Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Pergi ke Dieng Saat Weekend Adalah Ide yang Buruk, Niat Healing Berakhir Sinting

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
10 Juli 2024
A A
Pergi ke Dieng Saat Weekend Adalah Ide yang Buruk, Niat Healing Berakhir Sinting wonosobo

Pergi ke Dieng Saat Weekend Adalah Ide yang Buruk, Niat Healing Berakhir Sinting (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Dieng Plateau adalah sebuah destinasi wisata yang terletak di antara Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Wisatawan dari daerah utara otomatis akan melalui Wonosobo, sementara dari bagian Selatan akan melewati Banjarnegara. Dieng memang menawarkan destinasi yang beragam, ada situs budaya yang sarat dengan nilai sejarah dan cagar alam yang sangat indah di sini.

Terlebih lokasinya yang berada di dataran tinggi menjadi daya tarik tersendiri. Perjalanan menuju ke lokasinya saja sudah sangat memanjakan mata. Sejuk, hijau, dan tenang. Melewati tiap lembah dan perbukitan yang begitu menawan, mata setiap wisatawan pasti terhipnotis. Rasanya ingin hidup dan menua di tempat ini. Setidaknya itu yang saya rasakan ketika mengunjunginya tahun lalu.

Akan tetapi bayangan itu hilang dalam sekejap menjadi ekspektasi semu yang bersemayam di pikiran saya. Pasalnya ketika kembali ke sana beberapa waktu lalu. Dieng, sebuah destinasi yang disebut seperti di Swiss itu, berubah menjadi lokasi wisata yang tidak karuan. Ramai dengan pengunjung yang norak dan suka buang sampah sembarangan.

Saya kemudian sadar. Ah, saya mengunjunginya di kala weekend. Waktu yang dimanfaatkan banyak orang, setidaknya dari seluruh penjuru Jawa, untuk menikmati akhir pekan di dataran tinggi seperti Dieng. Sementara tahun lalu, alasan saya bisa menikmati suasana syahdu di Dieng karena kunjungan saya yang kala itu saat weekday, hari yang banyak orang masih sibuk bekerja.

Banyak mobil terjebak kemacetan di Dieng

Suasana tidak mengenakkan sudah mulai saya rasakan ketika dalam perjalanan sebelum tiba di Dieng itu sendiri. Tepatnya di jalur pintas area Candiroto Temanggung-Wonosobo. Jalur ini memang terkenal cukup ekstrem karena terdapat beberapa tanjakan tinggi. Banyak mobil terjebak dan tidak kuat menanjak sehingga berakibat pada kemacetan. Bayangkan saja, jalur tanjakan macet. Bagi saya cukup menyeramkan.

Saya menerka, para pemilik mobil yang tidak kuat menanjak ini asal ambil jalan pintas melalui Google Maps tanpa tahu medannya. Padahal ada jalur yang lebih aman, yaitu melewati Parakan Temanggung, Memang sedikit memutar, tapi ya masih mending lah daripada bikin pengendara motor seperti saya jadi ikutan senam jantung.

Kemacetan tidak berhenti di situ. Lebih parah dialami ketika memasuki jalur Dieng Kejajar. Sudah jalannya sempit, ada perbaikan, jumlah mobil dan motor pun membludak. Full macet. Terlebih karena ada perbaikan jalan sehingga harus menggunakan metode one way agar bisa saling berbagi jalan. Jalur ini sebelahnya sudah tebing, lho. Jadi ya tidak kalah menyeramkan dari jalur yang saya lalui sebelumnya.

Pada saat itu, perasaan saya masih optimis, menganggap bahwa semua akan terobati ketika tiba di Dieng nantinya. Kemacetan ini setimpal lah dengan suasana syahdu, tenang, dan sejuk ketika tiba di wisata-wisata di Dieng.

Baca Juga:

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Harus berdesak-desakan dengan banyak orang di Kawah Sikidang dan Batu Pandang Ratapan Angin

Sayangnya, ketika memasuki kawasan Dieng Plateau, yang ada hanya penampakan kerumunan mobil jeep dan minibus yang berbaris memenuhi jalanan. Ekspektasi memang sebaiknya tidak dipupuk tinggi, karena bila tidak sesuai, rasa kecewa dan sakit tidak begitu menusuk hati dan pikiran. Pelajaran penting yang acap kali saya abaikan.

Destinasi pertama yang coba saya kunjungi adalah Kawah Sikidang. Sesampainya di sana, antrean manusia sudah penuh mulai dari pintu masuk hingga di dalam kawasan kawah. Jalur pengunjung yang berbentuk jembatan itu sudah dipenuhi kumpulan manusia narsis yang sedang mengantre untuk berfoto di kepulan asap kawah. Kerumunan makin marah dengan kondisi Kawah Sikidang yang sepertinya dalam proses revitalisasi, sehingga terasa lebih kecil dan sempit daripada yang saya lihat saat mengunjunginya tahun lalu.

