Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Sapa Mantan

Perjanjian Giyanti, Penyebab Orang Jogja Susah Menikahi Orang Solo

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
10 November 2022
A A
Perjanjian Giyanti, Penyebab Orang Jogja Susah Menikahi Orang Solo

Perjanjian Giyanti, Penyebab Orang Jogja Susah Menikahi Orang Solo (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Orang Jogja dan Solo susah menikah gara-gara Perjanjian Giyanti. SUMPAH RA MASHOK!

Relasi antara masyarakat Jogja dan Solo memang kompleks. Dua kerajaan pecahan Mataram ini masih menghantui opini masyarakatnya. Solo dipandang sebagai kacung Belanda, dan Jogja dipandang sebagai pemberontak. Gesekan yang sebenarnya biasa aja ini malah dilanggengkan oleh masyarakat umum. Padahal mereka adalah kelompok yang paling tidak terdampak perpecahan dua kerajaan ini.

Korban Gesekan

Saya pernah bertemu orang yang jadi korban gesekan ini. Sebut saja namanya Budi. Pria yang akrab dengan urusan klenik ini menjadi korban asmara karena politik kerajaan. Oleh karena sang gadis adalah keturunan Kasunanan Solo, eyang Mas Budi tidak berkenan. Kebetulan keluarga Mas Budi ini asli Jogja, meskipun bukan trah. Cinta mereka harus kandas karena penolakan ini.

Memang Mas Budi hari ini sudah menikah. Namun patah hatinya waktu itu masih saja membekas. Mas Budi tidak menerima alasan penolakan hanya karena sang gadis keturunan Kasunanan Solo. “Padahal kita berangkat dari satu akar yang sama. Sama-sama penerus Mataram. Lha kok urusan cinta masih saja dikisruh,” ujar Mas Budi saat saya temui.

Saya berpendapat semua akibat Perjanjian Giyanti. Perjanjian yang disebut memecah Kerajaan Mataram ini menjadi sumber masalah di kemudian hari. Sentimen tentang perpecahan Jogja–Solo masih dipelihara oleh masyarakatnya. Mas Budi sepakat dengan akar masalah itu. Bahkan sampai hari ini, Perjanjian Giyanti masih disinggung ketika ada polemik Jogja-Solo. Akhirnya ada batasan ketika orang Jogja berinteraksi dengan orang Solo.

“Sebenarnya yang bermasalah kan para ndoro, tapi malah masyarakat yang antusias untuk bermusuhan,” ujar Mas Budi. Terbukti sebelum ada semangat #SepakatDamai, gesekan antarsuporter Jogja dan Solo sering terjadi. Dan sekali lagi, Perjanjian Giyanti diungkit-ungkit sebagai akar masalah perpecahan ini.

Point-point yang Menjadi Gambaran Perjanjian

Penolakan eyang Mas Budi ini juga kental dengan urusan Perjanjian Giyanti. Meski waktu itu tidak eksplisit, Mas Budi melihat kecenderungan ini. Eyang blio menyebut nikah dengan orang Solo nanti tidak akan tenteram dan harmonis. Banyak gesekan karena budayanya juga beda. Bahkan sempat menyinggung orang Solo yang mata duitan. Urusan darah juga dianggap akan membuahkan kesusahan bagi anak Mas Budi kelak.

“Gesekan macam apa yang bisa terjadi? Lha wong kultur budayanya hampir sama. Tapi kabeh kuwi gara-gara dibilang pecah. Sing pecah rajane, kok sing loro ati aku,” ujar Mas Budi penuh rasa gemas. Baginya, larangan ini sama ndlogoknya dengan larangan menikah Sunda-Jawa. Sama-sama diawali dari perpecahan dua kerajaan.

Baca Juga:

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Bumbu tidak tenteram dan mata duitan tadi juga tidak lebih dari dongeng. Menurut Mas Budi, dua poin tadi adalah gambaran Perjanjian Giyanti di mata masyarakat. Perpecahan dua kerajaan adalah simbol hidup yang tidak harmonis. Sedangkan urusan mata duitan tidak lebih dari sentimen negatif ke Kraton Solo. Karena mau bekerja sama dengan Belanda, Kraton Solo dipandang sebagai mata duitan.

