja yang tidak saya balas. Dan saya langsung berujar, “Cuma masalah gini aja sat!.” Begitu tidak pentingnya masalah tersebut bagi saya saat itu.

Namun seiring berjalannya waktu, sambil terus mengingat perkataan teman saya tersebut. Saya akhirnya sadar bahwa komentar yang tidak dibalas itu kadang bisa bikin baper. Bisa bikin orang berspekulasi terhadap diri kita. Dan tentunya bisa bikin orang lain dendam kesumat kepada kita. Walaupun pertemanan saya dengan wanita yang mengefek saya tersebut masih baik-baik saja. Tapi perkataannya terlalu membekas di pikiran saya hingga saat ini.

Dari pengalaman tersebut saya belajar bahwa hanya dengan komentar tak dibalas, dunia media sosial bisa menimbulkan masalah yang serius terhadap perasaan. Tentu saja saya tidak menyangkal bahwa itu sangat tidak penting. Tapi saya tahu ternyata hal tersebut tidak mengenakkan. Baru-baru ini saya merasakannya. Dan rasanya bangke memang. Saya berkomentar di kolom komentar IG teman saya dan ternyata hanya komentar saya yang tidak dibalas. Vangke juga rasanya, seperti ingin auto blokir saat itu juga.

Ternyata komentar yang tak dibalas itu tidak enak. Apalagi jika komentar itu kita berikan ke sahabat atau teman dekat. Jika tidak dibalas, rasanya gimana gitu.

Saat ini saya sudah paham dan sadar, bahwa dari permasalahan komentar tak berbalas itu berkaitan dengan belajar menghargai lewat hal-hal sederhana. Dengan membalas komentar orang lain yang rela meluangkan waktunya untuk mengomentari foto kita, tulisan kita hingga apapun yang kita posting di media sosial. Hal tersebut sudah sangat berharga bagi mereka yang memberikan komentar di kolom media sosialmu.

Tidak terkeculai DM Instagram atau komentar Instastory. Karaktermu sebagai manusia bisa dinilai dari bagaimana kamu menghargai orang yang berkomentar di akun media sosialmu. Lain cerita jika komentar itu komentar negatif. Jika hanya komentar bercanda atau memberikan semangat. Jangan sombong untuk pura-pura tidak melihat dan tidak mengecek media sosial. Balaslah. Bisa dengan kalimat-kalimat lucu. Atau jika kamu sedang malas, cukup dengan stiker pun mereka yang berkomentar di akun media sosialmu sudah merasa senang. Sesederhana itulah kadang para masyarakat dunia maya merasa dirinya dihargai.

“Aku tidak peduli sih, soal gituan. Kan ini media sosialku dan aku bebas mau ngapain aja”, “gak ada waktu balasin komentar satu-satu”, “buang-buang waktu aja, mending cari hal yang lebih bermanfaat.”

Kalimat-kalimat di atas adalah beberapa contoh pembelaan bagi mereka yang menganggap membalas komentar itu tidak lebih penting dari membicarakan siapa menteri di kabinet pemerintahan yang baru ini.

Saya tau media sosial itu adalah hak pribadi, saya tau bahwa kalian ada yang sibuk dan saya tau hal tersebut mungkin buang-buang waktu. Tapi kadang dunia maya ini juga hampir mirip dengan dunia nyata dan bahka lebih kejam. Jika kalian merasa tidak peduli dengan hal seperti itu, masih banyak jutaan orang yang hatinya tidak kamu tahu. Ada mereka yang baper, marah atau patah hati hanya komentar mereka tidak dibalas. Jadi setidaknya cobalah lebih peka dengan hal-hal yang tidak penting .

Tidak ada waktu untuk membalas komentar satu-satu menjadi alasan yang sah jika kolom komentar kamu diisi ribuan komen atau ratusan komentar. Jika kolom komentar kamu hanya diisi satu, lima atau yang paling banyak sepuluh orang yang berkomentar. Alasan tidak ada waktu untuk membalas itu hanya alibi sampah.

