Untuk para pencinta film psychological thriller, film animasi Jepang berjudul Perfect Blue adalah film yang tidak boleh Anda lewatkan. Semua unsur thriller dalam film ada di film tersebut. Sebut saja suspense, plot twist, dan, misteri dari perilaku karakter akan membuat penonton dalam film terus menerka-nerka.
Film karya Satoshi Kon ini rilis pada 28 Februari 1998. Meskipun sudah dua dekade lebih lewat semejak perilisannya, film ini tetap berhasil membuat penonton takjub dengan jalan ceritanya. Sehingga, tidak mengejutkan bila film animasi ini termasuk dalam salah satu film anime terbaik hingga saat ini.
Film yang berlatar belakang 90-an ini menceritakan seorang idol pop yang mundur dari grupnya yang bernama CHAM! untuk mengejar karier di dunia akting. Transisi menjadi seorang aktris membuat tokoh utamanya, yaitu Mima, kehilangan jati dirinya sendiri. Mima terjebak antara ilusi dan kenyataan yang ada di dunianya.
Untuk mendongkrak namanya sebagai seorang aktris, Mima harus membuang imagenya sebagai idola remaja dengan beradegan dewasa pada series yang dibintanginya dan melakukan pemotretan vulgar. Jauh dalam hati Mima, ia ingin menolak jati diri barunya. Namun, bila tidak melakukan apa yang diminta agensinya, ia tidak akan berkembang sebagai seorang aktris dan kesannya percuma saja meninggalkan grup idol yang membesarkan namanya.
Mima, tentu saja sangat tertekan dengan tuntutan pekerjaannya. Ditambah lagi ada seorang penguntit yang berkeliaran. Tidak semua orang menerima bahwa idol kesayangannya keluar dari grup dan melakukan adegan yang bertolak belakang dengan Mima yang mereka kenal. Ditambah lagi dengan kesuksesan CHAM! yang baru tanpa dirinya sekarang, membuat Mima semakin menyesal meninggalkan identitasnya sebagai idol.
Misteri dimulai ketika orang-orang di sekitar Mima bekerja dibunuh. Di sinilah Mima mulai kehilangan pegangan dengan realita dan terus berhalusinasi. Anda bisa saja menebak apa yang akan terjadi namun endingnya tetap membuat Anda tercengang.
Selain jalan cerita yang penuh dengan misteri, alasan lain mengapa Perfect Blue ini cukup berbekas di hati para penontonnya ialah karena bumbu realitas yang Satoshi Kon tambahkan ke dalam unsur cerita. Perfect Blue menggambarkan standar ganda dan mimpi buruk yang harus dialami oleh aktris perempuan. Penonton dapat melihat bagaimana perempuan seringkali dieksploitasi dalam industri hiburan.
Bahkan pada tahun 90-an di latar cerita, di mana teknologi masih belum berkembang, penguntit Mima yang obsesif ini tetap saja bisa meneror Mima. Terdapat salah satu adegan di mana seorang fotografer yang menganggap bahwa artis adalah seorang boneka, yang bisa disuruh untuk melakukan apa pun. Dan juga dari sisi agensi yang gagal melindungi Mima karena dibutakan oleh keuntungan belaka. Walaupun berlatar 1990-an, isu ini masih relatable dengan jaman sekarang.
Alur cerita Perfect Blue dibangun dengan baik, kita dapat melihat background Mima. Sedikit demi sedikit, penonton dibuat mengerti dengan perasaan Mima. Dimulai dari passionnya dalam bernyanyi yang membawanya ke Tokyo, sampai perubahan yang dialaminya hingga perlahan menjadi Mima yang chaotic. Penggambaran film animasi ini cukup estetik dengan latar tahun 1990an. Warna yang digunakan cukup vibrant dan menarik di mata penonton.
Jangan khawatir apabila Anda merasa bingung ketika menonton. Memang tujuan film ini ialah membuat penontonnya terdisosiasi, mana yang kenyataan, mana yang bukan. Penonton seakan-akan dibawa untuk merasakan apa yang Mima rasakan saat itu juga. Apabila Anda menyukai film seperti Black Swan, film ini boleh ditambahkan ke list tontonnya selanjutnya karena vibes yang dibawakan cukup mirip namun dengan background yang berbeda.
Film ini memiliki rating 18+ karena terdapat beberapa mild nudity dan scene yang terbilang cukup sadis. Walaupun Anda bukan penggemar anime, namun thrill dari film ini tetap terasa karena plot ceritanya yang penuh dengan misteri. Plot twist yang disajikan cukup untuk membuat penonton berpikir keras dengan teori-teori dari cerita ini. Sehingga terkesan seperti sutradara sengaja melakukannya untuk memberi ruang bagi para penontonnya menentukan sendiri apa yang terjadi selama ini sesuai dengan perspektif masing-masing.
Sumber gambar: YouTube Chris Stuckmann. Sila kunjungi kanalnya.