“Padahal yang mau kunikahi kuwi bukan orang yang menandatangani Perjanjian Giyanti. Gadis itu saja nggak pernah minta jajan atau skincare,” ujar Mas Budi.

Bagi Mas Budi, segala larangan ini tidak masuk akal. Bahkan dari kacamata metafisika. Dengan akar budaya yang sama, tidak ada masalah berarti ketika orang Jogja dan Solo menikah. Perhitungan weton masih dianggap masuk akal daripada bicara Perjanjian Giyanti. Sekali lagi, dalam kacamata metafisika.

Perang yang Hanya Ada di Cerita

Saya pernah merasakan sendiri sentimen tentang Jogja-Solo ini. Bahkan ditanamkan dalam benak saya sejak kecil. Dulu sih saya percaya saja. Apalagi balutan heroisme Kraton Jogja yang membangkang dari “penindasan” kolaborator Belanda-Solo. Sebagai orang Jogja, saya diajarkan untuk memandang orang Solo dengan sebelah mata. Apalagi semenjak perceraian orang tua kandung saya. Kebetulan ibu saya trah Jogja, dan ayah saya orang Solo.

Tapi, Perjanjian Giyanti sampai memecah belah masyarakat itu ra mashok. Masyarakat Jogja dan Solo tidak pernah terdampak langsung oleh perpecahan ini. Perang antarkerajaan ini saja hanya Perang Kendang yang merupakan tipuan. Kehidupan masyarakat tetap berjalan sama saja. Bahkan pasca-perpecahan ini, kedua kerajaan keturunan Mataram ini juga tidak bersitegang. Tidak ada perang ataupun konflik antar keduanya.

Tapi, masyarakat selalu terlibat dalam perang proksi. Perang yang sebenarnya tidak lebih dari dongeng konflik yang menjaga legitimasi kedua belah pihak. Ide yang akhirnya dipelihara sebagai identitas sosial masyarakat. Padahal, semua itu hanyalah apus-apus alias tipuan omong kosong!

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Solo di Mata Orang Jogja: Solo Dipandang Rendah, tapi Lebih Menjanjikan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 November 2025 oleh

Tags: asmaraJogjaperjanjian giyantirestusoloTerminal Jogja
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Jalan Parangtritis Jogja Memang Lurus dan Halus, tapi Justru Berpotensi Bikin Pengendara Terlena, Ngebut, Benjut!

Jalan Parangtritis Jogja Memang Lurus dan Halus, tapi Justru Berpotensi Bikin Pengendara Terlena, Ngebut, Benjut!

4 Februari 2024
Nggak Semua Jalan di Jogja Bisa Diromantisasi, 4 Jalan Ini Sebaiknya Dihindari karena Menguji Nyali dan Kesabaran Pengendara

Nggak Semua Jalan di Jogja Bisa Diromantisasi, 4 Jalan Ini Sebaiknya Dihindari karena Menguji Nyali dan Kesabaran Pengendara

6 Mei 2024
Embung Tambakboyo Sleman, Tempat Melepas Penat yang Kurang Terawat

Embung Tambakboyo Jogja Memang Nggak Cocok buat Jogging, Cocoknya buat Mancing!

6 Maret 2025
7 Luka Kota Jogja Warisan Haryadi Suyuti, Eks Wali Kota Pesakitan KPK

7 Luka Kota Jogja Warisan Haryadi Suyuti, Eks Wali Kota Pesakitan KPK

8 Oktober 2024
Jalan Solo-Jogja, Jalan Paling Monoton dan Bikin Ngantuk

Jalan Solo-Jogja, Jalan Paling Monoton dan Bikin Ngantuk

20 September 2024
Warga Jogja Sok Tahu? Pekerja Surabaya yang Lebih Sok Tahu! (Pexels)

Kekesalan Orang Jogja kepada Pekerja Surabaya yang Sok Tahu dan Memandang Keramahan Khas Jogja sebagai Kecurigaan

27 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.