Seolah tidak mau kalah, destinasi kedua, Batu Pandang Ratapan Angin terlihat tak kalah parah. Tiba di sana saya benar-benar meratap karena melihat kondisi destinasi yang sangat kotor penuh dengan sampah. Para pengunjung yang saat itu banyak dari kalangan Ibu-ibu terlihat berdesak-desakan dan berebut berfoto di spot foto yang memperlihatkan langsung pemandangan Talaga Warna yang ada di bawahnya. Representasi benar-benar merasakan sebuah ratapan.

Berharap ada destinasi wisata di Dieng yang bisa dinikmati tanpa berdesak-desakan

Saya masih berharap ada destinasi yang bisa saya nikmati tanpa berdesak-desakan. Pilihan saya jatuh pada kawasan Candi Arjuna.

Saya bertolak ke Candi Arjuna dengan energi fisik dan sosial yang kian menipis. Dalam kondisi badan dan emosi yang tidak karuan, saya hanya butuh tempat untuk duduk dan melamun. Setidaknya untuk beristirahat sebelum berpulang kembali. Syukurlah, tiba di sana, situasi cukup terkendali. Meski terlihat ramai, tapi tidak sumpek seperti dua destinasi sebelumnya.

Akan tetapi situasi nggateli nyatanya masih membersamai. Kurang dari setengah jam saya duduk, mendung menyelimuti langit Dieng. Beberapa menit kemudian, hujan pun turun. Dataran tinggi seperti Dieng memang akrab dengan cuaca hujan ketika menjelang siang. Cuaca mendung jadi musuh tersendiri karena menutupi hijaunya keindangan dari Kawasan Dieng. Saya kemudian memutuskan beranjak dari Candi Arjuna.

Tiga destinasi tersebut membuat saya menyerah untuk menjelajah lebih jauh kawasan Dieng Plateau. Saya berniat mendatangi Telaga Menjer. Lokasi destinasi ini memang berada di luar Dieng Plateau, sehingga potensi ramainya lebih kecil.

Meski hujan bisa saya hindari, ternyata ketika tiba di sana, situasinya sama ramainya. Bayangan menikmati telaga yang tenang di pinggirnya atau menaiki perahu sambil melamun pun hilang.

Saya pun duduk tanpa tenaga. Membayangkan bagaimana nasib saya nantinya saat pulang mengingat perjalanan tadi yang sangat macet.

Niat healing berakhir dengan stres saat berkunjung ke Dieng di waktu weekend

Akhir pekan memang bukan waktu tepat untuk pergi ke Dieng. Niatnya ingin healing, eh malah jadi sinting. Sebaiknya datanglah saat weekday. Suasana tenang dan syahdu tentu bisa kalian dapatkan di hari biasa.

Mungkin ini peringatan juga bagi kalian yang ingin pergi ke Dieng Festival pada bulan Agustus mendatang. Sebaiknya jangan berekspektasi tinggi biar tidak sakit hati dan pikiran. Selain itu, datanglah sebelum hari gelaran festivalnya, supaya kalian terhindar dari kemacetan yang bikin kepala pening dan jantung berdebar-debar.

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Jalur Alternatif Wonosobo-Dieng via Bedakah Adalah Jalur Paling Aman untuk Menikmati Wisata Wonosobo Tanpa Uji Adrenalin.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Juli 2024 oleh

Tags: banjarnegaradienghealingjawa tengahwonosobo
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

Meromantisasi Purwokerto Adalah Upaya Meremehkan Sejarah (Unsplash)

Meromantisasi Purwokerto Adalah Upaya Meremehkan Sejarah

3 Mei 2023
Anggota DPR, Profesi yang Paling Cocok dan Sesuai dengan Gaya Hidup Gen Z

Anggota DPR, Profesi yang Paling Cocok dan Sesuai dengan Gaya Hidup Gen Z

6 Desember 2023
djarum super mojok

Panduan Singkat Bertahan sebagai Pencinta Djarum Saat Nongkrong di Kediri

23 Juli 2021
Loker Semarang 5 Jenis Pekerjaan yang Paling Menjanjikan (Unsplash)

Loker Semarang: 5 Jenis Pekerjaan yang Paling Menjanjikan di Semarang Saat ini

9 Juli 2023
Alun-alun Purwokerto Jadi Semakin Cantik Setelah Renovasi, tapi Tetap Problematik

Alun-alun Purwokerto Jadi Semakin Cantik Setelah Renovasi, tapi Tetap Problematik

2 April 2024
Dialek Magelang yang Sulit Dipahami Orang dari Luar Magelang

Dialek Magelang yang Sulit Dipahami Orang dari Luar Magelang

21 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual! Mojok.co

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual!

12 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.