Membuang-buang waktu dan lebih baik mencari hal yang lebih bermanfaat. Benar, membalas komentar itu hanya membuang waktu. Dan orang-orang yang berkomentar di media soialmu adalah orang-orang yang telah meluangkan 20 detik hingga beberapa menit untuk menuliskannya di kolom komentar medsos kalian. Sikap kita akan diuji apakah kita orang yang akan dispekulasikan sombong atau lebih baik menghargai hal-hal sederhana dengan membalasnya? Itu sebuah pilihan.

Semakin majunya zaman pada akhirnya membuat manusia semakin kreatif dalam berpikir dan tentunya berspekulasi terhadap masalah. Ketidakpentingan yang bagi banyak orang hanya sebuah masalah sampah, nyatanya bisa menjadi bom waktu yang jika disimpan terus-menerus akan meledak secara diam-diam atau secara brutal. Membalas komentar di media sosial adalah sebuah masalah tidak penting yang nyatanya penting untuk disadari. Bahwa kita saat Ini adalah individu yang gampang baper dengan hal-hal tidak penting. Individu yang senang mencari sebuah masalah yang bisa diselesaikan dengan tidur. Dan seperti kata Mbak Kalis Mardiasih yang disadur dari Remy Sylado dengan beberapa modifikasi dari saya, kita memang terlalu sering merepotkan diri  sendiri untuk masalah-masalah yang seharusnya dapat diselesaikan sambil ngopi dan ketawa-ketawa.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: Haterskomentar media sosial
M. Farid Hermawan

M. Farid Hermawan

Manusia

Artikel Lainnya

Benci Hal Populer Nggak Berarti Pengin Sok Edgy dan Elitis

Benci Hal Populer Nggak Berarti Pengin Sok Edgy dan Elitis

1 April 2020
tokoh figuran Strategi Bisnis ala Plankton. Bahkan Chum Bucket pun Bisa Mengalahkan Krusty Krab terminal mojok.co

Para Haters ‘Plankton yang Jahat’ Harus Tahu Fakta-Fakta Ini!

21 Oktober 2019
sulli

Miliki Banyak Haters, Netizen Adalah Pelaku Pembunuhan Sulli yang Sebenarnya

16 Oktober 2019
ria ricis

Dear Ria Ricis: Jika Mau Pergi, Pergi Saja. Tak Usah Pamit Apalagi Balik Lagi, Please!

31 Juli 2019
haters luqman

Kisah Luqman dan Fenomena Haters di Indonesia

17 Juni 2019
Pos Selanjutnya
pelakor

Sudah Saatnya Berhenti Menggunakan Istilah Pelakor dan Pebinor

Terpopuler Sepekan

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan Terminal Mojok.co

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan

18 Mei 2022
4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja Terminal Mojok.co

4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja

19 Mei 2022
10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan Terminal Mojok

10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan

2 Januari 2022
Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini Terminal Mojok.co

Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini

16 Mei 2022
Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa Terminal Mojok

Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa

17 Mei 2022
Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik Terminal Mojok

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik

15 Mei 2022
Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara Starbucks Membuat Orang Tertarik Beli meski Tahu Harganya Mahal

13 Mei 2022

Dari MOJOK

  • Sultan Lantik Pj Walikota Jogja dan Pj Bupati Kulon Progo
    by Yvesta Ayu on 22 Mei 2022
  • 46 Tahun PSS Sleman: Masuk Dunia Metaverse tapi Manajemen Masih Lelet 
    by Gusti Aditya on 22 Mei 2022
  • Mie Ayam Om Karman, Filosofi Meja Terisi, dan Semangat Perantau Wonogiri
    by Hammam Izzuddin on 22 Mei 2022
  • Jelang Pilpres 2024, Jokowi Minta Projo Jangan Kesusu Munculkan Nama
    by Yvesta Ayu on 21 Mei 2022
  • Rumah Hantu Malioboro dan Alasan Orang-orang Suka Sesuatu yang Horor 
    by Brigitta Adelia Dewandari on 21 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GwazDvZPZ_Q&t=619s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In